Π THIRTY-THREE Π

4.6K 308 20
                                    

"Eh, lo mau gue semangat latihan, biar keren di depan lo waktu HUT ya?"

***

El menarik napas berulang kali. Sudah terhitung berpuluh kali ia mengajari Afdi kunci gitar yang benar, tapi cowok itu selalu saja salah. Afdi bukannya tidak bisa bermain gitar, ia bisa, walau cuman sedikit, cowok itu juga sangat jarang memainkan benda itu walaupun di rumahnya ada.

El sendiri meski bisa. Ia tak mau kalau menyanyi sambil memainkan alat musik tersebut, alasannya nanti konsentrasinya terbagi antara vokal dan mengingat kunci. Itu sebuah alasan, mungkin, padahal banyak di luar sana penyanyi yang memainkan alat musik tapi mereka tetap konsisten.

Mata El tiba-tiba terlempar ke arah jendela, di mana semua orang nampak tengah melihat mereka. Tentu itu membuat senyumnya melebar, ia yakin kalau ini akan baik untuk band-nya.

"Hai!"

Suara teriakan dan loncat girang para sisiwi terlihat olehnya dari luar, meski pintu terbuka lebar tak ada yang mau masuk. Tentu saja tak mau, karena tepat di kaca jendela, sudah ada label ancaman yang khusus dibuat oleh Ilham.

Nggak ada yang boleh masuk, kalau berani ngelanggar gue suruh si kemoceng nyium lo!

Peringatan semacam itu sangat ampuh, nyatanya mampu membuat anak cewek ngeri sendiri. Kemoceng adalah sebutan bagi seorang cowok yang sekelas dengan mereka. Nama aslinya Rangga, orangnya berponi dengan rambut seperti batok kelapa, lalu kacamata bulat, entah kenapa dia dipanggil kemoceng padahal namanya keren. El belum sempat menanyakannya.

"Serasa artis gue," ucap Afdi bangga.

"Mereka liatin gue tuh." Ilham melempar senyum sambil menyisir rambutnya ke belakang.

"Elah mereka ngeliatin gue, udah kalian berdua pelajarin kuncinya, awas kalau nggak bisa!"

Ardan sibuk berkutak dengan Drum, ia tak terlalu mengalami kesulitan karena Ardan seringkali berlatih bersama kakak sepupu yang juga punya band di kampusnya. Mungkin karena dirinya yang paling fokus, Ardanlah yang pertama kali menyadari seseorang yang terasa mencolok di dekat pintu.

"Sssttt, El, ada Ika noh."

El dengan kecepatan kilat melihat pintu. Senyumnya semakin melebar saat melihat Ralika ada di sana. Cewek itu menatapnya datar di tengah kerumunan. Menyadari kalau El menatap balik, Ralika menarik tubuhnya mundur lalu melangkah pergi

"Eh Rara. Kalian bertiga latihan dulu, Dol lo jangan salah kunci lagi. Gue ada urusan bentar."

El menerobos kumpulan cewek di depannya dengan sedikit kesulitan. Tapi akhirnya berhasil meski harus dibanjiri keringat.

"Eh urusan apaan emangnya?" Tatapan terlempar pada Ilham yang terlihat bingung.

Afdi dan Ardan menatapnya lalu berdecak bersamaan. Mereka mendekatkan wajah, tepat ke kedua telinga cowok itu lalu berkata, "urusan cinta!"

Ilham yang seperti kejatuhan spiker langsung mengusap telinganya. "Lo berdua mau bikin gue budeg!"

"Lagian sih lo, kayak nggak tau El aja."

Sementara itu Ralika tetap berjalan meskipun namanya terus terdengar dari belakang.

"Ralika Caitlin Andara!"

Hingga El berhasil menghadang jalannya, kakinya pun berhenti.

"Lo tadi mau nemuin gue 'kan?" tanya El sambil mengatur napas.

RA-EL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang