Π EIGHTEEN Π

5.1K 342 7
                                    

"Yang salah Gen-gen itu tapi kenapa Rara yang dihukum?"

***

"Saya Ralika Caitlin Andara resmi mengundurkan diri dari jabatan sebagai Wakil Ketua OSIS SMA Dharma."

Semua lantas tercengang mendengarnya, terlebih lagi Lea yang mendengar hal itu lewat jendela ruang OSIS. Ralika tadi memang tak berkata apa-apa saat keluar dari ruang kepala sekolah, hal itu yang membuat perasaan Lea jadi tak enak, dilihat dari wajah Ralika memang ia rasa ini bukan hal yang baik. Tapi Lea tak menyangka kalau ini yang akan terjadi.

Semua terdengar ricuh, apalagi hal ini membuat sebagian anggota menggeleng tak percaya.

"Ka, kenapa lo keluar?" tanya Tika yang merupakan salah satu anggota.

"Iya, kenapa?" timpal yang lainnya.

Ralika menatap dengan pandangan tegas. "Saya tak punya alasan untuk memberitahu kalian, tapi yang pasti saya harap kalian terima keputusan ini, ini merupakan keputusan yang saya ambil agar nama sekolah ini tidak tercoreng."

Semuanya langsung terdiam, seolah mengerti dengan apa yang Ralika ucapkan. Apalagi masalah yang ditimpa Ralika, sudah mulai berdampak pada sekolah. Alex pun juga sama bungkamnya, ia memang sudah diberitahu kepala sekolah sebelum memberitahu keputusannya pada Ralika, meskipun keputusan itu terdengar tak adil tapi apa boleh buat sebagai orang yang dianggap sebagai panutan ia tak bisa berbuat banyak, apalagi ini menyangkut kenyaman sekolah.

Neta yang mendengar itu lantas tersenyum miring, dalam hatinya ini sebuah berita besar. Ia sudah sangat muak melihat Ralika terlihat lebih unggul darinya, seringkali usahanya selalu gagal untuk membuat Ralika jatuh. Tapi selalu gagal.

Sekarang semuanya sudah berbalik, bahkan hanya dengan suatu kebenaran yang terungkap, Ralika sudah mendapat ribuan masalah. Neta sangat puas akan hal itu.

Alex berdiri dari duduknya, ikut bergabung di depan dengan Ralika, cowok itu menatap ke sekeliling dengan pandangan layaknya pemimpin. "Ini udah jadi keputusan Ika, gue cuman minta ke kalian agar nggak memperdebatkan lagi masalah ini, dan karena Ralika sudah mengundurkan diri, maka jabatan wakil ketua akan diberikan pada sekretaris," ucap Alex.

Neta tersenyum bangga, tentu inilah yang ia tunggu, sekarang semua orang tak akan ada lagi yang memuji Ralika.

Cewek itu berdiri dari duduknya lalu mendekat ke samping Alex, sempat cewek itu menatap Ralika sambil tersenyum miring, kemudian berdiri tepat di samping Alex.

"Neta yang akan menggantikan Ralika sebagai Wakil Ketua OSIS."

Semua orang nampak tak merespon. Mereka bingung harus senang atau tidak.

"Gue yang bakal jadi Wakil Ketua OSIS, gue harap gue bisa gantiin Ralika dengan sebaik-baiknya," ucap Neta melirik Ralika yang hanya terdiam.

"Saya permisi dulu." Cewek itu menatap ke sekeliling sekali pintas, kemudian keluar dari ruangan yang terasa pengap itu. Lea yang melihat Ralika sudah keluar buru-buru menghampiri cewek itu.

"Ka, gue tadi nggak salah denger 'kan? Lo nggak bener-bener berhenti jadi waketos 'kan, dan yang gantiin lo Neta?" tanya Lea. Ralika sama sekali tak menjawab, ia masih setia pada diamnya. "Ka jawab!" desak Lea.

"Kamu sudah dengarkan perkataan saya tadi, saya sudah berhenti jadi Wakil Ketua OSIS dan ... siswi teladan." Ralika berujar dingin.

"Siswi teladan juga? Terus yang gantiin lo ngehukum orang siapa?" tanya Lea lagi.

"Saya tidak tau, itu akan diputuskan oleh pihak BK dan sekarang saya minta kamu jangan bicara lagi!"

Lea tak bertanya lagi. Meskipun, Ralika tak berekspresi apa-apa, Lea yakin ini merupakan keputusan yang terberat.

RA-EL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang