Sepuluh

2.1K 257 15
                                    

Sudah tiga hari ini (namakamu) tidak masuk sekolah karna lututnya yang belum sembuh betul. Selama itu juga hanya Arindra dan Nasya yang bergantian menjenguknya. Sedangkan Iqbaal masih sibuk dengan urusannya.

Tapi akhirnya setelah tiga hari cowok itu kembali menghubungi (namakamu) malam ini.

'Beneran deh capek banget ngurusin event sekolah. Nggak kelar kelar tugasnya'

(namakamu) terkekeh pelan saat mendengar omelan Iqbaal. "Terus sekarang udah selesai?"

'Belum. Tapi gue udah kangen banget sama lo gimana dong?'

"Bisa banget nge gombal?"

'Serius tau. Eh, kata Nasya lo udah tiga hari nggak masuk sekolah?'

"Hmm? Iya nih"

'Kenapa? Lo sakit?'

Dari nada bicaranya sudah bisa dipastikan kalau cowok itu khawatir.

"Enggak Baal. Cuma lutut gue masih sakit aja. Kemaren jatuh pas di sekolah"

'Kok bisa? Jatuh apa dibikin jatuh?'

"Beneran jatuh. Lagian siapa coba yang berani bikin gue jatuh?" tanya (namakamu) dengan nada meledek agar Iqbaal tidak bertanya lagi.

'Ya sebenernya gue belum terlalu percaya sih, tapi yaudahlah ya. Besok udah bisa sekolah belum?'

"Bisa kok. Udah kangen sekolah tau"

'Kangen sekolah apa kangen gue?'

"Apaan deh? Nggak jelas banget tau"

Padahal sejujurnya (namakamu) salah tingkah. Tapi namanya juga cewek.

Di sebrang sana, Iqbaal tertawa karna berhasil meledek (namakamu).

'Yaudah, besok dijemput jam setengah 7 mau?'

"Siapa yang jemput?"

'Bapak kau'

Jawaban Iqbaal barusan membuat (namakamu) mengerutkan keningnya. Mendengar tidak ada jawaban dari lawan bicara, Iqbaal kembali melanjutkan.

'Ya sama gue lah (namakamu) sayang. Cantik cantik kok telmi?'

"Ck Iqbaal! Mau muji apa ngehina?"

'Itu udah satu paket. Nggak bisa dipisahin'

"Dih? Bodoamat, bye"

Sambungan telfon dimatikan secara sepihak oleh (namakamu). Bukannya kesal, cewek itu malah senyum-senyum sendiri mengingat kelakuan Iqbaal. Memang hanya cowok itulah satu-satunya alasan yang membuat (namakamu) tetap bertahan sampai detik ini.

~•~

"Pelan-pelan aja," ujar Iqbaal saat cowok itu membantu (namakamu) berjalan masuk ke dalam mobil. Setelah itu ia memutar untuk masuk lewat pintu pengemudi.

"Kenapa nggak pake motor aja?"

Iqbaal menaikkan kedua alisnya saat mendengar pertanyaan (namakamu) yang cukup bodoh. "Pikirin aja gimana caranya lo bisa naik ke motor gue"

"Eh? Astaga kenapa gue bego banget dah?"

"Ada-ada aja lo. Udah sarapan belum?" tanya Iqbaal sesaat setelah mobil yang dikendarainya berjalan.

"Udah kok"

"Tumbenan? Biasanya lo nggak pernah sarapan tuh"

(namakamu) meringis pelan. Iqbaal selalu tahu kebiasaannya. "Minum susu termasuk sarapan juga kan?"

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang