Crazy Love - 16

7.9K 667 77
                                        

Hanya kesunyian yang menyelimuti ruangan itu, serta keheninganlah yang tersisa di sana, ketika Singto mendudukkan dirinya di ruang kerjanya, dengan sesuatu di dalam genggaman tangannya. Selembar foto dan sebuah cincin.

Pandangan pria itu menatap lurus ke arah depannya, menatap foto itu, seperti tengah menerawang jauh entah kemana, menyusuri memorinya akan bayang-bayang seseorang yang terus saja berputar-putar di kepalanya, tidak mau pergi. Seolah meminta Singto untuk melihatnya, mengenang masa lalu itu lagi.

Seulas senyuman terkulum pada bibir Singto, seraya mengusap foto itu perlahan, mencoba untuk bersikap biasa saja.

"Apa kau sedih sekarang? Maafkan aku, aku tidak bisa menghentikan hatiku, tapi tidak bisa merelakanmu."

Jemari Singto meletakan cincin yang di genggamnya pada meja, dan meletakkan foto tadi di sampingnya. Helaan nafas berat keluar dari pria itu, sebelum meraih dua benda tadi lalu membuka sebuah laci dan memasukkan keduanya kedalam laci, kemudian menutupnya.

*

Sementara Krist menatap gusar langit-langit kamarnya, tidak yakin dengan apa yang akan dirinya lakukan besok. Lebih tepatnya mungkin beberapa jam lagi dari sekarang. Ini terlalu mendadak, bahkan Singto tidak berbicara dengannya tentang apa yang akan mereka lakukan besok. Pria itu tetap bungkam padahal Krist sudah mencoba untuk bertanya padanya. Singto hanya mengucapkan satu hal, yaitu mereka akan menikah besok. Titik, tidak bisa di ganggu gugat lagi. Singto tidak ingin Krist melawan, tidak memikirkan perasaannya, dan hanya melakukan kehendak-nya sendiri. Hingga Krist menjadi tidak suka.

Harusnya hal seperti itu, mereka bicarakan berdua. Singto dan Krist berunding, dan juga memangnya Krist apa tiba-tiba diajak menikah begitu saja, tidak ada satupun hal romantis yang Singto lakukan. Apa-apaan ini. Krist tidak bisa di perlakukan seperti ini.

Meskipun Krist yang dulu menginginkan jika Singto menikahinya, tetapi jika caranya seperti ini. Siapa yang mau menikah dengan pria itu.

Krist merasa ada yang aneh dengan Singto, dan juga pamannya. Ada sesuatu di antara mereka, akan tetapi Krist tidak tahu apa. Krist tidak tahu apa yang di maksud pamannya kepada Singto, kenapa Tae tidak menyukai Singto. Hanya saja belum sempat Krist bertanya, Singto sudah menyeretnya pergi, setelah itu tidak mengatakan apapun lagi padanya. Pria itu membisu, bahkan sekarang meninggalkan Krist sendirian.

"Menikah, tidak, menikah, tidak, menikah, tidak." Krist menghitung kancing piyama yang dikenakannya, "Ahh, aku pusing! Lama-lama aku bisa gila jika seperti ini."

Ekor mata Krist menatap ke arah jendela kamarnya, melihat tirai panjang yang sedikit melambai mengundang pria itu kesana. Krist tersenyum lalu bangkit dari tempat tidurnya.

*

*

Singto melangkahkan kakinya, menuju ke arah kamar Krist, ketika cahaya matahari mulai meninggi mencoba untuk membangunkan Krist, karena Singto tahu jika Krist tidak akan bangun sepagi ini. Namun saat pria itu membuka pintu kamar pria manis itu, betapa terkejutnya Singto melihat Krist tidak ada di dalam sana. Sempat mengira jika Krist tengah berada di kamar mandi, akhirnya Singto mengecek ruangan itu, akan tetapi yang di temukan olehnya hanyalah kekosongan semata.

Krist tidak ada, di dalam kamarnya. Melihat itu dengan cepat pria itu melangkahkan kakinya untuk mencari Krist di sekitar rumahnya, siapa tahu saja Krist sedang bersama dengan New atau tengah bersama Mean. Akan tetapi begitu Singto mencarinya Krist tidak ada dimanapun. Tidak bersama dengan New yang tengah sibuk makan, ataupun Mean yang tengah sibuk menonton film kartun bersama dengan Tay dan Earth.

"Ada apa? Kenapa wajahmu kusut, apa setiap orang yang mau menikah seperti itu? Aku jadi takut."

"Untuk apa kau takut? Menikah itu menyenangkan tahu."

[24]. SLAVE { Crazy Love }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang