BAB 5

5.9K 424 7
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

________________________________

Rayyan duduk di atas ranjang dalam ruang UKS, menunggu tangannya selesai dibalut oleh lelaki yang mengobrol dengan Anan pada saat di aula tadi. Matanya terus menatap ke arah Anan yang tengah terbaring pingsan di atas ranjang tidak jauh dari tempatnya duduk. Gadis itu pingsan karena syok dan benturan yang cukup keras di kepalanya akibat dorongan Rayyan yang terlalu kuat. Ditambah dengan pecahan kaca yang mengenai keningnya, semakin membuat gadis itu terlihat mengkhawatirkan. Awalnya Rayyan berniat membawa Anan ke rumah sakit, namun salah satu guru yang juga seorang dokter mengatakan bahwa kondisi Anan tidak fatal. Anan hanya perlu beristirahat sebentar.

"Tuan." Rayyan mengalihkan pandangannya ke arah pintu, dimana Leo tengah berdiri menatapnya lega. "Anda baik-baik saja?" tanyanya sambil menghampiri.

Rayyan mengangkat tangan kirinya yang telah selesai dibalut, "Aku baik-baik saja. Bukankah aku menyuruhmu untuk menggantikanku pergi ke Amerika?" balasnya dingin. Aulia yang tengah membereskan peralatan yang dipakainya tadi untuk membalut Rayyan pun tersentak mendengar suara Rayyan.

Rayyan melirik sekilas pada Aulia sebelum menurunkan suaranya menjadi sedikit lebih hangat, "Terima kasih sudah membalut lukaku. Bisakah kau meninggalkan kami berdua disini sebentar?"

Aulia mengangguk gugup, "Bisa, pak." balasnya lalu pergi meninggalkan Rayyan dan Leo.

Leo menatap kepergian Aulia lalu menatap Rayyan sambil mengangkat kedua bahunya. "Ayahmu tiba-tiba mengambil alih semuanya dan menyuruhku untuk menyusulmu kemari. Sepertinya mata-mata ayahmu telah melapor padanya jika kau lari dari tugasmu. Bersikaplah profesional sedikit, bung." Leo mengambil sebuah kursi di dekat Rayyan dan mendudukinya. "Ada yang mencari gara-gara denganmu lagi?"

"Aku rasa begitu."

"Siapa yang melakukan ini? Apa kau melihat orangnya?"

"Nino."

"Orang itu memang sengaja melakukan ini untuk membalas dendam padamu sepertinya." Leo berdecak. "Dia tidak pernah berhenti walaupun keluarganya sudah kita habisi."

"Dia bukan tipe orang yang mudah menyerah. Dia akan melakukan apapun demi membalaskan hasratnya. Tapi yang aku pikirkan, kenapa dia mengarahkan pistol itu kepada Anan?"

"Maksudmu?" Leo mengernyit, kemudian Rayyan menceritakan semua kejadian mengenai penembakan tadi. "Aku akan mengurus semuanya." kata Leo.

Rayyan mengeraskan rahangnya, "Dan bawa dia ke hadapanku hidup-hidup. Dia harus bertanggung jawab karena sudah melukai gadisku."

Leo terbatuk, hampir tersedak ludahnya sendiri. "Gadismu? Apa mak--" pertanyaan Leo menggantung tatkala kepala sekolah dan beberapa petinggi lainnya masuk ke dalam ruangan itu.

"Pak Rayyan." Eri menyalami Rayyan dan Leo bergantian, begitupun dengan yang lainnya. "Kami minta maaf atas insiden ini, hingga membuat Anda cedera seperti ini."

"Saya baik-baik saja. Justru saya lebih khawatir dengan keselamatan para siswa disini, karena kejadian tadi membuat salah satu siswi terluka." katanya, menatap sekilas ke arah Anan.

"Saya setuju dengan perkataan pak Rayyan. Kondisi sekolah sekarang tidak cukup aman untuk para siswa, sehingga kita harus mencari cara untuk memperketat keamanan." Tedi menambahkan.

"Kalau untuk keamanan, kami akan membantu dengan menambahkan jumlah penjaga di sekolah ini. Semuanya sudah saya urus, begitupun dengan kasus ini. Orang kepercayaan kami sedang mencari tahu siapa pelakunya." Jelas Leo yang diangguki oleh semua orang disana, terkecuali Rayyan.

Light in The Darkness - #1  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang