31

729 46 2
                                    

Jam kedua adalah pendidikan jasmani dan olahraga, Zea dan Rina sudah bersiap untuk berganti kaos olahraga. Membahas menenai olahraga Rina mahir dalam lari jarak pendek disisi lain Zea mahir dalam olahraga badminton. Kini Zea dan Rina mempersiapkan pakaian gantinya untuk dibawa ke kamar ganti di samping kamar mandi sekolahnya.

"Ayo Rin! Buruan! Lo lama banget deh, kebiasaan!" Zea terus saja berucap meminta Rina untuk mempercepat gerakannya

"Bentar sisirnya belum gue ambil," Rina masih saja membongkar isi tas sekolahnya, jangan lupakan tipikal Rina yang terlalu berlebihan. Bahkan sampai membawa alat make up ke sekolah

"Ayolah Rin! Kita cuma mau ganti, pake acara bawa sisir."

"Gue kasih tahu ya Ze, nanti tuh pasti rambut kita berantakan jadi harus bawa sisir," Zea menatap malas ke arah Rina, sahabatnya ini benar-benar sangat rempong. Mereka berjalan menuju kamar ganti untuk berganti kaos olahraga.

Sesampainya di ruang ganti Zea melangkahkan kakinya masuk menuju ruang ganti, disusul Rina dibelakangnya.

"Eh mau kemana lo?" Tanya Zea kepada Rina

"Ikut lah."

"Gak, gue dulu aja. Lo rempong sih, empat persen buat ganti baju sembilan puluh enam persen teriak-teriak, yang ada gak selesai-selesai," ucap Zea menerangkan kebiasaan Rina saat beganti pakaian

"Ya ampun Ze, janji deh gak teriak-teriak lagi," Zea menimbang ucapan Rina mengingat beberapa bulan lalu ketika semua guru berkumpul di ruang ganti karena mendengar teriakan Rina hanya karena kecoa terbang. Kejadian yang sangat memalukan, bahkan membuat keributan hebat di sekitar ruang ganti

"Sumpah Rin, sebenernya gue udah cape ya. Gue iji--"

"Makasih Zea sayang!" Rina langsung memotong ucapan Zea dan menerobos masuk ruang ganti

"Sial. Ada aja temen kaya gitu," ucap Zea menatap datar ke arah pintu masuk kamar ganti

Tidak komit dengan janji yang Rina ucapkan, tetap saja Rina berteriak hanya karena kehilangan sisirnya pasalnya tadi Rina sudah membawa sisirnya sampai ke ruang ganti tetapi ketika diperlukan sisirnya menghilang.

"Lo bawa sisir gue ya Ze?"

"Gak."

"Sumpah Ze! Sisir kesayangan gue gak ada!" Rina mulai berteriak mengetahui bahwa sisirnya hilang

"Ze! Gue beli di online shop loh Ze! Dari Jepang Ze! Gak rela kalau sisirnya ilang! Huaaaa..."

"Lo cari deh bener-bener, jangan-jangan masih ketinggalan di kelas. Kebiasaan sih," Zea mencoba menenangkan sahabatnya yang sudah pusing mencari-cari keberadaan sisirnya

"Iya kali ya, masih di kelas. Tapu kayanya gak mungkin deh kalau di kelas Ze, secara tadi udah gue bawa keluar."

"Alah udah ayok ke kelas langsung, daripada lo bingung-bingung mikirin sisir lo ada di kelas apa enggak, mending langsung kita cek ke kelas."

Mereka keluar dari kamar ganti dan berjalan kembaki menuju kelas mereka, sedari tadi Rina terus saja bermonolog mengenai sisirnya yang hilang, Zea yang menyaksikan hanya menatap malas ke arah matanya memandang.

"Gue gak mau kehilangan keke."

"Keke?" Zea menatap ke arah Rina

"Sisir gue Ze, namanya keke. Udah gue kasih tulisan keke." Zea menatap malas ke arah Rina sembari membuka mulutnya seperempat penuh, pasalnya teman karibnya itu terlalu berlebihan hanya karena kehilang sisir saja membuat separuh nyawanya seolah hilang

"Ya udah lah kalau gak ketemu, lo bisa beli lagi kan? Online shop juga ada yang kaya gitu."

"Masa ada Ze? Kawe pasti, punya gue kan ori!" Lagi-lagi Zea menatap malas ke arah sahabatnya itu

"Itu-cuma-sisir. So, bedain yang ori sama kawe apa bedanya Rin! Gak paham lagi gue sama lo,"

"Yang ori tuh ya Ze, kalau dibuat nyisir bisa alus," Rina menjelaskan dengan mata yang membulat

"Bodo!" Zea berlalu masuk ke dalam kelasnya meninggalkan Rina yang masih mematung di ambang pitu kelasnya

"Ze! Tungguin gue kali."

Disisi lain Argan tengah duduk di kursi guru, tidak ada sesuatu yang mengganjal dari Argan. Tetapi satu benda menarik perhatian Rina, Rina terkejut bukan main ketika masuk ke dalam kelasnya. Argan, laki-laki itu dengan penuh percaya diri menyisir rambutnya sembari meletakkan kakinya di atas meja guru, bukan salah jika hanya menyisir rambut, tetapi sisir yang digunakan Argan adalah sisir milik Rina, keke.

"Argan! Demi apa! Sini lo!" teriak Rina yang masih berdiri di depan kelas

"Why? Ada apa beb?" Argan menatap ke arah Rina dengan tatapan ala pedofil, jangan lupakan bahwa Argan adalah seorang buaya darat, laki-laki tampan yang suka mempermainkan hati anak gadis orang

"Apa yang lo pegang!"

"Si-sir? Terus? Jadi mau apa? Pengen dipegang-pegang juga?"

"Mesum! Itu sisir gue!"

"Gue nemu, tulisannya keke bukan Rina. Berarti lo ngaku-ngaku ya?" Argan berdiri dari duduknya kemudian berjalan mendekat ke arah Rina, di tempatnya duduk Zea hanya memandang ke arah dua sejoli yang sedang beradu mulut

"Keke itu nama sisir gue! Balikin!"

Argan meletakkan sisir itu di saku celananya, kemudian menatap remeh ke arah Rina.

"Boleh. Ambil sendiri tapi," Rina terkejut bukan main, tidak mungkin jika ia harus merogoh saku celana milik Agan yang dipakainya

Zea yang melihat hal itu kemudian berdiri dan mendekat ke arah Rina dan Argan. Zea tahu betul bahwa Rina tidak sembarang mendekat atau bahkan menyentuh sesuatu yang berkaitan dengan seorang laki-laki.

"Udah lah Gan, balikin aja. Lo boleh nebuaya, tapi jangan di kelas," ucap Zea kepada Argan

"Oke deh, karena lo yang minta," diambilnya sisir itu dari saku celana kemudian memberikannya kepada Rina sembari mengedipkan kelopak mata kirinya ke arah Zea

"Bilangin Sativa nih!" tambah Zea menatap tajam ke arah Argan

"Jangan dong! Walaupun gue lebih ganteng dan gak level kalau harus berantem sama pacar lo. Secara gue most wanted di sekolah."

"Pacar gue lebih dulu jadi most wanted ya, secara dia senior lo."

"Oke, kalau pacar lo most wanted. Berarti sama aja dong kaya gue, pacaran aja sama gue, gue juga most wanted," Argan mengangkat alis kirinya sembari menjulurkan ujung lidahnya di sisi bibir

"Mana mau gue sama cowo mesum kaya lo anjir."

"Do you know a secret?" Zea hanya mengangkat dagunya sedikit menengadah ke arah Argan

"Semua cowo itu mesum, tapi sebagian munafik. Ditutup-tutupin padahal aslinya suka tegang," Argan mendekat membisikkan kalimat yang membuat Zea bergidik ngeri

"Ihh! Jijik Gan!" Zea langsung saja menyerang Argan dengan pukulan mematikan

"Apa Ze! Dia bilang apa sama lo?" Rina mulai heboh sendiri melihat Zea yang spontan memukul-mukul bahu Argan

"Gue cuma bilang kalau cowo it--"

Pletak

Belum sempat melanjutkan kalimatnya Zea lebih dulu memukul kepala Argan dengan tangan kanannya. "Mau apa lo! Bilang apa!"

"Iya-iya gak jadi, lo masih polos Rin. Gak perlu tahu."

Argan kemudian berlari keluar kelas, disisi lain Rina menatap bingung ke arah kepergian Argan dan menatap penuh tanya ke arah Zea.

follow me,
keep reading add library
vote &  builder comment
love you all💓✨

Padi & Jagung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang