Dua

2.1K 216 4
                                    

"(namakamu)? Ngapain disini?"

Merasa namanya disebut, (namakamu) menoleh ke samping. Kemudian ia tersenyum saat mengetahui siapa sosok tersebut.

"Eh Iqbaal, ya gue beli makan lah. Lo sendiri?"

"Sama. Gue juga beli makan"

"Jauh banget dah belinya" ucap (namakamu) heran.

Perkataan (namakamu) barusan membuat Iqbaal terkekeh. "Disini mah nasi goreng favorit gue. Rela jauh jauh demi nasi goreng hehe"

(namakamu) hanya tertawa kecil. Ternyata selera Iqbaal juga sama dengan Raffy.

"Kok keluar sendirian? Jalan kaki?" tanya Iqbaal sambil memperhatikan sekitar.

"Hehe iya. Orang deket aja kok"

"Pulang sama gue ya?" tawar Iqbaal.

"Eh gausah. Gue jalan aja gapapa kok" tolak (namakamu).

"Jangan (nam). Ini udah malem tau. Kalo ada apa apa gimana?" ujar Iqbaal sambil menatap (namakamu).

Mendadak (namakamu) merasa salah tingkah. Ia mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Mau ya?"

Akhirnya (namakamu) mengangguk. "Iya, gue mau. Tapi ngga ngerepotin kan?"

Iqbaal menggeleng. "Sama sekali nggak"

Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Udara yang tadinya dingin, menjadi semakin dingin.

"Dingin ya (nam)?"

(namakamu) menggeleng. "Nggak kok. Gue kan pake jaket hehe"

Kemudian Iqbaal melepaskan jaketnya, lalu memasangkannya ke tubuh (namakamu). Tentu saja hal tersebut membuat cewek itu terkejut.

"Nanti lo kedinginan"

"Gue kan cowok. Masa gini aja kedinginan" balas Iqbaal sambil terkekeh pelan.

Suara dering handphone memecah keheningan diantara mereka. Ternyata suara itu berasal dari handphone Iqbaal.

"Halo bunda"

..........

"Ini, Iqbaal lagi beli nasi goreng bun. Kenapa?"

..........

"Hah? Serius bunda?"

..........

"Ya allah iya bun, Iqbaal kesana sekarang"

Setelah mengangkat telfon, Iqbaal menatap (namakamu) dengan cemas. "(nam) maaf ya"

Kening (namakamu) mengerut. "Maaf kenapa? Itu siapa yang telfon?"

"Bunda gue telfon. Katanya Dimas kecelakaan"

(namakamu) yang tadinya biasa saja, terkejut saat mendengar penjelasan Iqbaal. "Yaudah mending sekarang lo ke rumah sakit. Jangan lupa kasih kabar ke gue"

"Terus lo gimana? Ini hujan (nam)" cemas Iqbaal.

"Gapapa Iqbaal, gue bisa nunggu sampe hujan reda. Dimas lebih penting sekarang" paksa (namakamu).

Iqbaal berdecak pelan. "Kalo nunggu reda lama, bisa sampe malem"

Sepertinya (namakamu) harus mencari cara lain agar Iqbaal mau meninggalkannya. "Gue bisa telfon Pak Deden buat jemput disini. Lo tenang aja"

"Yakin? Beneran gapapa kalo gue tinggal?" tanya Iqbaal memastikan.

(namakamu) mengangguk mantap. "Iya gapapa. Lo bawa mobil hati-hati. Jangan sampe ngebut walaupun lagi panik"

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang