BAB 14

6.6K 405 6
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

_________________________________

Anan berjalan menuju ranjang sambil membawa baju yang telah di siapkannya untuk Rayyan. Terlihat suaminya itu masih tertidur dengan lelap. Sedikit rasa bersalah muncul di hatinya. Semalaman Rayyan terjaga karena menjaga dirinya yang panas tinggi. Suaminya itu dengan perhatian mengobati dirinya, mengganti kompresnya setiap dua jam sekali, sehingga baru pukul tiga dia tidur. Dia pasti sangat kelelahan.

Anan duduk di depan meja rias. Dia segera mengganti kerudungnya dengan kerudung yang biasanya dia pakai ke sekolah. Dia memasangkan bros bunga di kerudungnya, lalu merapikan bagian yang lainnya.

"Dear." Sebuah suara serak khas bangun tidur membuat Anan mengalihkan pandangannya ke belakang. Dia melihat kearah suaminya yang mengerjap matanya, membiasakan dengan cahaya matahari yang menembus jendela.

"Kau akan ke sekolah?" Tanya Rayyan sambil merubah posisinya menjadi duduk.

Anan menganggukan kepalanya sambil tersenyum, "Iya, hari ini ada open house di sekolah, jadi aku harus datang."

Rayyan mengerutkan keningnya sesaat, "Kau tidak boleh pergi." Katanya seraya turun dari atas ranjang.

"Kenapa aku tidak boleh pergi?" Tanya Anan bingung.

"Kau masih sakit, harus banyak istirahat." Jawab Rayyan. Dia berjalan menghampiri istrinya.

"Tapi aku sudah sembuh Rayyan. Badanku sudah tidak panas lagi dan aku tidak merasa pusing."

"Sekali tidak, tetap tidak." Ucap Rayyan lalu menarik Anan ke pelukannya.

Rayyan mengusap kepala Anan yang hanya diam di pelukannya. "Badanmu masih terasa hangat, dear. Berarti kau masih sakit."

"Aku kan manusia hidup, wajar saja badanku hangat. Kalau dingin, berarti aku mati." Balas Anan kesal.

Rayyan melepaskan pelukannya. Dia menatap istrinya lekat. "Aku tahu itu. Dan aku tidak suka jika kau berbicara seperti itu."

Anan terkekeh, "Memangnya apa yang kau sukai? Kau hanya suka membuat orang kesal saja."

Rayyan tersenyum menyeringai kepada istrinya. Pertanyaan yang menarik untuk di jawab. "Aku suka bibirmu." Jawabnya sambil mendekatkan wajahnya kearah Anan.

Anan menatap Rayyan gugup. Dia memundurkan tubuhnya, namun sayangnya terhalangi oleh meja rias di belakangnya.

Rayyan semakin mendekatkan wajahnya kearah Anan. Dia hendak mencium bibir istrinya itu, namun sebuah tangan menutup bibirnya dan mendorongnya pelan.

"Kau boleh menciumku, asal kau mengijinkanku pergi ke sekolah." Ucap Anan memberi penawaran.

Rayyan mengerutkan keningnya. Apa ini? Istrinya menolak di sentuhnya?

"Aku tidak bermaksud menolakmu, jika kau berpikir seperti itu." Ucap Anan seolah tahu isi pikiran Rayyan. "Ku mohon ijinkan aku pergi ke sekolah, hari ini adalah hari yang sangat penting. Jika kau mengijinkanku, kau boleh menciumku."

Rayyan menghela napasnya singkat, membuat Anan merasa geli di sekitar telapak tangannya.

"Bagaimana?" Tanya Anan berharap. Tangannya masih menutup bibir Rayyan karena takut suaminya itu akan berbuat seperti saat di mall waktu itu.

Dengan terpaksa Rayyan menganggukan kepalanya. Sulit bila tidak menuruti permintaan istrinya. Tapi lebih sulit bagi dirinya bila tidak dapat menyentuh istrinya. Itu sangat menyiksa.

Light in The Darkness - #1  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang