Dengan langkah tergesa-gesa Taka berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Hatinya kini tengah dilanda kecemasan yang amat sangat kuat. Tadi, begitu menerima telepon dari Akira bahwa Hiroki di bawa ke rumah sakit, Taka langsung berlari ke luar studio. Tak peduli dengan manajernya yang berteriak-teriak memanggil namanya, yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana kondisi anaknya. Beruntung rumah sakit tempat Akira membawa Hiroki itu dekat dengan studio latihannya.
Langkah pria itu terhenti kala netranya menangkap sosok sang istri tengah berdiri dengan raut wajah penuh kecemasan di depan sebuah ruangan. Ia lantas menghampiri Akira, lalu bertanya.
"Sayang, Hiro kenapa?"
"Tadi siang Hiro sempet pingsan di sekolah, dan tadi pas pulang badannya demam lagi. Sekarang dokter masih meriksa dia di dalem." Jawab Akira pelan. Dari lubuk hatinya ia masih merasa menyesal karena mengizinkan anaknya kembali ke kelas tadi siang.
"Pingsan? Kenapa kamu gak bilang ke aku, Ra? Dan kenapa kamu gak langsung bawa dia pulang?" Nada bicara Taka sedikit meninggi.
"Maaf, mas. Ini semua salah aku." Jawab Akira dengan sedikit isakan. Ia sudah menerima jika Taka menyalahkannya. Taka yang tak tega mendengar isakan istrinya, langsung menarik tubuh wanita itu ke dalam rengkuhannya.
Tak lama dari itu, tedengar suara pintu terbuka lalu menampakkan sosok seorang pria berjas putih."Kondisinya masih sangat lemah, dia butuh istirahat." Ucap dokter yang menangani Hiroki.
"Dia kenapa, dok?" tanya Taka.
"Dehidrasi dan Anemia, tadi saya sudah menginfusnya." Tutur sang dokter.
"Tadi juga saya sudah menyuntikkan injeksi untuk menurunkan demamnya. 39,8 derajat celcius, dengan tekanan darah rendah. Hiroki harus istirahat total untuk beberapa hari ke depan."lanjut dokter tersebut panjang lebar.
"Kapan Hiro sadar, dok?" Akira bersuara, matanya terlihat sembab.
"Mungkin sekitar satu jam lagi, tadi saya menambahkan sedikit obat bius ke dalam infusnya. Untuk saat ini jangan kuatir. Hiroki akan baik-baik saja. Kalau begitu saya permisi dulu." Ujar sang dokter lalu pergi meninggalkan Akira dan Taka di depan ruangan rawat Hiro.
"Terima kasih banyak, dok."
💊💊💊
Jam dinding di ruangan rawat rumah sakit itu menunjukkan pukul 05.50 PM.
Taka masih duduk disamping ranjang Hiroki, menjaga anaknya yang masih berada di alam bawah sadarnya. Sedangkan Akira sedang mengurus berkas-berkas di bagian administrasi. Tangan Taka masih setia mengelap peluh yang keluar dari dahi dan leher anak kesayangannya. Mata Taka memicing saat mendapati ada lebam di lengan Hiroki, lalu ia menyentuhnya perlahan.
"Kamu abis jatoh, Ki? Kok lebam gini? Ato kamu abis berantem? Awas aja ya kalo sampe kamu berantem di sekolah, Papa gak bakal kasih kamu uang jajan." Ucap Taka bermonolog.
KAMU SEDANG MEMBACA
Growing Up (Vol. 03)
FanfictionTak peduli seperti apa hidupmu, kamu selalu punya pilihan untuk melihat dari sisi baik atau buruknya.