28

710 48 0
                                    

"Nanti siang pamit sama Bu Sari, sekarang beresin semua barang yang kamu bawa. Ini udah hari ke empat di penginapan, harusnya pagi ini kita pulang, tapi kita semua bangun kesiangan, kita udah banyak ngerepotin Bu Sari."

"Iya, aku ke kamar dulu aja," Zea berlalu meninggalkan Sativa yang masih mematung di depan pintu kamarnya, hanya butuh berjalan beberapa langkah saja Zea sudah sampai di kamarnya

Diketuk perlahan pintu kamar itu, benar saja dugaannya, Rina selalu lupa mengunci pintu dan berakhir tertidur dengan pulas di atas ranjang. Dengan perlahan Zea memutar kenop pintu kamarnya, memberi sedikit dorongan agar pintu iti terbuka. Rina masih tidur batin Zea, dilihatnya sahabat karibnya itu, Rina tertidur pulas memenuhi ranjang kamar, posisinya kini membentuk arah jam tujuh, meringkuk seperti anak kucing yang sedang tertidur, selimutnya sudah terlempar sampai ke lantai, lampu kamar mandi tidak dimatikan, kipas angin terus saja berputar bahkan kosmetiknya berceceran di atas meja rias, mungkin Rina sangat kelelahan sehingga tidak sempat membersihkan semua kekacauan di kamar itu. Akhirnya Zea memutuskan untuk merapikan dan menata semua perabot yang berceceran di setiap sudut kamar termasuk merapikan semua barang bawaan Rina sebelum akhirnya mereka akan pulang.

Zea akan memastikan tidak ada satupun barang yang tertinggal di dalam kamar, ia tidak mau melakukan hal yang ceroboh untuk yang kesekian kalinya. Disisi lain Rina masih tertidur pulas padahal jam dinding menunjukkan pukul sembilan, hanya kurang beberapa jam lagi tepat siang hari. Zea tidak berniat membangunkan Rina, Zea hanya terduduk di tepi ranjang memainkan ponselnya yang akhir-akhir ini diacuhkan olehnya.

"Eungh!" Rina melenguh membuka perlahan kelopak matanya, sangat buruk baginya jika terlalu banyak tidur

"Lo siapa!" Dengan tiba-tiba Rina menendang punggung Zea hingga sang empunya terusungkur di atas lantai

"Aduh! Ini gue Zea! Asal tendang aja lo! Sakit tau," ucap Zea yang masih dalam posisinya serta memegangi punggung belakangnya yang ditendnag oleh Rina

"Zea! Sori Ze! Pasti sakit ya..." Rina turun dari ranjangnya dan membantu Zea berdiri, Zea sendiri tidak mengada-ada punggungnya terasa sakit bahkan sesaknya terasa sampai dalam, ini bukan hal baik mengingat daerah itu rawan terkena benturan

"Iya gue gak apa-apa, tapi ini sesek banget Rin."

"Lo sih! Gak bangunin gue, tiba-tiba aja nongol, gue kira setan atau sejenisnya. Gue kan penakut Ze."

"Lo juga melek belum penuh udah asal tendang!"

"Iya-iya maaf, lo tiduran dulu deh. Gue beresin barang-barang lo," ucap Rina kemudian beranjak berdiri, bola matanya menatap ke sekeliling ruangan, tidak disangka semuanya sudah dirapikan oleh Zea

"Ze? Serius lo yang rapiin semuanya?" Rina masih mematung dengan mulut sedikit terbuka, Zea hanya mengangguk pelan tanpa bersuara. Satu detik setelahnya Rina berbalik dan langsung memeluk Zea dengan erat

"Ze! Lo emang yang terbaik! Aa... gue jadi ngerasa bersalah," ucap Rina sembari merengek seperti anak usia dibawah lima tahun

"Rina! Sesek!" pekik Zea di sela-sela pelukan bersama Rina

"O em ji! Maaf! Ya ampun Ze! Haduh gue harus apa ini..." Rina mulai kebingungan mencari-cari alat yang mungkin bisa meredakan rasa sesak pada Zea

"Rina, Rin! Berhenti! Gue gak apa-apa. Lo cuma cukup diem terus mandi aja, ini udah siang. Lo gak mau ikut pulang?"

"Ya mau lah! Gue kangen banget sama bokap nyokap!"

"Lo, teriak lagi. Gue minta jangan teriak-teriak lagi ya? Gue pusing, mending lo buruan mandi. Dan! Gak ada satupun kata yang keluar dari mulut lo sebelum lo keluar dari kamar mandi," ucap Zea panjang lebar kepada Rina yang sedari tadi terus saja berteriak

"Tap--." Sempat Rina ingin menambah alasan tetapi sudah lebih dulu dipotong oleh ucapan Zea

"Gak ada. Sono buruan mandi! Lima belas menit gak keluar gue tinggal." Rina yang mendengar ucapan Zea seketika terkesiap, ia tidak mau mengulang masa dimana saat Zea meninggalkannya ketika terlalu lama memilih baju di swalayan. Dengan terburu-buru Rina mengambil handuk dan berlari menuju kamar mandi tanpa bersuara

"Gak usah cepet-cepet lari, cepetin aja tuh mandinya. Dikira ratu apa, mandi lama banget. Inget! Lima belas menit aja!" Teriak Zea menaikkan nada bicaranya dua oktaf karena Rina sudah berada di dalam kamar mandi.

Menunggu Rina yang sedang mandi, Zea sengaja mengaktifkan ponselnya untuk mengirimkan pesan kepada Nissa mengenai perminta maafannya.

Nis, maafin gue ya kalau udah bikin lo luka semalem. Gue gak ada maksud apa-apa kok

Oke

Kali ini gue maafin, dan asal lo tahu semalem itu gue yang sengaja ngelukain diri gue sendiri.

Ya, tapi gue yakin. Lo gak bakal ngasih tau Sativa kan? Secara rahasia lo ada di gue

Kali ini Zea hanya dapat menghembuskan nafasnya kasar. Masih dipikirkannya lagi, mengapa harus mengikuti segala kemauan Nissa hanya karena ancaman seperti dalam sinetron, biasanta jika menonton sinetron seperti ini Zea akan langsung mengumpat mengatai tokoh protagonis terlalu bodoh dan sekarang, ternyata ia melakukan hal yang sama, terkadang keadaan memang memaksakan kehendak seseorang. Zea hanya memandang pesan yang diterimanya dari Nissa, mau tidak mau ia harus menuruti kemauan Nissa, mengatakan atau pun tidak mengatakan kepada Sativa semuanya tidak akan ada yang berubah, Sativa tidak akan mungkin menghajar Nissa hingga babak belur dan Nissa tidak akan berhenti mengejar Sativa. Jadi apa gunanya, lebih membahayakan jika Sativa tahu mengenai penyakit yang diderita Zea, kemungkinan terburuk Zea akan ditinggalkan begitu saja seperti di sinetron-sinetron pasaran.

"Ze, gue udah siap," ucap Rina yang tiba-tiba sudah berada di hadapan Zea, sontak membuat Zea terkejut bukan main hingga matanya membulat sempurna

"Sejak kapan lo disini?"

"Baru aja, tapi keluarnya udah dari tadi," karena terlalu fokus memikirkan mengenai Nissa, Zea sampai tidak mengetahui bahwa Rina sudah bersolek di sekitarnya, Zea mengedipkan matanya beberapa kali kemudian kembali tefokus pada Rina

"Kenapa? Buruan keluar, pasti yang lain udah nungguin," tanpa bersuara Zea turun dari ranjang yang ditempatinya, mengambil koper berisi barang bawaannya kemudian keluar dari kamar penginapan diikuti Rina dibelakangnya.

Sesampainya di teras penginapan, benar saja dugaan Rina semuanya sudah berkumpul bahkan Sativa sudah menyiapkan mobil tepat di depan teras. Langsung saja mereka memasukkan barang bawaan mereka ke bagasi mobil seperti saat pertama mereka memulai perjalanan ke penginapan, wajah lesu mulai tampak dari semua orang, lelah dan mungkin sangat merindukan keluarga di rumah.

"Bu Sari, Zea pamit pulang. Makasih atas semua bantuan yang Bu Sari kasih buat Zea, makasih udah jadi ibu buat Zea yang manja ini. Dan, kami semua harus pulang, sekali lagi makasih ya bu,"

"Iya sama-sama. Kalian semua gak numpang dengan percuma, tapi bayar. Semestinya ibu melayani dengan baik. Hati-hati di jalan."

"Ze! Buruan masuk!" panggil Rina yang sudah siap di dalam mobil bersama yang lainnya

"Ya udah ya bu, yang lain udah nungguin," kalimat terakhir yang keluar dari mulut Zea sebelum akhirnya ia naik ke dalam mobil. Mereka semua menempuh perjalan pulang sesuai dengan mobil keberangkatan mereka, Sativa bersama Zea, Rina dan Davin kemudian Naren bersama Nissa, Anna dan Faris.

Tempat penginapan dan sekitarnya menyimpan kenangan yang tidak akan Zea lupakan, semua permasalahan, kebahagiaan bercampur menjadi satu. Jangan lupakan momen kemesraan diantara Zea dan Sativa yang berlangsung di tempat itu juga. Bahagia rasanya bisa menghabiskan waktu bersama orang-orang tersayang, bukan hal yang buruk mengenai perkelahian dan kekacauan yang sudah terjadi, itu hanya awal dari sebuah kebaikan kelak.

follow me,
keep reading add library
vote &  builder comment
love you all💓✨

Padi & Jagung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang