BAB 1

15.1K 784 12
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

___________________________________

Anan berjalan di sepanjang koridor bersama teman-temannya menuju aula sekolah. Matanya menatap pada langit yang sangat terik hari ini. Tiupan angin yang cukup kencang, sedikit membantu mendinginkan cuaca yang sangat panas. Sesekali Anan mengusap keringat di keningnya, dan mengibaskan buku yang dibawanya di sekitar wajah.

Ocehan ramai tak henti terdengar di sepanjang koridor. Anan tersenyum kecil menatap teman-temannya yang terus menerus membicarakan banyak hal dan membuat lelucon. Anan kembali memandang langit, meresapi cahaya terang itu. Begitu menyilaukan. Kemudian Anan mengalihkan pandangannya kearah aula yang sangat ramai oleh para siswa.

Anan kemudian menatap sahabatnya -Deasy- yang tengah mengedarkan pandangannya entah mencari apa. "Kau sedang apa, De?" tanyanya keheranan.

Deasy mengalihkan perhatiannya kepada Anan dengan serius, "Aku sedang mencari seseorang." balasnya, membuat Anan memutar matanya.

"Seseorang itu pasti mempunyai nama bukan?" sahut Anan, membuat Deasy tersenyum malu. Wajahnya yang putih kini dipenuhi semburat merah. Anan menatapnya aneh.

Deasy mendekatkan mulutnya pada telinga Anan dan berbisik malu-malu, "Aku mencari sahabatmu."

"Oh," Anan menganggukan kepalanya sambil tertawa. "Sebenarnya siapa lelaki yang kau sukai? Aulia atau siapa?"

Deasy mengangkat bahunya, "Entahlah. Apa salahnya jika aku menyukai mereka?"

Ana menatap Deasy serius, "Jelas salah." katanya sambil berlalu meninggalkan gadis itu.

"Aku memiliki hak untuk menyukai siapapun yang kumau bukan?" balas Deasy sambil berlari menyusul Anan memasuki aula.

"Tentu kau memilikinya." Anan mengedarkan pandangannya mencari kursi kosong yang bisa didudukinya. Semua kursi sepertinya sudah terisi penuh. Maklum saja, semua siswa kelas dua diwajibkan untuk ke aula, sementara jumlah siswa kelas tiga hampir mencapai 600 orang. Jadi bisa dibayangkan betapa sesaknya aula saat ini.

"Kita duduk dimana?" tanya Deasy yang juga tengah mencari tempat duduk.

"Disana." Anan menunjuk dua buah kursi kosong yang di dekat pintu ketiga aula. "Ayo." ajaknya, lalu berjalan menuju kursi yang ditunjuknya tadi.

Dengan segera Anan duduk di kursi yang ditemukannya, begitupun dengan Deasy. Udara di dalam aula tidak jauh berbeda dengan keadaan diluar, bahkan di dalam aula terasa begitu menyesakkan karena dipenuhi oleh banyak orang. Pemasangan pendingin ruangan yang begitu banyak pun sepertinya tidak berpengaruh, karena kinerja pendingin ruangan dalam mendinginkan ruangan tidak sebanding dengan jumlah penghasil karbondioksida yang disebut manusia.

Anan mengibaskan buku yang sedari tadi dibawanya. Setidaknya dia sedikit terbantu dengan buku tersebut. Matanya mengedar, memperhatikan ruangan yang didekor sedemikian rupa. Kemudian pandangannya jatuh pada sebuah tulisan besar yang terpampang di depan dengan tulisan Castellar itu.

Seminar bisnis?

Anan tak habis pikir dengan sekolahnya. Sekolahnya adalah sekolah kejuruan yang sebagian bahkan seluruh jurusan yang ada yaitu teknik. Pelajaran bisnis yang didapat disini hanyalah pelajaran kewirausahaan, dan itupun tidak dipelajari lebih dalam. Tapi, apapun bentuk sebuah informasi, itu adalah salah satu ilmu. Dan hukum menuntut ilmu itu wajib bagi siapapun di dunia ini. Lagipula tidak menutup kemungkinan jika lulusan dari sekolahnya akan bekerja di bidang yang sama. Para alumninya pun banyak yang menjadi wirausahawan, bahkan bisa lebih jauh melenceng dari jurusan awal.

Light in The Darkness - #1  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang