"Cantik banget, sih, kayak gitu aja udah cantik, gimana kalau senyum,"
***
Ralika masuk ke kelas pada jam istirahat. Ia tak bisa masuk pelajaran pertama karena harus mengawasi cowok tak tahu malu itu membersihkan toilet, meski sebenarnya Ralika harus menghela napas ribuan kali, mendengar gombalan receh tak bermanfaat El. Bagaimana pun ia tak mau mengabaikan amanat Bu Rina, dengan pergi karena jenuh mendengar perkataan tak berguna cowok itu.
"Ika!"
Matanya tertuju pada seorang cewek berambut ikal yang mendekat ke arahnya dengan membawa sebuah buku sambil senyum melebar.
"Nih."
Ralika bergeming menatap sebuah buku yang di sodorkan Lea. "Untuk apa?"
Lea tersenyum, cewek itu menarik tangan Ralika lalu meletakan buku tulis itu di telapak tangannya.
"Ini buku catatan gue, tadi 'kan lo nggak masuk kelas gara-gara gantiin Bu Rina. Jadi, lo pinjem aja buku catetan gue."
Ralika menatap Lea tidak berekspresi kemudian matanya turun menatap buku tulis tersebut, perlahan tangannya membuka tiap lembar buku itu dengan teliti. Catatan materi di buku itu lengkap, semua rangkuman tersusun rapi.
Ralika kembali mendongak menatap Lea yang seperti menunggu responnya. Ia cukup tau, cewek di hadapannya ini paling malas dalam urusan catat mencatat, walau ia cuek dengan segala yang berhubungan dengan dunia, tapi Ralika tak bisa mengelak, dirinya cukup tau bagaimana sikap Lea selama ini, walau tak banyak.
"Bukannya, kamu paling nggak suka mencatat?"
Lea menggaruk tengkuknya. "Iya sih, gue emang males kalau yang namanya nyatet. Tapi, gue paksain nyatet buat lo."
Ralika diam. Matanya menatap ke sekeliling kelas yang nampak sepi. Ia berjalan ke arah bangkunya langsung memasukan buku catatan yang di berikan Lea ke dalam tasnya.
"Ka, ke kantin yuk! Gue yang traktir, deh," tawar Lea.
"Saya nggak laper."
"Ya sekali ini aja, gue 'kan temen lo. Masa sama temen sendiri aja kayak gitu," ujar Lea pura-pura merajuk.
Ralika menghembuskan napas pelan saat mendengar kata teman.
"Kamu? Teman saya?"Lea mengangguk cepat. "Ya teman, emang sih, lo nggak pernah anggap gue temen. Tapi gue tetap mau jadi temen lo, gue maksa lo jadi teman gue!"
Lea dengan semangatnya berucap seperti itu. Mungkin, bagi orang sekitar, Ralika hanya cewek flat tanpa ekspresi, si tangan kanan guru yang kerjanya cuman menghukum murid. Tapi, baginya Ralika adalah gadis hebat. Seperti wonder woman.
"Lo 'kan kerjaannya ngehukum orang, sekarang giliran lo yang gue hukum. Yaitu makan bareng gue." Tanpa persetujuan dari Ralika Lea menarik tangan cewek itu keluar dari kelas.
☁☁☁
"Duh, sumpah gue laper banget!"
El langsung mengambil semangkuk mie ayam di hadapan Ilham setelah memakan semangkok mie ayam yang baru saja dihabiskannya. Tentu saja Ilham langsung melotot. "Eh, itu mie ayam gue!"
Ilham mendengus melihat El yang kini memakan mie ayamnya dengan lahap. Dia seperti orang yang belum makan selama seminggu dan baru mendapat jatah makan hari ini.
"Lo kayak orang kurang makan, tau nggak?" celetuk Ardan dengan santainya.
El melirik Ardan kemudian kembali melanjutkan makannya sampai ke mie terakhir di mangkuk, sama sekali tak peduli---yang penting kenyang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RA-EL✔
Roman pour Adolescents"Kalau yang ngawasin cantik kayak lo, gue bakal mau dihukum tiap hari." Satu kata yang menggambarkan seorang Ralika, menakutkan. Ya, menakutkan dalam artian sangat tegas seperti Singa betina. Jabatannya yang merupakan Wakil Ketua OSIS membuat naman...