"Udah, dari pada nanti Nayla nangis gara-gara kakaknya nggak pulang gimana?"
***
Ralika sekarang memakai baju putih longgar yang membuatnya nampak gagah, sabuk hitam terlingkar di pinggangnya. Rambut panjangnya di ikat seperti biasa, berdiri di depan bersama seorang pria berumur dua puluh tahunan.
"Ralika, kamu tunjukan pada mereka jurus yang kemarin," ucap lelaki itu
Ralika mengangguk, lalu menatap barisan. Ya, untuk ukuran pemula mereka lumayan siap, apalagi yang mengikuti pelatihan ini mayoritas adalah laki-laki, tak banyak perempuan yang mau ikut untuk sekedar panas-panasan dengan latihan berat, tapi walaupun sedikit semangat mereka masih terlihat.
"Kalian liat gerakan saya!"
Ralika mulai memperagakan gerakannya dengan lihai, pandangannya fokus membuat tertegun semuanya. Cewek itu nampak memukau dengan gerakan tegas lagi hebat. Tak heran, kemampuan Ralika dalam karate memang tak bisa diragukan lagi.
Apalagi sekarang El yang sedang menatap cewek itu di seberang lapangan sambil tersenyum kecil. Untungnya jadwal latihan anak karate dan basket sama, jadinya niat awalnya ikut olahraga itu bisa terwujud.
Ia memang telah menerima tawaran Alex untuk sekedar bisa dekat dengan cewek itu. Memang situasi berpihak padanya.
"Mengerti?" tanya Ralika.
"Mengerti, Kak."
Ralika mengalihkan pandangannya, menatap lapangan basket yang bersebelahan dengan area karate, melihat bagaimana cowok aneh itu bermain. Bukannya, ia tak tau El sejak tadi menatapinya dengan wajah menyebalkan.
El mendapat giliran men-dribble bola, lalu dengan cepat menggiringnya menuju ring. Nampak sekali beberapa cewek yang sengaja belum pulang untuk menonton latihan anak basket langsung terpekik.
"Yes!"
El berhasil memasukan bola dan dengan mulus masuk ke ring. Bibirnya membentuk senyum miring, setidaknya ia bisa buktikan bahwa dirinya lebih baik daripada si ketua OSIS itu. Mata El melirik Ralika, meski sekarang cewek itu sedang tak menatapnya, ia yakin Ralika tadi melihat bagaimana permainannya.
"Lo hebat!" Ali---salah satu teman barunya--- menghampiri, menepuk punggung El beberapa kali.
"Thanks,"
El menatap Alex sekilas yang melempar tatapan tak biasa sambil mengacungkan jempol. Mereka istirahat setelah tim terakhir mencetak poin.
El terduduk lesu dengan kedua kaki terjulur serta kedua tangan yang menopang tubuhnya dari belakang. Matanya melirik ke samping, di mana ekskul Karate juga baru saja melakukan gerakan terakhir sebelum akhirnya beristirahat di pinggir. Meski dengan keringat yang bercucuran, cowok itu dengan semangat mengambil dua botol minum di tas lalu segera menghampiri Ralika yang menyendiri di bangku semen.
"Nih buat lo."
Ralika menoleh sekilas. "Saya nggak haus."
El menarik paksa tangan cewek itu, membuat Ralika ingin sekali memukulnya, tapi terhenti saat dirasa tangannya merasakan sesuatu yang dingin. El tersenyum, mana mungkin Ralik tak merasa haus, latihan mereka tadi cukup menguras tenaga, untuk kali ini El tak bisa dikelabui begitu saja.
"Nggak usah gengsi gitu, gue tau kok lo haus, minum aja," jawabnya.
Ralika terdiam sejenak, menatapi El yang kini meminum salah satu botol air itu hingga setengah botol, lalu sisanya ia guyurkan ke kepalanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/163836420-288-k849704.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RA-EL✔
Teen Fiction"Kalau yang ngawasin cantik kayak lo, gue bakal mau dihukum tiap hari." Satu kata yang menggambarkan seorang Ralika, menakutkan. Ya, menakutkan dalam artian sangat tegas seperti Singa betina. Jabatannya yang merupakan Wakil Ketua OSIS membuat naman...