BAB 22

6.5K 367 7
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

_______________________________

Suara petir yang menyambar permukaan begitu menggelegar, hingga membuat Anan membuka matanya seketika. Matanya membuka nyalang mengamati suasana yang sangat asing di ingatannya. Anan terduduk saat di pastikan dia berada di tempat yang tak di kenalnya. Dimana dia sekarang? Seingatnya tadi dia berada di rumah bersama Martini dan... Anan menutup mulutnya dengan tangan. Astagfirullah. Dia ingat sekarang. Kemarin dia di culik oleh beberapa orang pria, dan mereka pula yang telah melukai Martini.

Anan mengedarkan pandangannya ke sekitar kamar itu. Kamar yang sangat besar dan mewah. Tapi ini rumah siapa?Dan mengapa dia dibawa kemari?

"Yaa Allah, aku ada dimana? Bagaimana ini?" Anan bergumam resah. "Aw!" Anan tiba-tiba memekik karena merasakan sakit di perutnya. "Jangan takut sayang, ada mommy yang menjagamu. "Katanya sambil mengusap lembut perutnya.

"Sudah bangun kau rupanya!" Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka dan menampakan seorang pria separuh baya yang masih sangat tampan di usianya dengan suara yang sedikit aneh. Aksen pria tersebut sedikit berbeda dari orang kebanyakan, karena terlihat seperti orang asing. "Apa tidurmu nyenyak nyonya Rayyan?" Pria itu menyeringai.

Anan menatap pria itu waspada, "Siapa kau?"

"Aku?" pria itu terkekeh."Kau yakin ingin tahu siapa aku?" tanyanya menyeringai.

"Iya."

"Aku Alexander Eudeus." Jawab pria itu, lalu tatapannya berubah tajam. Pria itu mendekat kearah Anan dengan tatapan penuh kemarahan. Tangannya yang besar dan kuat mencengkram rahang Anan keras.

"Aw!" Anan memekik saat Alex mencengkram rahangnya dengan begitu kuat. Tangannya mencoba melepaskan tangan Alex dari wajahnya, namun tidak bisa. "Sakit! Lepaskan aku!" teriaknya dengan rintihan.

Alex menyeringai jahat, "Ini tidak seberapa dengan apa yang dilakukan mertuamu padaku. Rasanya jauh lebih sakit di bandingkan ini!" Alex semakin mencengkram rahang Anan kuat.

Anan meringis kesakitan, air matanya mengalir membasahi pipi dan tangan Alex. "Sakit! Ku mohon lepaskan aku!" pintanya memohon.

Alex melepaskan cengkramannya dengan kasar, lalu menampar Anan dengan begitu kuat. Hingga membuat kepala Anan terlempar ke belakang. "Astagfirullah." Air matanya semakin deras mengalir merasakan sakit di rahang dan pipinya. Darah segar keluar dari sudut bibirnya, menimbulkan rasa pahit di lidah. "Apa salahku?" Anan menatap Alex marah.

"Salahmu?" Alex menatap benci. "Salahmu, karena kau adalah istri dari Rayyan Calief. Anak dari musuh terbesarku!"

"Dan jika kau ingin tahu, kau akan mati di tanganku." Katanya penuh penekanan. "Dan setelah itu, aku akan lebih mudah membunuh suamimu dan menghancurkan Edward Calief."

Anan menggelengkan kepalanya cepat. Alex tidak boleh melakukan hal itu. Kedua mertuanya orang yang sangat baik, mereka tidak pantas di perlakukan dengan sangat kejam olehnya. "Kau tidak boleh melakukan itu!"

"Memang apa peduliku? Dengan atau tanpa persetujuanmu, aku akan tetap menghancurkannya!"

Alex keluar dari dalam kamar itu dengan membanting pintu. Anan memeluk tubuhnya sendiri, merasakan ketakutan yang sangat besar. Dia takut, jika Alex benar-benar melakukan rencananya. Dia tidak ingin itu semua terjadi. Cara satu-satunya yaitu dengan menjebloskan Alex ke dalam penjara. Ya, Alex harus masuk ke dalam penjara. Dan itu berarti, Anan harus bisa meloloskan diri dari rumah ini.

"Kau harus kuat sayang, bantu mommy untuk menyelamatkan daddy, oma, dan opa."

.....

Anan berdiri menatap jendela yang di penuhi oleh bulir-bulir air hujan. Dia sangat menyukai suasana yang ada saat hujan turun. Karena dia dapat menyerap ketenangannya sambil mendengarkan musik lembut nan romantis. Dan satu lagi, di temani oleh seseorang yang sangat di cintainya, yang akan memeluknya erat, memberikan kehangatan.

Light in The Darkness - #1  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang