Tok tok
"By? Udah siap belum?" Sativa mengetuk pintu kamar Zea tidak sabar
"Iya bentar!" Pekikan suara Zea mengema dari dalam ruangan
"Pokoknya aku tunggu disini sampai kamu keluar ya," Sativa bersandar balik pintu kayu kamar penginapan Zea
"Aku mau keluar nih! Jangan senderan di balik pintu, nanti kejengkang tahu rasa!" Sativa terkesiap kemudian berdiri tegap menjauh dari pintu
"Jeng jeng jeng! Kuy bakar jagung!" Zea keluar dari kamarnya memakai jeans hitam dengan atasan senada kemudian ditambah balutan jaket kulit berwarna coklat muda, kini tampilannya lebih mirip woman riders di jalan raya
"Mau balapan apa bakar jagung mbak?"
"Adanya ini, mau gak mau. Ayo! Tunggu apa lagi," Sea menarik lengan Zea diikuti sang empunya, mereka berjalan keluar penginapan ke tempat bakar jagung
"Wah! Makin lengket aja nih!" Davin menyambar menyindir kedua sejoli yang baru saja datang
Zea menatap ke arah Sativa seakan memberi isyarat paham mengenai sindiran dari Davin.
"Kuy lah Ze! Langsung gabung," ucap Faris kepada Zea
"Gue gak diajak?" Sativa bertanya dengan memutar kedua bola matanya
"Sans lah, pacar Zea juga harus ikut," Faris terkekeh sebentar diikuti teman-teman yang lain
Zea mengambil dua jagung yang masih terbungkus kulitnya.
"Kamu duduk aja, biar aku yang bakarin jagung buat kamu," Sativa menatap ke arah Zea sembari melempar senyum
"Iya, harus enak!" Wajah Zea berseri-seri seperti anak kecil yang diberi sepuluh kotak lolipop
"Buat kamu apa sih yang engga by."
Zea hanya nenatap lekat ke arah kekasihnya, memantau setiap pergerakan dari kekasihnya itu. Laki-laki nakal yang selalu membuat rusuh, jail, tercatat begitu peka dan perlu diingat sialnya ia terlalu tampan sehingga berkemungkinan menjadi buaya darat.
"Gosong tuh! Yang bener dong bakarnya!" Ledek Zea kepada Sativa
"Be patient my princess, my only princess," Sativa tak kalah memberi ucapan berlebih
Di tempatnya berada Nissa seperti seorang laki-laki yang tengah kebakaran jenggot, rahangnya menguat membuat gesekan di antara gigi taringnya seakan siap menyerang Zea.
"Aku bosen nih, terus harus gimana?" Zea mengerucutkan bibirnya
"Sini-sini duduk deket aku aman," sahut Faris berniat memberi candaan
"Jaga jarak satu meter dari pacar gue ya, jangan deket-deket," ucap Sativa sarkas
"Gak usah deh Ze. Bodyguard lo bahaya, hahaha!"
"Hahaha! Hobinya emang kaya gitu, bawaan dari lahir kayanya."
"Heh Va! Pacarnya jangan di tinggal sembarangan, takutnya tiba-tiba ilang," sindir Naren menaikkan alis kirinya
"Kalau sampai ilang, gue cari sampai ketemu kali. Pencurinya juga bakal abis sama gue," Sativa membalas ucapan Naren sembari menyunggingkan garis bibirnya
Akhirnya keheningan terjadi. Semua terdiam tanpa bersuara, hanya terdengan suara petikan dari jagung yang sudah matang.
"Woy diem-diem bae!" Anna memecah keheningan dengan buka suara
"Jagungnya masih lama ya?" tanya Zea mencari topik
"Ini bentar lagi siap," jawab Sativa yang masih terfokus pada jagung yang ia bakar
"Punyaku dibuat pedes aja ya?"
"Iya," jawab Sativa halus
Karena merasa bosan, Zea iseng bermain dengan bara api. Tepat di hadapannya balok kayu selebar tiga jari dipegangnya, di ujung balok kayu itu terdapat bara api hasil bakaran kayu yang telah mengangah sedari tadi. Zea memainkan balok kayu itu menggores-goreskannya pada hamparan pasir putih yang dipijaknya.
Di tempatnya duduk, Nissa menyadari kegiatan yang dilakukan Zea. Ekspresi yang tadinya terlihat marah kini berubah menjadi seringai tajam menatap ke arah Zea. Kesempatan emas bagi Nissa kali ini, walaupun mungkin membahayakan diri sendiri itu bodoh, tetap saja dilakukannya. Nissa memakai celana di atas lutut, kakinya terekspos sampai jari kaki. Nissa hanya memakai sandal yang masih mengekspos sebagian besar kakinya. Nissa berdiri dari duduknya kemudian menatap ke arah semua orang yang ada di sekelilingnya.
"Mau kemana lo?" tanya Anna sarkas
Nissa sama sekali tidak menjawab pertanyaan yang diajukan Anna. Nissa berjalan ke arah balok kayu yang dimainkan Zea, mau tidak mau ini yang harus dilakukannya.
"Aaaah!" Nissa tersungkur sebab terkena bara api dari balok kayu yang sengaja ia lawan
"Ya ampun, Nissa!" pekik Zea terkejut, sontak semua mata mengarah kearah mereka tanpa terkecuali
"Astaga, ini sakit banget! Aduhh!" Nissa merintih sejadi-jadinya
"Kok bisa kaki lo kena bara api? Ini luka bakarnya parah banget sih," ucap Naren
"Gue gak tahu, gue cuma mau balik ke penginapan. Tiba-tiba Zea ngayunin balok kayunya gitu aja, aku gak sempet ngehindar. Ini sakit banget! Aduhh!" Air mata kini keluar dari mata Nissa
"Gu-gue, gue bener-bener gak sengaja Nis. Maaf, gue tahu gue salah. Gue terlalu ceroboh, maafin gue Nis." Zea kini mulai meneteskan air mata
"Udah sepantesnya lo bilang maaf," Sativa beranjak mendekat membopong Nissa menuju penginapan
Semua orang yang menyaksikan hal itu terkejut bukan main, kali ini Sativa benar-benar malah besar. Sativa tidak banyak bicara ia memilih melakukan hal yang sepantasnya dilakukan, hal ini tentu menejutkan banyak orang. Zea benar-benar membuat kekasihnya marah, Sativa bukan tipikal laki-laki yang suka beradu mulut, diamnya membuat orang lain merasa takut. Zea terua saja menggigit bibir bawahnya, merutuki kecerobohannya yang benar telah membahayakan keselamatan orang lain, melukai Anissa, ini bukan hal baik tentunya.
"Gue harus susul Kak Tiva," Zea berdiri dengan air mata yang masih bercucuran
"Jangan Ze. Gue minta jangan sekarang," tahan Davin kepada Zea
Tangis Zea menjadi-jadi, ia menyesal selalu berbuat ceroboh yang bahkan dapat menurunkan kepercayaan Sativa padanya. Ralat, kini kepercayaan Sativa pada Zea benar-benar sudah hancur. Zea melupakan janjinya bahwa ia tidak akan melakukan suatu hal yang mungkin dapat menghancurkan kepercayaan Sativa padanya.
"Gue salah Vin! Sativa marah besar sama gue! Nissa luka gara-gara gue! Gue emang pantes disalahin atas semua ini!" Zea meraup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya
"Lo gak boleh nyalahin diri lo sendiri Ze," Faris mendekat menenangkan Zea
"Udah Ze, jangan nangis gue mohon," Rina menepuk pungung Zea perlahan, matanya mulai memanas
"Sekarang kita bawa Zea ke rumah Bu Sari dulu, Sativa pasti masih marah. Butuh waktu buat yakinin dia," ucap Davin memberi jalan tengah
Mereka semua menuntun mengantar Zea sampai ke rumah Bu Sari. Belum sampai mengetuk pintu, Bu Sari lebih dulu keluar dari rumahnya.
"Astaga mbak Zea kenapa?" tanya Bu Sari sedikit terkejut
"Ceritanya panjang bu, dan apa boleh Zea tidur disini dulu? Ada beberapa masalah di penginapan," Bu Sari mengerti betul permasalahan yang mungkin terjadi di antara mereka
Dengan telaten Bu Sari membawa Zea masuk, memastikan bahwa Zea akan aman di rumahnya. Kemudian disusul kepergian semua orang ke kamar masing-masing.
follow me,
keep reading add library
vote & builder comment
love you all💓✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Padi & Jagung✓
Teen FictionBaca secara urut setiap slide ya, kelewat satu slide dijamin tidak paham alur cerita. Zeanida Rachmaniar, gadis yang menginjak usia 17 tahun, gadis yang belum memahami arti cinta sesungguhnya. Disisi lain Revano Sativa Bachtiar, laki-laki yang me...