"Jangan dong 'kan nggak enak orang ganteng patah tulang."***
"Eh, nanti kalau lo kenapa-kenapa di jalan, gimana?"
Ralika langsung menepis kasar tangan El, yang seenaknya saja menempel di pergelangan tangannya. Ini antara modus dan khawatir, sama sajalah, tak ada bedanya untuk ukuran cowok seperti El. Seharusnya El tau, apa risikonya kalau berani macam-macam dengan Ralika.
"Sakit banget," gumam El sambil mengelus tangannya.
"Apa kamu nganggep saya lemah? Saya bisa jaga diri, kalau perlu tulang kamu bisa saya patahkan sekarang juga!" El mundur beberapa langkah, antara takut bercampur ngeri.
"Jangan dong 'kan nggak enak orang ganteng patah tulang." Untuk kesekian kalinya Ralika menghela napasnya, jengah. Sulit berbicara dengan orang seperti ini. "Eh-eh tunggu dulu!"
Ralika berhenti, untuk apa lagi, benar-benar membuang waktunya. "Ada apalagi?"
"Hati-hati ya." El tersenyum sambil melambaikan tangan.
Ia langsung berbalik, tak mau berlama lagi di sana. Seharusnya tadi ia tak menerima begitu saja tawaran cowok itu, sekarang efeknya bukan hanya sebatas kelakuan El, tapi juga dirinya.
El sendiri masih tersenyum tak jelas sesaat Ralika melangkah pergi. Hingga akhirnya ia teringat akan satu.
"Ya ampun, Papa!"
☁☁☁
"Ma, iya Ma aku udah di depan kantor, okey, nanti Neta telfon lagi."
Neta mematika sambungan telfonnya dengan sebelah tangan, sedangkan tangan yang satu lagi sibuk berkibas menyapu angin. Padahal hari ini rencananya dia ingin mengajak Alex pergi.
Cewek itu berjalan menenteng sebuah map, milik adik mamanya atau lebih tepatnya Om-nya sendiri yang merupakan seorang Kepala Polisi. Tak tau isinya apa, tapi yang jelas mamanya sempat berkata kalau itu berkas pemindahan tahanan ke rumah sakit jiwa.
"Saya mau pergi! Dia yang seharusnya ditahan, dia itu cuman bikin sial!"
Neta refleks menarik diri, bersembunyi di balik tembok, menatapi seorang pria yang nampak memberontak sambil dipegangi aparat kepolisian. Ada yang aneh dari pria itu, ia nampak tertawa dan marah dalam waktu beberapa detik sekali.
Sesaat setelah itu matanya kembali fokus pada seorang yang tak terasa asing. "Itu .... "
Kalimatnya menggantung, sebuah senyum licik terbit dari bibirnya. Mungkin ini akan sangat menarik, ini saatnya menunjukan betapa hebatnya seorang Neta.
☁☁☁
"Ika! Lo tau nggak gue baru beli topi baru!" Teriakan cewek itu menggema sesaat setelah Ralika meletakan tasnya, wajahnya nampak berseri-seri sambil menunjukan topi dengan tulisan coklat dengan huruf A di tengah-tengahnya.
"Bagus."
Lea langsung bangkit, setidaknya Ralika meresponnya untuk kali ini.
"Beneran?" tanyanya dengan antusias, "tapi gue nggak cuman beli satu loh." Lea mengeluarkan satu topi lagi di balik tasnya.
"Nih, gue beliin lo, berhubung gue nggak tau ulang tahun lo dan lo juga nggak pernah kasih tau, jadi, anggep aja ini hadiah dari gue."
Ralika memandangi benda itu sebentar. Topi berwarna abu-abu dengan huruf R di tengah-tengahnya.
"Ambil dong." Ralika akhirnya menerimanya, lagian ini hanya topi tak apalah.
"Nah gitu dong itu baru wonder woman gue." Lea mengacungkan jempolnya, "sini, coba dong dipake, ini juga kalau lo lagi latihan juga bisa dibawa kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
RA-EL✔
Genç Kurgu"Kalau yang ngawasin cantik kayak lo, gue bakal mau dihukum tiap hari." Satu kata yang menggambarkan seorang Ralika, menakutkan. Ya, menakutkan dalam artian sangat tegas seperti Singa betina. Jabatannya yang merupakan Wakil Ketua OSIS membuat naman...