46

312 21 0
                                    

Memagut kuat rahang Zea, sembari penuh otaknya memikirkan hal-hal yang mungkin akan terjadi beberapa menit setelah ini.

Bagaimana jika ayah mengusir Sativa, atau bahkan lagi-lagi Sativa terkena bogem mentah dari ayahnya.

Pikiran seperti itu terus saja bersemayam di bayangan Zea, apa yang harus ia katakan kepada ayahnya, bagaimana cara meyakinkan ayahnya bahwa semua ini hanyalah kesalah fahaman.

"Belum makan kamu?" Tanya Sativa yang masih tak mendapat gubrisan dari lawan bicaranya.

"Ze? Udah makan belum?" Zea menoleh sejenak

"Hah? Kamu tanya apa?" Sahut zea tak siap

"Mentang-mentang udah mantan aku dicuekin ya,"

"Eng-nggak gitu kak!" Timpal Zea merengek

"Enggak mantan?"

"Iya" jawab Zea tak berpikir panjang

"Berarti pacar dong?"

"Hah? Apa? " semburat merah jambu terkuak di permukaan kulit pipi Zea, malu, satu kata yang mewakili perasaannya saat ini.

"Santai aja kali, aku becanda kok,"

Mendengar penuturan Sativa, Zea semakin malu, bisa-bisanya ia begitu membawa perasaan akan hal ini. Begitu percaya diri dengan kemungkinan bahwa mereka akan kembali seperti dulu lagi.

🛸

Rela. Satu kata yang dapat menggambarkan keadaan Cepa saat ini, meyakini bahwa pilihannya adalah yang  terbaik, bahkan tentunya tak pantas memiliki raga yang hatinya termiliki oleh orang lain.

"Ahh! Masa gini doang pedes mata gue,"

Ting

Melirik ke samping kirinya, benda pipih itu yang sedari tadi tergeletak kini menjadi fokus mata Cepa, layar ponsel itu menyala terang beberapa detik sebelum akhirnya meredup dan padam. Cepa kembali memfokuskan matanya ke arah jalanan dimana ia kemudikan mobilnya.

"Ashh!,.."

Pekiknya gusar, Cepa tak kuasa menahan untuk tidak membuka ponselnya itu terlebih lagi ia butuh suasana berbeda agar perasaan hatinya membaik.

Dilihatnya notifikasi yang muncul di layar ponselnya, tertera nama yang tentu saja tak asing baginya, Rina.

Rina
Zea ada sama lo gak?

Tak tunggu lama Cepa segera menggerakkan jemarinya, bukan untuk membalas pesan dari Rina, melainkan menelfon sang empunya.

"Halo Rin? Depan perpusda bisa?"

Tak ada hal lain yang bisa Cepa lakukan selain mempercayakan ceritanya kepada Rina, mungkin memang waktu yang sangat bertepatan disaat Cepa benar-benar membutuhkan teman berbagi cerita.

"..."

"Please ya Rin?"

Kini Cepa memasang wajah kecut tatkala seseorang yang berada di seberang sana terus saja beralasan tidak ingin menyempatkan waktunya.

"..."

"Share loc gak lama, gue jemput."

Setelah memutuskan telfonnya selang beberapa menit Cepa mendapat pesan kiriman maps lokasi dari seseorang yang  memang ia pinta sedari awal.

Padi & Jagung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang