Part 12 : Her Family

724 97 225
                                    

Gabriel POV

Kenapa gue makin deg degan sih? Terkadang gue sama sekali gak bisa ngontrol emosi gue sendiri, dengan seenaknya gue ngajak dia nikah secepat itu.

Tapi, setelah gue pikir-pikir mungkin ini adalah keputusan yang tepat. Jangan tunggu sampe anak gue lahir duluan.

Udah gue pastiin kalau persiapan besok sudah aman, untung lah gue punya cukup banyak relasi.

Gue memutuskan untuk menikah di Bali, rencananya gue gak akan ngundang banyak tamu—keluarga dan teman dekat sudah lebih dari cukup.

Mungkin bukan gue aja yang gugup, dengan jelas gue bisa melihat kegelisahan Rafa.

"Kenapa Kamu?" tanya gue ketika lihat dia gelisah di dalam mobil.

Dia menggeleng sambil masih menggigit kukunya.

Gue penarasan, dia gugup gara-gara bentar lagi jadi istri gue atau mungkin jangan-jangan calon istri gue ini sebenarnya cacingan.

"Kenapa sih?" tanya gue lagi karena gak tahan dengan tingkahnya.

"Aku ... aku ..." kalimat gagap gadis itu terhenti ketika kami sampai di depan rumahnya.

Ya, jujur gue udah takut setengah mati karena hari ini gue niatnya mau minta restu ke keluarganya.

Satu fakta yang baru gue tahu adalah letak rumah ini benar-benar jauh dan sedikit terpencil. Michael benar, Rafaella ternyata bukan dari keluarga yang mampu.

Gue pun turun dari mobil, "Ayo turun," titah gue seraya membukakan pintu mobil.

Gue mengerutkan kening frustasi. Anak ini benar-benar ketakutan. Ia turun dari mobil kemudian mengekor gue dari belakang.

Seorang ibu-ibu dengan usia yang kurang lebih masih tiga puluhan terlihat sedang menyapu halaman. Ia menatap gue bingung namun matanya berubah berbinar ketika melihat Rafaella yang bersembunyi dibalik punggungku.

"Ella!" sambutnya berhamburan memeluk Rafa.

Ella? Kenapa jadi cocok gini sih namanya sama gue?

"Ini siapa La?" tanya ibu-ibu itu yang sudah pasti adalah orangtuanya.

"Emm... emmm..." Rafa hanya bergumam gak jelas.

Akhirnya gue pun mengambil alih. "Selamat siang Bu, perkenalkan nama saya Gabriel, Gabriel Farlent Wijaya. Maksud kedatangan saya hari ini adalah ... saya ingin meminta restu dari ibu—saya ingin menikahi Rafaella."

Shit! Gugup gue anjir!

Air muka ibunya berubah.

"Ah... Silahkan masuk dulu nak Gabriel."

Kami sama-sama masuk ke dalam rumahnya. Jujur gue gak kebayang bagaimana bisa mereka tinggal di rumah yang kelihatannya mau roboh ini.

"Perkenalkan juga nama saya Ara, ibunya Rafaella. Jadi, bisa dijelaskan lagi maksud kedatangan nak Gabriel ini?"

Gak gue duga, bukan hanya cantik tapi Ibunya benar-benar baik.

"Bun," ucap Rafaella pelan. "Aku mau nikah."

Ibunya tertawa. "Jangan bercanda, kamu masih kuliah."

Rafaella mulai menitikkan air mata.

"Ella hamil Bun." Rafa mulai terisak.

"Maafkan saya, ini semua salah saya, dan saya ingin bertanggung jawab," ucap gue sambil menundudukan kepala dengan perasaan bersalah.

Ibunya menarik napas panjang. "Kenapa bisa? Bunda jadi kecewa sama Ella, bunda pikir Ella kuliah yang benar di Bandung."

Beautiful MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang