Ekor mata Singto menatap curiga gerak-gerik Krist bahkan Mean yang menurutnya sangat patut untuk di curigai orang lain, tetapi kedua pria itu hanya tersenyum manis ke arah Singto. Bagaikan anak kucing yang sangat polos. Tentu saja itu membuat Singto semakin was-was bukannya sebaliknya, sebab keduanya itu sama saja, selalu membuat ulah dan senang sekali memancing amarah Singto, bahkan keduanya sering kali melawannya, namun saat ini keduanya hanya berdiam diri, sembari menatap ke arahnya.
Krist menyenggol lengan Mean, mengisyaratkan agar pria itu segera mengatakannya pada Singto, hanya saja Mean sedikit takut, bagaimana jika nanti justru Singto marah, dan mencabut semua fasilitasnya.
"Ada apa?"
Tanya Singto tanpa menunggu lama, sebab tahu jika kedua pria itu ingin mengatakan sesuatu padanya, tetapi takut jika Singto akan marah, bukan hal susah untuk menebaknya, apalagi jika itu soal Mean. Singto bahkan hafal mimik wajah adiknya itu ketika membuat masalah, dan bersembunyi padanya, meminta pertolongan.
"Hah? Itu ... Itu ..." Krist yang kesal langsung menginjak kaki Mean dengan kencang, "aku ingin mengajak phi Krist ke toko buku, tidak apa-apakan phi?"
Alis Singto bertautan, dari kapan kedua pria liar itu tiba-tiba pergi ke toko buku, bukannya Singto tidak tahu kebiasaan mereka yang tidak jauh beda, selalu pergi ke tempat-tempat yang merusak otak dan pikiran mereka, dan sekarang keduanya berubah haluan tentu saja Singto bingung.
"Sejak kapan, kau suka pergi ke toko buku? Biasanya kau pergi ke klub jika tidak kau pergi bersama teman-temanmu yang berandalan itu, nongkrong di jalanan seperti gelandangan, kau hanya bisa menghambur-hamburkan uang."
"Oh, aku punya banyak uang. Kenapa tidak di pergunakan, apa uang itu akan berubah jadi wanita jika aku hanya menyimpannya?"
Lirikan sinis di keluarkan oleh Singto, "Kau pikir uang yang kau hamburkan selama itu hanya tinggal memetik saja di kebun belakang rumah?"
"Mungkin, aku tidak tahu. Yang aku tahu dari lahir aku sudah kaya."
Tangan Singto membanting peralatan makannya, membuat Krist dan Mean terlonjak kaget, dalam hati Krist merutuki sikap Mean yang di anggapnya bodoh itu, tidak bisakah pria itu membujuk Singto, buat Singto luluh agar mereka bisa pergi, namun ternyata pria itu cukup bodoh, dan justru membuat Singto marah.
Krist menghentikan tangan Singto yang ingin memukul Mean, "Jangan lakukan itu!" Krist menggelengkan kepalanya tanda jika dirinya tidak sejutu dengan adanya kekerasan yang seperti itu disini, "jika dia salah, kau bisa memberitahunya, bukan justru memukulnya, percuma kesalahan tidak akan berubah menjadi kebaikan sebab kau mengunakan cara yang sama untuk membalasnya."
"Kalian mau pergi kemana sebenarnya?"
"Ke toko buku, hanya untuk membantuku mencari buku, aku yang mengajaknya pergi supaya bisa menemaniku, kau selalu mengeluh saat Mean pergi dengan teman-temannya jadi aku berpikir untuk mengajaknya pergi bersamaku."
"Kalian tidak ada main di belakangku kan?"
Mean tertawa mendengarnya, sudah berapa kali dirinya bilang jika Krist itu bukan tipenya, kenapa tidak ada yang percaya padanya, Mean benar-benar tidak suka Krist, Karena terlalu liar untuk di taklukkan.
"Phi jika aku bersamanya, bisa-bisa aku mati muda nantinya."
"Aku juga tidak mau denganmu, bodoh!"
Krist kesal, sudah di bela tetapi anak itu justru mencelanya, kenapa tidak Krist biarkan saja tadi Singto memukulnya, supaya anak itu tahu rasa.
"Ou, ada apa ini pagi-pagi sudah ribut?" Sela New yang datang bersama dengan Tay dan juga Earth, di sisi kanan dan kirinya, tangan New memegang erat kedua lengan pria itu, seolah tidak membiarkan mereka pergi barang sejengkalpun. New takut jika nanti mereka akan di ambil orang lain, para suaminya kan cukup menggoda, "Hei, pria tidak punya sopan santun, untuk apa kau menatap suamiku seperti itu? Mau aku colok matamu."
![](https://img.wattpad.com/cover/168799549-288-k375166.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[24]. SLAVE { Crazy Love }
Fanfiction[ COMPLETED ] "Tugasmu hanya satu berbaringlah di sana," tunjuk seseorang pemua berkulit Tan pada seorang pemuda lain di sampingnya, "mendesahlah lalu puaskan aku." "Jika aku tidak mau bagaimana?" Pemuda berkulit putih itu bertanya sembari menatap s...