"Krist ... Krist ... Krist ... Sayang...."
Krist hanya menatap Singto dengan tajam, tidak mengindahkan pria itu yang dari tadi mengikutinya, tetapi Singto dengan tidak tahu malunya, justru terus mengikuti Krist, membuat Krist semakin berang dan meraih Vas bunga yang ada di sekitarnya, lalu melemparkannya ke arah Singto begitu saja.
Untungnya Singto bisa menghindarinya, dan terus saja mengejar Krist yang ingin pergi ke kamarnya sendiri. Krist langsung berhenti berjalan dan membalikkan tubuhnya, menatap Singto dengan sangat datar, sedatar-datarnya.
Sebelum melayangkan pukulan bertubi-tubi kepada pria itu dengan penuh emosi, hanya saja Singto diam saja menerima semua itu, tidak melawan Krist sedikitpun.
"Bangsat! Kau benar-benar, brengsek! Aku benar-benar akan membunuhmu! Pergilah ke neraka! Sialan!"
Jemari Krist menarik-narik rambut Singto, tidak mau melepaskan pria itu. Krist tidak perduli pada Singto yang terpenting untuknya saat ini hanya satu meluapkan amarahnya yang terpendam pada pria yang saat ini ada di hadapannya, Krist benar-benar merasa kecewa pada Singto.
"Dengarkan aku dulu."
"Untuk apa aku mendengarkanmu, hah? Mau alasan apa lagi kau sekarang?"
"Ada apa ini pagi-pagi sudah ribut?"
New datang dengan tergesa-gesa karena mendengar suara keributan di dalam rumah, padahal hari masih sangat terlalu pagi untuk meributkan sesuatu.
"Ini hanya salah paham saja."
"Salah paham?" Sebuah tamparan di layangkan Krist pada Singto, "salah paham macam apa, yang kau maksud disini? Jelas-jelas dia tahu namamu, menelepon di ponselmu, dan juga mengaku kekasihmu. Lalu kau anggap aku apa? Siapa lagi kekasihmu di luar sana? Ada berapa banyak? Kau bilang kau tidak akan seperti itu lagi, kau mau berubah untuk anak kita, tapi nyatanya kau sama saja! Aku tidak mau percaya padamu lagi!"
Krist memukuli dada Singto, menumpahkan kekesalannya pada pria itu. Hingga New menahannya, tetapi Krist menepis tangan New.
"Minggir! Aku tidak akan berhenti sampai membunuh pria sialan itu!"
"Hentikan, jangan marah-marah."
"Dia benar-benar membuat ku kesal phi."
"Tapi Krist ... Kau kenapa?" New panik melihat Krist memegangi dadanya, "tarik nafas perlahan, Krist. Tenangkan dirimu."
"Sayang kau tidak apa-apakan?"
Krist menepis tangan Singto, "jangan menyentuhku!"
"Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Ada apa sebenarnya? Jangan memakai emosi."
"Aku tidak mau membicarakan apapun phi. Aku membencinya!" Dengan langkah menghentak-hentak Krist pergi meninggalkan keduanya, namun ketika Singto ingin menyusulnya, Krist langsung membalikkan badannya, "jangan ikuti aku!"
"Astaga, sing! Ada apa sebenarnya?"
"Aku tidak tahu, tiba-tiba dia sudah menjadi seperti itu."
"Kau tahu dia seperti apa, harusnya kau bisa mengatasinya kan? Sepertinya dia benar-benar marah sekarang padamu. Jadi aku akan bertanya jawab dengan jujur, siapa wanita itu?"
"Wanita apa? Tidak ada wanita. Aku tidak melakukan apapun."
"Jika tidak kenapa dia marah?"
"Aku tidak tahu."
"Biarkan dia sendiri, nanti jika sudah tenang baru kau hampiri dan ajak bicara. Sekarang dia sedang panas, dan ketika kau menghampirinya akan semakin panas, dia akan semakin marah, jadi beri dia waktu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[24]. SLAVE { Crazy Love }
Fanfic[ COMPLETED ] "Tugasmu hanya satu berbaringlah di sana," tunjuk seseorang pemua berkulit Tan pada seorang pemuda lain di sampingnya, "mendesahlah lalu puaskan aku." "Jika aku tidak mau bagaimana?" Pemuda berkulit putih itu bertanya sembari menatap s...