PROLOG

4.4K 107 3
                                    

Pukul 06.30 Zeanidha Rachmaniar, gadis yang akrab disapa Zea itu sudah sampai di pintu gerbang SMA Pelita. Hari ini hari pertama untuk minggu ketiga ia mengikuti pembelajaran di SMA pelita. Sekitar tiga minggu yang lalu tepatnya Zea mendaftarkan diri di SMA Pelita, memang sedari awal Zea berniat bersekolah di SMA itu karena mutu yang baik. Di SMA Pelita, Zea masuk di kelas peminatan MIPA. Di genggamannya saat ini didapati beberapa perkakas dam bahan miliknya sendiri, itu adalah project yang akan menjadi penentu penilaian semester awalnya di kelas biologi. Zea nampak kewalahan membawa project pengamatan biologinya yang harus dipresentasikan hari ini. Tangan kanannya menenteng satu kantong plastik berisikan beberapa bibit padi, pupuk kandang serta tanah dan tangan kirinya menenteng kantong plastik yang berisikan dua pot tanpa isi yang rencananya akan ditanami bibit padi.
Pengamatannya kali ini mengenai pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, membahas mengenai itu Zea memang sangat suka dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, semakin mempelajari semakin ia banyak bersyukur karenanya. Zea gadis yang pintar dalam bidang akademik, tak jarang Zea mendapat peringkat teratas di kelasnya ketika berada di sekolah menengah pertama.

"Pagi Pak Edi!" sapa Zea kepada satpam yang berjaga di depan gerbang sekolahnya itu, satpam itu nampak sedikit terkejut karena panggilan mendadak dari seseorang tak lain adalah Zea

"Pagi juga Zea,tumben pagi-pagi kamu udah datang," ucap Pak Edi sembari melempar senyum kepada Zea, Zea yang merasa dibalas sapaannya sontak menampakkan rentetan gigi miliknya itu

"Hehe iya pak, Zea ada presentasi jam pertama. Iya udah ya Pak Edi, Zea duluan," Zea berlalu meninggalkan pria itu dengan senyum simpulnya. Membahas mengenai sapaan di pagi hari, tidak setiap hari Zea bisa melakukannya, terkadang ia sedikit malu atau bahkan sedang dalam suasana hati tidak baik sehinggs berucap satu kata pun di pagi hari rasanya melelahkan.

Saat Zea mulai memasuki koridor menuju ruang kelasnya didapatinya dari arah berlawanan segerombol siswa laki-laki, nampaknya bukan siswa kelas sepuluh karena tampangnya sedikit berandal dan tidak rapi, jelas saja hanya kakak kelas yang berani berpenampilan seperti itu, mereka mungkin adalah anak kelas dua belas dari beberapa peminatan. Dipandanginya laki-laki itu sembari meneruskan langkahnya, namun lagi firasat Zea memang tidak baik sedari awal, untuk berbalik arah itu akan lebih menunjukan kekhawatirannya bukan.

"Gue bosen, apa gak ada hiburan nih pagi-pagi," seorang laki-laki diantara mereka menghembuskan napas kasar dibarengi memutar bola matanya malas. Kurang lebih demikian kalimat yang diucapkan salah satu dari mereka. Zea masih terfokus pada perabot yang ia tenteng tanpa menghiraukan sekelilingnya, tujuannya saat ini hanyalah ruang kelasnya yang damai.

"Woi! Anak kelas sepuluh!" Salah seorang dari mereka berteriak lantang kepada Zea.

Zea yang masih tidak tersadar terus saja berjalan, tersadar pun nampaknya ia tak akan menoleh, lagi-lagi ia hanya fokus pada tujuannya pagi ini. Namun nampaknya tujuannya tidak akan dengan mudah terlaksana, salah seorang dari mereka berjalan mendekat menyamai langkah Zea, laki-laki itu dengan sigap menghentikan langkah Zea dengan merampas paksa kantong plastik yang berisi pot tumbuhan padi milik Zea. Benar-benar perilaku tak sopan kepada seseorang yang bahkan tidak saling mengenal, batin Zea.

"Eh! Ba-balikin kak!" pinta Zea kepada laki-laki yang merampas hak miliknya itu, bola matanya kini fokus menatap laki-laki di hadapannya itu sembari menyumpah serapahi laki-laki itu dalam hatinya

"Bukannya harusnya lo tau kita ini senior lo, kenapa dipanggil diem aja?" Sekilas Zea membaca badge nama laki-laki yang tengah mengajaknya bicara, R Sativa Bachtiar. Laki-laki itu cukup tampan mnurut Zea, bahkam proporsi tubuhnya sangat bagus, namun lagi-lagi firasat tidak main-main jika berbicara,

"Maaf kak! Aku tadi gak dengar," Zea menunduk memainkan jari telunjuknya seperti halnya gadis polos yang tidak tahu apa-apa, ia pikir taktik seperti itu mungkin manjur untuk meloloskan diri dari mereka si pengganggu,

Padi & Jagung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang