Seorang pria manis mendudukkan dirinya pada gazebo di halaman belakang rumahnya, sembari memainkan ponselnya, lalu jemarinya meraih segelas susu yang berada di sampingnya, sedikit meminumnya. Krist menyergit tidak suka pada rasanya, hingga pandangan mata pria itu menatap ke penjuru tempat itu, saar di rasakannya aman dengan segera Krist membuangnya ke dalam pot bunga di belakangnya.
"Kau harus tumbuh dengan baik, karena aku memberimu susu."
Krist menggelengkan kepalanya, karena bisa-bisanya dia berbicara dengan tanaman. Sebuah notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya, dengan cepat Krist mengambil lagi benda persegi itu, lalu membukanya, dan mengulir layar kotak itu untuk mencari pesan yang baru saja masuk ke dalam sana.
Namun Krist langsung mengumpat setelahnya, ketika ada salah satu temannya yang mengajak Krist untuk pergi malam ini. Mana mungkin Krist bisa pergi, yang ada Singto mengomel, lagipula alkohol juga tidak baik untuk kandungan. Lama-lama Krist bisa gila jika seperti ini terus, tidak bisa pergi kemanapun, dan juga harus makan serta meminum sesuatu yang tidak akan membahayakan kesehatan kandungannya. Krist kesal karena hidupnya semakin lama semakin di batasi saja, apa yang dulu dia suka sekarang Krist tidak bisa melakukannya lagi.
"Kenapa pagi-pagi sudah cemberut kakak ipar?"
"Berhenti memanggilku seperti itu."
"Oh, kenapa Meankan hanya bertanya saja."
"Jangan berbicara semanis itu padaku, kau hanya seperti itu jika ada Plan saja, aku geli tahu."
"Mean hanya menghayati peran phi."
"Bicara sekali lagi, aku gigit juga kau!"
"Nanti malam phi Plan mau kerumah, aku harus bagaimana?"
"Rumah? Alamat mana yang kau berikan?"
"Rumahku, bukan alamat rumah ini, nanti kau akan marah, aku tahu itu."
"Awas saja, jika sampai kau memberikan alamat rumah ini."
Mean menggelengkan kepalanya, untuk apa dirinya memberikan alamat rumah ini, di dalam sinilah isinya pria-pria tidak benar semua, bagaimana jika tahu-tahu Plan bertemu New?
Mean ngeri membayangkan jika Plan tiba-tiba ingin jadi suami ketiga pria itu, atau jika bertemu Singto, bisa-bisa menjadi selingkuhannya. Mean membayangkannya sembari terkikik geli karena menurutnya itu sangat lucu.
"Aku harus bagaimana? Dia nanti malam mau mengajakku pergi bersama yang lain. Yang aku maukan dia, bukan yang lain."
"Kau ambil kesempatan itu dan dapatkan dia."
"Caranya?"
"Ajak dia minum. Plan tidak kuat minum, dia bahkan jarang sekali menyentuh minuman, itu hanya untuk gaya-gayaan saja. Sekali minum dua gelas dia langsung tidak sadarkan diri." Krist tertawa mengingatnya, "jadi ajak dia minum, sampai dia mabuk ajak dia ke kamarmu dan setelah itu terserah kau mau apakan dia."
"Apakah semudah itu?"
"Karena itu aku menyuruhmu pura-pura bodoh, jadi besok paginya ketika dia bangun, Plan tidak akan berpikir itu ulahmu. Mungkin dia pikir dia yang memperkosamu padahal yang terjadi sebaliknya." Krist menggelengkan kepalanya, kenapa dia terlalu pintar sekarang, "astaga, aku berbakat untuk menjebak orang lain."
"Tapi aku takut, bagaimana jika dia tahu?"
"Itu mudah kau harus berpura-pura mendramatisir keadaan, atau apalah." Krist mencoba berpikir lagi, "ini yang lebih masuk akal, kau berpura-pura merasa bersalah, buat saja cerita kalian terbawa perasaan, sampai bisa seperti itu. Sudahlah lakukan sesukamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[24]. SLAVE { Crazy Love }
Fanfiction[ COMPLETED ] "Tugasmu hanya satu berbaringlah di sana," tunjuk seseorang pemua berkulit Tan pada seorang pemuda lain di sampingnya, "mendesahlah lalu puaskan aku." "Jika aku tidak mau bagaimana?" Pemuda berkulit putih itu bertanya sembari menatap s...