New berjalan bersama dengan Tay dan juga Earth di belakangnya. Tangan pria bertubuh sedikit berisi itu membawa sebuah benda panjang yang sangat tipis, mirip seperti sebuah tali, tetapi cukup tajam jika mengenai permukaan kulit orang lain itu.
"Tunggu disini, aku mau masuk ke dalam sebentar." New menatap jam tangannya, "setengah jam saja."
"Untuk apa kau masuk ke dalam rumah tua ini phi."
"Jangan banyak bertanya, apa saja yang kalian dengar, abaikan saja. Jangan masuk kedalam."
"Tapi New --"
"Tidak ada tapi-tapian, jika kalian ketahuan masuk dan mengintip." New mengarahkan kawat yang di bawanya itu ke bawah, "aku akan memotong milik kalian berdua menggunakan ini."
Earth dan Tay menatap horor ke arah New, tetapi pria itu mengisyaratkan jika dirinya tidak main-main.
"Mengerti apa yang aku katakan tidak?"
"Iya, kami mengerti."
Dengan cepat New masuk ke dalam sana, meninggalkan Earth dan Tay hanya berdua saja di luar sana, keduanya bertatap-tatapan seraya berjongkok di depan teras rumah itu, menatap pepohonan lebat yang mengelilingi rumah tua tempat mereka berada sekarang.
"Kira-kira apa yang phi New lakukan?"
"Tidak tahu, menurutmu apa?"
Belum sempat Earth menjawabnya, suara teriakan seorang wanita bergema cukup kencang dari dalam rumah itu, hingga keduanya bisa mendengarnya cukup jelas.
"Itu suara apa phi?"
"Sepertinya New mulai menyiksa orang lagi, apalagi yang dia lakukan dengan barang itu?"
Earth hanya menutup telinganya mengunakan tangannya, dirinya ngilu membayangkan apa yang terjadi di dalam sana, apalagi suara teriakan itu semakin lama semakin kencang saja.
"Apa yang lebih dulu di potong olehnya kira-kira?"
"Kau mau main tebak-tebakan denganku Phi?"
"Iya, cepat katakan. Daripada kita bosan menunggu."
"Tangannya, sepertinya."
"Kakinya, pasti itu. Supaya wanita itu tidak bisa kabur."
"Dia pasti sudah di ikat, jadi mana mungkin kabur. Aku yakin tangannya."
"Tidak, pasti kakinya."
"Ayo, kita bertanya nanti. Siapa yang kalah tidak dapat jatah hari ini."
"Bagaimana bisa seperti itu."
"Kenapa kau takut, kalah?"
"Tentu tidak," Earth mendengus kesal, lalu menganggukan kepalanya kepada Tay, setuju dengan apa yang di katakan pria itu, "Baiklah, ayo nanti kita bertanya. Yang kalah tidur di sofa malam ini."
.
.
.
Tengah malam samar-samar Singto mendengar suara Krist memanggil-manggil namanya, bahkan bahunya sedikit berguncang, hingga akhirnya Singto membuka kelopak matanya perlahan-lahan, dan yang di lihatnya pertama kali ialah Krist yang menatapnya dengan cemberut.
"Apa lagi, Krist?"
Singto bertanya dengan malas, sembari membalikkan tubuhnya untuk memunggungi Krist, hari ini Singto terlalu lelah untuk meladeni Krist, berilah waktu dirinya istirahat sebentar saja, tetapi Krist terus saja mengganggu ketenangannya.
Merengek-rengek tidak jelas pada Singto, meminta ini dan juga itu yang aneh. Membuat Singto kesal, dan malas meladeni Krist.
"Phi Sing! Phi Sing! Phi Singto! Kau amnesia dan tidak ingat namamu sendiri?" Tetapi Singto tidak sama sekali mengindahkan ucapan Krist, "Phi Singto! Bangun! Cepat bangun atau aku akan memperkosamu!"

KAMU SEDANG MEMBACA
[24]. SLAVE { Crazy Love }
Fanfiction[ COMPLETED ] "Tugasmu hanya satu berbaringlah di sana," tunjuk seseorang pemua berkulit Tan pada seorang pemuda lain di sampingnya, "mendesahlah lalu puaskan aku." "Jika aku tidak mau bagaimana?" Pemuda berkulit putih itu bertanya sembari menatap s...