"Ada apa dengan wajahmu itu?"
Krist tidak mengindahkan pertanyaan yang di keluarkan oleh Singto. Pria berparas manis itu teringat akan kejadian sebelum Singto mengantarkan Krist sampai ke tempat ini tadi, dan sekarang Krist benar-benar tidak mood untuk melihat wajah Singto.
"Kenapa kau diam saja?"
Bukannya menjawab Krist justru membuang wajahnya ke arah lain, tanda jika dia tidak ingin berbicara dengan Singto. Untuk apa menjawabnya jika itu hanya akan membawanya pada kekesalan yang abadi.
"Kau marah?"
"Menurutmu?"
Jawab Krist dengan intonasi yang meninggi, lalu melirik Singto dengan sinis, seolah mengisyaratkan bahwa Krist benar-benar tengah marah pada pria itu.
"Karena aku mengantarmu?"
"Tidak, bukan itu. Tapi kau dengan tidak punya sopan santunnya menggeledah tasku! Aku butuh privasi, dan kau tidak menganggapku sama sekali."
"Oh, kenapa? Aku hanya menyingkirkan barang-barang tidak berguna dari sana."
Geram, Krist langsung memukul lengan Singto, tidak perduli dengan apa yang akan di lakukan oleh pria itu, tetapi Singto tidak marah atau terlalu meladeni Krist, justru Singto tertawa melihat tingkah Krist yang seperti ini.
"Aku tidak melakukan kesalahan apapun. Benda-benda itu memang harus di musnahkan, aku tidak mau kau berulah. Lagipula kenapa kau menyimpan hal seperti itu?"
"Kenapa kau mau ikut campur memang? Aku hanya partnermu ketika kita melakukan seks, bukan berarti kau bisa mengatur dan ingin tahu apa yang aku lakukan. Ayahku saja tidak pernah bertanya seperti itu jadi kenapa aku harus menjawabmu."
"Hanya sebatas itu?"
"Bukankah kau yang mengatakan, jika yang harus aku lakukan itu hanya satu? Memuaskanmu? Aku tidak habis pikir, dan tidak menghitung berapa kali kita melakukan hal seperti itu. Apa kau kurang puas? Kau maniak Seks?"
"Kau yang menggodaku. Kau yang mau, memang aku memaksa? Tidakkan, kau saja yang terlalu bersemangat denganku."
Singto hanya mengangkat bahunya tak acuh, hingga Krist benar-benar berang pada pria yang ada di sampingnya itu, jika Krist bisa pasti sudah Krist lenyapnya pria Itu.
Dengan cepat Krist menggulung lengan kemejanya sampai siku, "Kau benar-benar mau mengajakku berkelahi ya? Turun. Ayo, kita selesaikan ini."
"Jika itu tidak benar, kau tidak mungkin marah. Kau yakin mau mengajakku berkelahi? Aku takut kau justru akan menangis nanti."
Krist muak saat Singto mengagakan dirinya, "Kau pikir aku takut."
"Tapi aku tidak bisa menyakitimu. Jika kau sakit, siapa yang akan menemaniku nanti malam?"
"Ou, di pikiranmu hanya seks, seks, dan seks ya? Dasar setan cabul!"
Gemas Krist menarik rambut Singto, tidak memperdulikan rontaan yang di lakukan pria itu, Krist belum puas jika dirinya tidak membalas dendamnya atas kekesalannya yang menghakiki pada Singto.
"Lepaskan!"
"Tidak! Kau tidak bisa memukulku kan? Aku memberikan tawaran yang bagus untukmu? Bagaimana jika menarik rambutku saja seperti ini, apa kau mau?"
Singto mencoba melepaskan tangan Krist yang tidak tahu diri menarik rambutnya dengan kencang itu, benar-benar membuat Singto kesal, hingga akhirnya pria itu menarik paksa tangan Krist, dan mengibaskannya cukup kencang sampai Krist terdorong ke depan dan kepala pria manis itu terbentur dasbor mobil Singto.
KAMU SEDANG MEMBACA
[24]. SLAVE { Crazy Love }
Fanfic[ COMPLETED ] "Tugasmu hanya satu berbaringlah di sana," tunjuk seseorang pemua berkulit Tan pada seorang pemuda lain di sampingnya, "mendesahlah lalu puaskan aku." "Jika aku tidak mau bagaimana?" Pemuda berkulit putih itu bertanya sembari menatap s...