BAB 17

7.4K 427 13
                                    

Don't forget for vote and comment.. 

Enjoy the story :)

_________________________________

Rayyan duduk bersandar pada kursi kayu sambil menatap hamparan kebun teh yang hijau membentang sepanjang mata menatap. Dia melipat tangannya dan menjadikannya sebagai penyangga di kepala. Dia menghirup udara yang begitu sejuk di sekitarnya secara perlahan. Disinilah tempat persembunyiannya. Tempat yang tidak di ketahui oleh siapapun selain dirinya. Di tempat inilah biasanya dia merenung, memikirkan hal yang menurutnya penting dan memecahkannya.

Dia sengaja datang ke tempat ini untuk menjauh dari istrinya. Dia takut, bila dia masih berada di dekat Anan, dirinya akan tergoda untuk menemui istrinya itu. Dia sangat merindukan istrinya. Dia ingin memeluk dan mencium istrinya. Tidur bersamanya dan selalu ada di sampingnya. Andai saja dia bisa melakukannya sekarang. Tapi, dia tidak bisa. Dia harus bisa menahannya hingga dia merasakan nyeri di seluruh tubuh dan jiwanya. Nyeri karena rindu lebih menyakitkan dibandingkan nyeri pada tubuh yang terluka.

Rayyan tiba-tiba terperanjat oleh suara dentaman pintu yang di buka paksa. Dia menengok kearah suara tersebut dan dia menemukan Leo tengah berdiri di ambang pintu dengan sorot mata penuh kemarahan. Selama Rayyan mengenal Leo, dia tidak pernah melihat Leo menunjukan emosinya. Tapi sekarang? Dia terlihat sangat marah dan siap meledak.

Rayyan bangkit dari duduknya, menghadap Leo di depannya dengan tatapan datar. "Sedang apa kau disini?"

Tanpa menjawab pertanyaan Rayyan, Leo langsung berlari menghampiri dan memberikan sebuah pukulan keras pada wajah Rayyan. Rayyan yang tidak siap mundur ke belakang dengan kepala yang sedikit terpental.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Rayyan marah.

Leo mencengkram kerah baju Rayyan, dia menatap tajam sahabatnya itu. "Justru aku yang harus bertanya begitu padamu. Apa yang sedang kau lakukan pada Anan?"

Rayyan melepaskan cengkraman tangan Leo di bajunya. Dia menatap balik Leo. Mereka saling menatap tajam dengan kemarahan yang besar.

"Itu bukan urusanmu. Kau tidak berhak ikut campur dengan apa yang kulakukan sekarang. Anan istriku, dan aku berhak melakukan apapun padanya sesukaku." desis Rayyan dingin.

"Tapi tidak dengan menyakitinya, Rayyan. Kau tidak berhak menyakitinya seperti ini. Dia menangis setiap saat karena ingin bertemu denganmu, belum lagi foto yang kau unggah bersama wanita jalang itu. Dia begitu tersiksa, Rayyan. Dia sakit. Bukan hanya perasaannya, tapi juga tubuhnya yang semakin melemah." jelas Leo meluapkan semua emosinya.

Rayyan terdiam, tak bisa bergerak. Tubuhnya seketika kaku mendengar keadaan istrinya yang kembali memburuk. Anan kembali sakit karena dirinya. Lagi-lagi dia menyakiti istrinya. Yaa Allah, maafkan dirinya yang selalu menyakiti istrinya. Dia terpaksa melakukan semua ini demi istrinya. Dia ingin Anan menjauh dari hidupnya, agar gadis itu tidak terancam lagi oleh musuh-musuhnya.

"Aku ingin melepaskannya." gumam Rayyan sebisanya. Lidahnya serasa pahit mengucapkan kata-kata itu secara langsung.

Leo menatap datar sahabatnya, "Kau serius dengan perkataanmu?"

Rayyan hanya diam tak menjawab pertanyaan Leo. "Baguslah kalau begitu." Leo menyeringai.

Rayyan menatap Leo tajam. Kenapa Leo terlihat senang dengan keputusannya? Apa Leo memiliki perasaan pada istrinya? Kurang ajar. Bisa-bisanya Leo memiliki perasaan pada Anan.

"Karena kau telah melepaskan Anan sekarang, jadi aku bisa mendapatkan kesempatan untuk memilikinya. Aku akan mendapatkan Anan untukku dan membawanya pergi menjauh darimu. Membawanya ke suatu tempat yang tidak bisa di lacak oleh siapapun, termasuk dirimu." tambah Leo yang membuat Rayyan mengeraskan rahangnya. Tangannya terkepal menahan emosi dari pengkhianatan sahabatnya sendiri.

Light in The Darkness - #1  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang