Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
_______________________________
Anan menutup ponsel dan berkacak pinggang sambil memandangi jajaran pohon pinus yang memenuhi sekeliling mansion. Sepanjang pagi hingga siang ia hanya bolak-balik dari kamarnya ke balkon, untuk menghilangkan kebosanan dan mengisi kegiatan selain membaca buku dan menonton tayangan televisi. Biasanya pada jam ini ia masih berada di sekolah, belajar dan melakukan apapun yang menurutnya menyenangkan.
Anan kemudian masuk ke dalam kamar lagi, menatap Rayyan yang tengah sibuk berkutat dengan laptop dan berkas-berkasnya sekilas sebelum duduk di atas ranjang. Tak ada pilihan, ia kembali meraih remot tv dan menyalakan salah satu stasiun televisi yang menayangkan drama remaja. Ia menghela nafas keras hingga membuat Rayyan mengalihkan tatapannya dari laptop ke arahnya.
"Kenapa?" tanyanya, lalu kembali menatap layar laptop.
"Apanya?" tanya Anan balik, tak mengerti.
"Kau." Jawab Rayyan. Jari-jari lentiknya masih fokus beradu dengan keyboard.
"Aku?" Anan menunjuk dirinya sendiri dengan bingung. Ada apa dengan dirinya?
Rayyan menghentikan pekerjaannya dan menatap istrinya. "Kau kenapa? Aku mendengarmu menghela nafas sekeras itu."
Anan menggelengkan kepalanya, "Aku baik-baik saja, aku hanya bosan." jawabnya jujur.
Rayyan tersenyum, "Kenapa tidak bilang padaku?" tanyanya lembut. Tak lupa dengan senyum tampan yang mampu membuat Anan menahan nafasnya.
Kenapa lelaki itu jadi sering tersenyum seperti itu?
"Ka-kau sedang sibuk dengan pekerjaanmu, aku tidak ingin mengganggumu."
Rayyan berpindah duduk ke sebelah Anan, menghadap pada istrinya yang menatapnya bingung dan terkejut. Lalu sesaat kemudian Anan merasakan tubuhnya ditarik dan masuk ke dalam pelukan hangat milik suaminya. Anan membelalak, terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.
"Ra-Rayyan."
"Ya?" Rayyan mengeratkan pelukannya, membuat Anan semakin menempel pada tubuhnya. Rasanya hangat dan menyenangkan.
"Ra-Rayyan, lepas." pinta Anan sambil mencoba melepaskan diri.
"Tidak mau. Biarkan seperti ini dulu." balas Rayyan enggan.
"Lepaskan aku, Rayyan."
"Lima menit saja, dear. Aku ingin memelukmu."
Dear? Entah mengapa Anan merasa dadanya menghangat mendengar kata itu keluar dari mulut Rayyan. Ia merasa begitu spesial hanya dengan panggilan tersebut.
Akhirnya Anan hanya bisa pasrah, membiarkan Rayyan memeluknya. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Rayyan, sedang tangannya melingkar di sekitar leher dan pundak suaminya. Rayyan menikmati pelukannya bersama Anan. Ia merasa sangat nyaman berada di pelukan istrinya. Walaupun mereka belum lama mengenal, tapi Rayyan merasa sudah sangat terbiasa dengan kehadiran Anan disisinya. Pelukan Anan mengingatkannya kepada seseorang. Seseorang yang sangat dirindukannya. Seseorang yang bisa memberikan kehangatan kepadanya lewat sentuhan dan kasih sayangnya.
"Rayyan, sudah lima menit."
Suara lembut Anan membuyarkan pikiran Rayyan. Ia melepaskan pelukannya, tersenyum lembut lalu tanpa diduga mencium bibir istrinya tanpa peringatan.
Anan membeku di tempat, merasakan bibir Rayyan menempel di atas bibirnya. Darahnya berdesir seketika, begitu cepat akibat jantungnya yang berdetak tak kalah cepat. Ia dapat merasakan wajahnya memanas, bahkan seluruh tubuhnya kini gemetar saat Rayyan memperdalam ciumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light in The Darkness - #1 [COMPLETED]
Romansa---Seri pertama dari 'The Way of Love: Destiny'-- Cerita perjalanan hati seorang Rayyan Calief yang dikenal dingin dan kejam. Dirinya yang penuh misteri membuat siapapun enggan mendekat, termasuk Anandia. Namun Anandia tak akan pernah mampu pergi da...