Hanya gelengan pelan keluar dari Plan ketika melihat sosok lain seseorang yang kini tengah duduk sangat jauh darinya, seolah dirinya itu kuman yang harus di jauhi, jika bukan karena Krist mana mungkin Plan mau berurusan dengan Mean.
"Kenapa kau duduk disana? Cepat kesini! Aku tidak akan mengigitmu."
Mean menggelengkan kepalanya, ' aku bukan takut kau mengigitku, yang aku takutkan justru sebaliknya.' namun bukan itu yang Mean katakan pada Plan, ingatkan dirinya yang harus berpura-pura baik di depan Plan, padahal mana mungkin Mean bisa seperti itu, ide Krist itu membuat Mean sedikit kesal, "Tidak phi, aku lebih suka disini."
"Aish, kau itu." Keluh Plan sembari menghampiri Mean, dan mendudukkan dirinya di samping pria itu, "kau takut padaku? Aku tidak akan memukulmu."
"Tapi kau sudah mengambil hatiku."
"Hah?"
"Itu burung itu sangat cantik." Tunjuk Mean mengalihkan perhatian dari Mean sembari menunjuk ke sembarang arah, agar pria itu tidak curiga padanya, terkadang mulut Mean memang tidak bisa di jaga, selalu mengatakan hal-hal yang di luar kemauannya sendiri, "phi untuk apa kita kesini?"
"Krist dia dimana? Kenapa kau datang sendiri?"
"Phi Krist? Dia ... Dia sakit. Jadi tidak bisa datang."
"Oh, kenapa dia tidak bilang, jika seperti itu aku dan yang lain bisa menjenguknya di rumah."
Mendengar kata 'di rumah' membuat Mean jadi panik, saat ini Krist kan tinggal di rumahnya bukan rumah keluarganya seperti dulu, dan juga Krist tidak mau orang lain tahu jika saat ini dia bersama dengan seorang pria, apalagi dengan keadaan hamil. Kalau sampai Plan tahu, pasti Krist akan mengamuk nantinya.
"Sakitnya tidak parah."
"Ya, tetap saja dia sering sakit belakangan ini."
"Tapi phi Krist baik-baik saja, jadi phi tidak perlu menjenguknya."
"Mmm, baiklah. Wanita seperti apa yang kau suka?"
"Wanita?"
"Krist bilang kau mau punya pacarkan? Siapa tahu aku punya seorang kenalan yang seperti kau mau."
"Dia harus terlihat manis dan tegas di waktu bersamaan. Setiap dia berbicara mungkin akan terdengar menyakitkan, tetapi sebenarnya dia sangat baik. Dia bisa menyesuaikan dirinya di setiap keadaan dengan tepat, seseorang di sampingku aku ... Menyukai orang itu."
"Kenapa dengan ku?"
"Tidak apa-apa, aku ingin terlihat seperti phi."
Plan mengacak rambut Mean, "Kau tinggal dimana? Bersama Krist?"
"Tidak, aku tinggal sendirian."
"Oh, benarkah?"
"Iya, aku memang selalu sendirian."
"Kau bisa ikut bersamaku dan yang lain jika mau, daripada sendirian. Beritahu aku alamat rumahmu, aku akan membantumu untuk terlihat lebih menarik besok jika aku ada waktu."
"Ke rumah Mean?"
"Iya, kenapa? Kau takut aku menculikmu?"
"Tidak, mana mungkin aku takut pada hal seperti itu."
Mean tertawa mendengarnya, yang ada dia menculik Plan karena terlalu manis, bukan justru sebaliknya, ini semua karena Krist menceritakan hal yang tidak-tidak pada Plan, seolah-olah Mean itu lemah dan juga sangat polos bahkan ketinggalan jaman, padahal nyatanya tidak sama sekali.
Plan meletakan tangannya di bahu Mean, menyuruh anak itu untuk menatap ke arahnya, lalu melepaskan kacamata yang bertengger di hidung mancung pria itu, sembari sedikit merapikan rambut anak itu yang terlihat sangat aneh. Plan meletakan kacamata Mean di saku pakaian pria itu, sebelum tersenyum ke arah Mean.
KAMU SEDANG MEMBACA
[24]. SLAVE { Crazy Love }
Fanfiction[ COMPLETED ] "Tugasmu hanya satu berbaringlah di sana," tunjuk seseorang pemua berkulit Tan pada seorang pemuda lain di sampingnya, "mendesahlah lalu puaskan aku." "Jika aku tidak mau bagaimana?" Pemuda berkulit putih itu bertanya sembari menatap s...