Taka memasuki ruang rawat Hiroki dengan wajah lemas. Ia kehilangan semangatnya setelah pulang dari rumah orang tuanya barusan. Harapan satu-satunya yang bisa membuat Hiroki sembuh, pupus sudah. Mamanya masih menghukum dirinya.
"Papa dari mana?" pertanyaan itu menyadarkan Taka dari lamunannya. Ia tak sanggup menatap wajah Hiroki, selalu ada perasaan bersalah kala netranya menatap wajah pucat anaknya.
"Dari ketemu tante Gege sebentar." Dengan senyum di paksakan, Taka akhirnya memilih berbohong.
"Kapan sih papa berenti ngejamet, kan udah ada bunda?" sahut anaknya kesal.
"Jangan bawel deh, sekarang minum obat gih. Kan udah waktunya."
"Obatnya baru di tebus bunda."
Taka masih bimbang dengan perasaanya, apakah ia harus mengatakan kebenarannya? Haruskah ia mengatakan kalau ia gagal mendapatkan donor untuk Hiroki? Taka benar-benar tak sanggup.
"Sayang, maafin papa ya.."
Uhuuk..uhukk..
Belum sempat Taka melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Hiroki terbatuk.
"Hiro.."
Taka seketika panik. Ia mengelus punggung anaknya, sesekali memberikan pijatan lembut pada pundak putranya yang menegang.
Uhukk.. uhukk..
Batuknya tak juga reda. Dan lagi, Taka harus kembali melihat pemandangan itu. Darah. Cairan pekat itu kembali keluar dari mulut anaknya.
Hiroki merasakan dadanya kembali sesak, ia tidak bisa bernafas sekarang. Suaranya pun tak mau keluar dari tenggorokannya. Keringat dingin semakin membasahi tubuhnya.
"To..tolong pa.. H-hiro gak bisa na.. aakh."
Taka langsung menekan tombol emergency di sebelah ranjang Hiroki. Dengan tangan bergetar Taka mengusap darah di mulut Hiroki menggunakan telapak tangannya.
Tak lama Takeru datang bersama seorang suster di belakangnya. Dengan langkah tergesa mereka langsung menghampiri Hiroki yang terduduk lemas di ranjangnya.
"Kadar oksigennya sangat rendah dok."
"Ki, kamu sekarang tenang ya, coba ambil nafas pelan-pelan." Takeru mencoba menenangkan Hiroki.
"Haah... gak b-bisa..o-om.."
Takeru langsung mengangkat kepala Hiroki yang menunduk, melepas nasal canula yang di gunakan Hiroki lalu menggantinya dengan masker oksigen.
"Jangan nunduk, coba senderan disini."
Suster tadi membantu Hiroki menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang dengan menumpukkan beberapa bantal agar anak itu merasa nyaman.
Bibir Hiroki mulai sedikit membiru. Taka tetap diam di sebelah ranjang anaknya, menyaksikan bagaimana sakitnya Hiroki melawan penyakitnya.
Takeru masih menangani Hiroki dengan telaten. Seakan tak ingin membiarkan Hiroki lepas dari rasa sakit. Sekarang tubuh anak itu kembali kejang-kejang. Taka semakin panik melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Growing Up (Vol. 03)
FanficTak peduli seperti apa hidupmu, kamu selalu punya pilihan untuk melihat dari sisi baik atau buruknya.