"Lo nggak liat gue lagi sakit gini, malah nyebar ghiba!"
***
"Ya ampun! Kenapa, sih, nih idung pake mampet!"
Sudah setumpuk tisu sudah menggunung di hadapan El saat ini. Bahkan, belum cukup sama sekali meredakan hidungnya yang terasa mengganjal untuk bernapas.
Karena hal inilah, ia tak harus izin beberapa hari. Ya, kalau ini semacam liburan, El akan menerimanya dengan senang hati. Tapi ini, huuuuh...
Seseorang datang sambil memilin-milin kunci motor, terdengar suara siulan dari bibir pink itu. Mata cewek itu menatap sekilas El, lalu segera menghampiri cowok itu dari belakang. "Ceilah, hidung lo tambah lama kayak badut."
El mendengus. "Senang lo, Bang, gue sakit bukannya di do'a-in cepet sembuh, malah ngeledek!"
"Iya deh, gue do'a-in ... doa'in biar cepet mati." Kembali tawa Mona terdengar, hal itu kembali membuat El ingin segera menenggelamkan kakaknya itu sekarang juga. Padahal, kemarin ia begitu semangat Ralika mau satu mobil dengannya, walaupun sebentar.
Mungkin benar kata orang-orang. Anak yang suka mendahulukan kepentingan sendiri dari pada orang tua akan mendapat balasan, itu yang dirasakan El. Kemarin, gara-gara ia agak terlambat membawa obat untuk papanya. Sekarang dirinya juga tidak sehat, karma.
"Makannya, kemarin siapa suruh lo nganterin obatnya telat. Udah tau Om Miko sakit."
El memutar matanya, Mona sekarang bertingkah sok bijak. Apakah dirinya tidak berkaca? Siapa yang selalu ditirunya selama ini, kalau bukan Mona sendiri selaku Kakaknya.
"Eh, lo juga sering durhaka sama om Bima."
Belum sempat Mona menyahut, seseorang terdengar mendorong pintu pelan. Mereka menoleh bersamaan, di sana Nala membawa semangkuk sup.
"Wah ... harum bener, Tan."
"Eh, itu punya gue woy! Main serompot aja."
"Stop! Kalian ini, El kamu tetap istirahat di tempat tidur."
El mau tak mau hanya menurut, sebelum itu ia sempat menoleh sebentar melihat Mona yang nampak kecewa, bagaimana tidak? Bubur buatan tantenya itu tak ada duanya? Betul-betul lezat.
"Tan, aku nggak dikasih?"
El rasanya ingin muntah mendengarnya, suara merengek seperti itu sama sekali tak cocok dengan penampilannya. Mona hanya menoleh sinis. "Apa lo?!"
"Kamu 'kan nggak sakit."
Mona mendengus, lalu melirik ponselnya kemudian tersenyum. "Tan, aku pergi dulu ya, bye."
Selepas berlalunya Mona, tak berapa lama Nala pun keluar. El nampak menikmati bubur buatan sang mama dengan sangat lahap disuasana yang tenang. Tapi, tampaknya suasana itu tak bertahan lama, suara tak mengenakan langsung terdengar dari gendang telinganya. Hampir saja, membuat mangkuk yang ada di tangannya, terlepas.
"El, gue ada kabar! Ya ampun lo tau nggak, ini penting banget." Afdi langsung menyerobot masuk tanpa melihat situasi. Hei, apakah begini cara menjenguk orang sakit?
"Lo sakit beneran 'kan?" Ini lagi Ilham, pertanyaan yang tak bermanfaat sama sekali.
"Lo ketinggalan banyak berita."
El mendengus. "Lo nggak liat gue lagi sakit gini, malah nyebar ghiba!"
Afdi menceremut, ia sempat menoleh pada Ardan yang terlihat sedang membuka leptopnya. Mencari sebuah file yang sempat menghebohkan satu sekolah kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
RA-EL✔
Подростковая литература"Kalau yang ngawasin cantik kayak lo, gue bakal mau dihukum tiap hari." Satu kata yang menggambarkan seorang Ralika, menakutkan. Ya, menakutkan dalam artian sangat tegas seperti Singa betina. Jabatannya yang merupakan Wakil Ketua OSIS membuat naman...