"Iya, mama bersedia. Tapi dengan satu syarat!"
"S-syarat?" Taka menatap mamanya penuh tanya.
"Iya. syaratnya yaitu, nanti setelah Hiro sembuh, dia harus ikut tinggal sama mama. Dan kamu gak boleh ketemu sama dia lagi. Bagaimana?" papar sang mama meminta persetujuan.
Syarat nya memang tidak sulit, tapi begitu berat bagi Taka. Taka berfikir sejenak. Dan dengan sangat berat hati, akhirnya Taka menyetujui nya. Demi kesembuhan Hiroki.
"Oke, Taka terima. Taka terima apapun syaratnya yang penting Hiro bisa sembuh." Ujar Taka mantap.
Sedetik kemudian senyum tipis Taka terbit.
"Makasih, ma. Makasih banyak udah mau bantuin Taka."
Sang mama menepuk bahu Taka. Ia mengangguk kemudian tersenyum. Senyum yang sudah lama tidak Taka lihat. Senyum tulus mamanya membuat hati Taka begitu bahagia.
"Boleh mama ketemu Hiro?" Taka mengangguk menjawab pertanyaan mamanya.
Masako Mori, wanita paruh baya itu berjalan memasuki ruang rawat Hiroki. Baru saja ia membuka pintu ruangan itu, ia sudah di sambut dengan aroma khas dari obat-obatan yang menyegak menusuk indra penciumannya. Di tambah lagi, bunyi mesin pengontrol detak jantung yang masih mengalunkan nada yang sama. Dengan langkah pelan ia mendekati ranjang Hiroki. Hal pertama yang ia rasakan saat melihat sosok itu adalah, menyesal.
Hatinya terkoyak kala netranya menangkap sosok yang sama sekali tak berdosa padanya, tengah terbaring lemah dengan banyak selang serta kabel-kabel yang menghiasi tubuh kurusnya.
Wajah pucat itu nampak sangat tenang dan damai.
Air mata di pelupuk matanya pun mentes. Tak kuasa lagi terbendung.
"Hiro..i-ini oma, sayang." Panggilnya lembut pada sosok cucu yang selama ini tak pernah ia anggap itu.
"Ternyata cucu oma ganteng banget, ya?! Hiro, kamu gak mau liat oma nak? Gak mau maki-maki oma, karena gak pernah mau nerima kamu?" menahan isakan yang mungkin akan terdengar. Wanita itu mengelus lembut pipi Hiroki yang tak terhalang selang Oksigen.
"Maafin oma baru dateng sekarang. Maafin oma udah jahat sama kamu, nak. Harusnya oma bisa datang lebih cepet, biar kamu gak kayak gini. Maaf, sayang. Oma bener-bener minta maaf. Kamu mau kan maafin oma?" Ia menggenggam tangan lemah Hiroki, lalu mengecupnya pelan.
"Kamu boleh marah sama oma sepuas kamu, tapi kamu janji harus bangun secepatnya, ya? Oma janji bakal jadi oma yang baik buat kamu."
"Cepet bangun ya, sayang. Oma nunggu kamu."
Ia lalu mengecup lembut dahi Hiroki, dan bersamaan dengan itu tanpa di sadari sang oma setitik air mata jatuh dari sudut mata Hiroki.
💊💊💊
KAMU SEDANG MEMBACA
Growing Up (Vol. 03)
Fiksi PenggemarTak peduli seperti apa hidupmu, kamu selalu punya pilihan untuk melihat dari sisi baik atau buruknya.