Part 6 : What Have I Done

940 207 227
                                    

Gabriel POV

Gak nyangka sih gegara kena gebuk waktu itu, seluruh badan gue rasanya mau remuk semua, bener-bener bikin males kerja.

Gue cukup terkejut, dia bisa dateng ke rumah cuma buat acc proposalnya dia. Padahal gue gak benar-benar serius saat minta Echa sekertaris gue buat nyuruh dia langsung dateng ke rumah.

Gue pikir dia bakal malu apa gimana, mengingat hal apa yang pernah terjadi di antara gue dan dia.

Tapi udah lima belas menit dia gak keluar dari toilet.

Apa lagi gangguan pencernaan kali ya?

Lima menit pun berlalu dan sepertinya gue mulai gelisah, gue bukannya khawatir ya. Tapi gue gak mau aja tiba-tiba dia bunuh diri dalam toilet atau apapun yang bisa aja merugikan gue. Atau mungkin aja dia lagi ngerencanain pembalasan dendam buat gue yang secara 'gak sengaja' udah merenggut keperawanannya dia?

Wah hal itu gak boleh terjadi.

Gue pun melangkahkan kaki menuju depan toilet tersebut lalu mengetuk pintu. "Kamu nggak apa-apa?"

Gak ada jawaban.

"Rafaella? Kamu di dalam?"

"Rafaella?" panggil gue lagi sembari menaikan volume suara gue.

Tapi, tetep aja masih gak dijawab.

Gue panik di tempat. Sepertinya mau gak mau gue harus buka paksa pintu ini.

Akhirnya gue pun memanggil asisten rumah tangga Mbak Sumi untuk mengambilkan kunci duplikat.

"Ada apa Pak?" tanya Mbak Sumi ikutan panik.

"Sepertinya mahasiswi saya kekunci di dalam," jawab gue masih mengetuk pintu tersebut berharap ada sahutan di seberang sana.

Sambil tergopoh-gopoh Mbak Sumi pun menyerahkan kunci duplikat tersebut dan tak membuang-buang lagi waktu gue langsung membuka pintu itu.

Dan alangkah kagetnya gue melihat anak itu sudah tergeletak tak sadarkan diri di lantai.

Tanpa pikir panjang lagi gue langsung menggendong anak itu menuju mobil yang sedang terparkir di garasi.

"Mbak, saya mau bawa anak ini ke rumah sakit dulu. Tolong jaga William, kalau ada apa-apa mbak telepon saya," jelas gue ketika sudah masuk ke dalam mobil.

Mbak Sumi yang kelihatannya masih kaget hanya mengangguk-angguk dengan ekspresi khawatir.

Gue melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Kenapa dia harus pingsan di toilet gue sih?

***

Dengan gelisah gue menunggu hasil pemeriksaan dokter di ruangan IGD rumah sakit. Kaki gue gak bisa berhenti mondar mandir bagai setrikaan rusak.

Gue akuin bahwa gue lumayan khawatir.

Entah apa yang merasuki gue pagi tadi, seandainya gue gak minta dia ke rumah, hal ini pastinya gak bakal terjadi.

Dan setelah menunggu hampir dua puluh menit dokter pun keluar dari ruangan tindakan.

"Gimana dok? Dia sakit apa?"

"Selamat ya Pak, istri bapak sedang mengandung," jawab dokter dengan senyum mengembang.

Ha? Mengandung? Hamil?

Gue terduduk lemas di kursi tunggu. Dokternya bercanda kan?

"Masa sih dok?" tanya gue masih nggak percaya. Sama sekali nggak percaya.

Dokter mengangguk mantap. "Usia kandungannya sudah satu bulan Pak. Sebaiknya Ibu Rafaella mengkonsumsi makanan sehat dan menghindari stres."

Kandungannya sudah sebulan? Kenapa dia bisa gak sadar sih kalau lagi hamil?

Gak mungkin gue yang hamilin dia, pasti ada laki-laki lain. Pasti ada, harus ada. Pokoknya gue gak mungkin jadi ayah dari kandungannya dia.

Tapi menurut perhitungan usia kandungannya, memang tepat sebulan yang lalu gue ngelakuin hal itu sama dia.

Ahhh gak mungkin.

Gue mengacak-acak rambut gue dengan kasar. Gue harus gimana kalo itu bener anak gue.

Setelah dokter itu pun pergi, gue masuk ke dalam ruangan tempat Rafaella dirawat.

Ia sudah sadar dan matanya menatap kosong ke langit-langit. Setelah menyadari kehadian gue, ia mencoba duduk dari tempat tidurnya dengan susah payah.

"Kamu hamil?" tanya gue memecah keheningan di antara kami.

Ia tidak menjawab, tangannya mengepal keras. Terlihat jelas ia tengah menahan tangis.

"Kamu gak sadar kalau kamu hamil?" tanya gue lagi.

Keheningan ini benar-benar menyiksa. Gue gak bisa menenangkan jantung gue yang dag dig dug sedari tadi menahan gelisah.

"Saya gak tahu," jawabnya singkat.

Gue menarik napas panjang. "Jadi bapak dari anak ini?"

Ia menatap gue, dengan tatapan yang entahlah harus gimana jelasinnya. Fix itu anak gue.

Tapi tunggu dulu bisa aja ada laki-laki lain kan? mungkin aja temennya yang gebukin gue waktu itu. "Bukan saya kan?" tanya gue memastikan.

Matanya kini menitikan air mata.

Oke fix gue yang ngehamilin dia.

What have I done?

TBC


Halo guys long time no see, gue bru balik dari hiatus sementara gegara nonton Crash Landing on You gilak bagus bgt dramanya anjir.

Yang nungguin cerita ini ada gak sih? jangan lupa di vomment yaak, jgn cuma boomvote doang wahahaha ntar gua boomvote balik.

Beautiful MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang