BAB 12

7.3K 438 1
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

________________________________

Anan duduk di sisi ranjang menatap pintu kaca yang menghubungkan kamar dengan balkon. Pintu itu terbuka lebar sehingga angin dari luar dapat masuk ke dalam dan menerpa wajahnya lembut.

Anan memejamkan matanya merasakan sentuhan angin malam yang membelai lembut kulitnya. Walaupun dia tahu angin malam tidak baik untuk tubuhnya. Dia sangat membutuhkan ini. Membutuhkan sesuatu yang membuatnya tenang.

Semua pertanyaan dalam benaknya selama seminggu ini, akhirnya terjawab sudah. Dia tahu alasan dibalik semua sikap Rayyan. Dia telah mendapatkan sebuah jawaban pasti yang membuatnya merasakan sakit di saat yang bersamaan.

Selama seminggu ini dia tidak pernah tahu jika Rayyan seorang atheis, walaupun Rayyan selalu bersikap aneh saat dia mengajaknya shalat. Dia tidak pernah berpikir kearah sana melihat sikap itu. Dia selalu berpikir positif jika Rayyan sudah menunaikan kewajiban sholat tanpa sepengatahuannya.

Lalu, kenapa pada saat Rayyan melamarnya semuanya terasa meyakinkan? Kenapa pada saat itu Rayyan mampu membuktikan dirinya sebagai muslim? Membaca dan menghafal Al-qurán dengan begitu luar biasa, dan membuatnya berpikir bahwa Rayyan mampu membimbingnya sesuai perintah-Nya.

Anan mengalihkan pandangannya kearah pintu, melihat suaminya yang tengah berdiri di dekat pintu sambil mengerutkan keningnya.

"Kenapa pintunya dibuka?" Tanyanya ketika melihat pintu balkon terbuka lebar.

"Aku hanya gerah, jadi kubuka pintunya." Jawab Anan.

"Kau kan bisa menyalakan AC, kenapa harus membuka pintunya?"

"Aku tidak terbiasa dengan AC, kau tahu kan." Jawab Anan datar.

"Kau harus terbiasa dengan itu. Angin malam tidak baik untukmu, apalagi ini musim kemarau." Balas Rayyan seraya menutup pintu balkon. Dia menatap istrinya yang menundukan kepalanya. Dia yakin Anan sedang menyembunyikan sesuatu darinya, tapi dia tidak tahu apa itu.

Rayyan menghampiri istrinya lalu duduk di sampingnya. Apa sebenarnya yang Anan sembunyikan darinya?

"Kau kenapa, dear?" Tanya Rayyan.

Anan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa." Jawab Anan sekenanya. Kemudian keadaan menjadi hening, tidak ada yang memulai pembicaraan diantara mereka. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Anan menghela napasnya perlahan, membuang rasa ragunya. "Rayyan?" panggilnya lembut.

Rayyan mengalihkan pandangannya menatap istrinya,. "Apa?"

"Boleh aku meminta sesuatu darimu?" Tanya Anan ragu.

Rayyan mengerutkan keningnya, sedikit heran dengan sikap Anan. "Tentu saja. Apa saja yang kau inginkan, aku akan memberikannya." Jawabnya yang membuat Anan menatapnya berbinar. "Memang apa yang kau inginkan?" Tanyanya kemudian.

Anan menatap Rayyan ragu. Haruskah dia bilang apa keinginanya. Ya, dia harus bilang kepada Rayyan. Ini adalah rencana pertama yang akan dilakukannya. Anan menguatkan batinnya untuk ini. Dia harus berani menerima resiko apapun yang akan di dapatnya setelah ini. Ingat, ini demi Rayyan.

"Apa dear?" Tanya Rayyan sekali saat Anan hanya diam melamun.

"Aku ingin kita sholat berjamaah dan kau menjadi imamnya." Jawab Anan cepat dalam satu tarikan napas.

Light in The Darkness - #1  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang