BAB 7

7.6K 538 18
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

___________________________________

Selepas mandi, Anan sibuk merapikan buku-buku di kamarnya. Ia menyusun buku-buku itu sesuai ukurannya, lalu menyimpannya di rak yang telah dibersihkannya. Satu persatu buku telah ia simpan dengan rapi di dalam rak. Ia berkacak pinggang ketika selesai membereskan bukunya, memandang hasil pekerjaannya yang cukup memuaskan.

Tak setiap hari ia bisa membereskan kamarnya karena kesibukannya di sekolah. Namun hari ini ia bisa melakukannya karena hari ini ia sengaja meliburkan diri. Orang tuanya masih khawatir dengan kondisi badannya. Padahal ia sudah berulang kali menjelaskan bahwa dirinya baik-baik saja. Sehingga hari ini ia harus diam dirumah karena ayahnya melarangnya datang ke sekolah.

"Sudah selesai, Nan?"

Anan membalikkan badannya terkejut ketika mendengar suara yang tiba-tiba muncul. Dilihatnya ibunya yang cantik dengan kerudung birunya itu tengah berdiri di ambang pintu sambil membawa Abid di gendongannya.

"Astagfirullah, bu. Buat Anan kaget saja." Anan mengelus dadanya.

Nadia hanya tersenyum lembut, kemudian ia menghampiri putrinya. "Sudah selesai membereskan kamarnya, Nan?" tanyanya lagi.

Anan menganggukkan kepalanya, "Sudah, bu." Jawabnya dengan senyuman yang menghiasi bibir merahnya.

"Kalau begitu bantu ibu menjaga adikmu ya. Ibu harus mencuci baju dulu." Nadia menyerahkan Abid pada Anan.

Anan mengambil alih Abid dan menggendongnya. Abid tertawa kecil ketika Anan menggendongnya. Sangat menggemaskan. Sesekali anak itu berceloteh tak jelas sambil memakan kue di tangannya. Anan membawa adiknya keruang tamu. Disana ia melihat ayahnya tengah membaca koran ditemani teh hangat di depannya. Anan mendudukkan dirinya disamping ayahnya.

"Ayah tidak kerja?" Tanya Anan sambil mengelap wajah adiknya.

Nasri melirik sekilas pada Anan lalu kembali membaca korannya. "Tidak, ayah sedang ingin libur hari ini."

"Oh."

Suara ketukan di pintu mengalihkan perhatian mereka. Nasri melirik putrinya, mengisyaratkan untuk membuka pintu. Anan memberikan Abid pada ayahnya, lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya.

Matanya membulat seketika saat melihat orang di hadapannya. Rayyan tengah berdiri di hadapannya dengan sebuah senyuman tampan di wajahnya. Di samping lelaki itu berdiri seorang wanita paruh baya yang terlihat begitu cantik. Wanita itu menatapnya ramah dan penuh senyum.

"Assalamualaikum." salam wanita itu.

Anan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Wa-waalaikumsalam." balasnya gugup.

"Kau pasti yang bernama Anan ya?" tanya wanita itu lembut.

Anan menganggukkan kepalanya lagi, "Iya, bu. Silahkan masuk."

Anan membukakan pintu lebih lebar, mempersilahkan Rayyan dan wanita itu masuk. Nasri menatap Anan bertanya, namun Anan hanya menggelengkan kepalanya.

"Assalamualaikum." salam wanita itu ketika masuk ke dalam rumah Anan yang sederhana. Sedangkan Rayyan hanya mengikutinya dari belakang.

Nasri bangkit dari duduknya sambil menggendong Abid. "Waalaikumsalam, silahkan duduk." balasnya. "Nan, panggil ibumu dan buatkan minuman untuk tamu kita."

"Baik, ayah." Anan pergi ke halaman belakang menemui ibunya yang sedang menjemur pakaian.

"Bu." panggil Anan.

Light in The Darkness - #1  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang