Enam

2K 212 11
                                    

(namakamu) menutup pintu rumah secara perlahan. Baru saja berjalan beberapa langkah, suara Dona mengintrupsi membuat (namakamu) terkejut.

"Pulang sama siapa kamu? Udah dapet pacar baru lagi?" tanya Dona dengan wajah sinisnya.

"Enggak ma, bukan pacar. Itu tadi Iqbaal"

"Halah udahlah gausah ngelak kamu! Kakak kamu sendiri yang bilang ke mama"

"Sumpah ma. Aku sama Iqbaal cuma temenan aja"

Saat (namakamu) menggerakkan lengannya, ia tidak sengaja menyenggol vas bunga milik Dona. Sialnya benda itu terjatuh ke lantai dan pecah menjadi berkeping-keping.

"(NAMAKAMU)! KURANG AJAR KAMU YA!"

Detik itu juga teriakan (namakamu) terdengar karna Dona terus memukulinya tanpa ampun.

"Maaf ma, aku nggak sengaja. Aww sakit ma,"

Namun Dona tetap memukuli putrinya itu. Ia mengambil sapu, kemudian menggunakannya untuk memukul kaki (namakamu). Kegaduhan yang ditimbulkan membuat Bi Rina, Olivia dan Arif datang.

"Aww--s-akit ma. Maafin aku--akh sa-kit" rintih (namakamu).

"Mah" panggil Arif yang merasa tidak tega melihat adik bungsunya dipukuli.

"BIARIN ANAK NAKAL INI TAU RASA! BISANYA CUMA NGERUSAK AJA!" teriak Dona.

Bi Rina diam-diam menangis. Ia tidak sanggup melihat nona mudanya yang sangat baik dipukuli oleh majikannya.

Merasa tidak punya pilihan, Arif hampir saja maju untuk menolong (namakamu) jika Olivia tidak menarik lengannya.

"Abang sayang kan sama aku? Kalo iya, biarin mama ngasih pelajaran ke (namakamu). Biar dia tau gimana rasanya gak disayang sama orang tua"

Dan lagi-lagi Arif hanya bisa diam tanpa melakukan apapun.

~•~

(namakamu) terduduk di tepian ranjangnya. Seluruh tubuhnya masih terasa nyeri, terlebih bagian kakinya. Ia menatap luka sayatan di lengannya yang baru saja ia dapatkan beberapa detik yang lalu.

Airmatanya terus mengalir tanpa henti. Sampai Bi Rina masuk dengan membawa es batu dan handuk kecil. Dengan cepat, (namakamu) kembali menyimpan cutter nya di laci meja.

"Bibi kompres ya, biar lebamnya hilang. Nanti baru bibi panggilin tukang urut"

"Aku emang anak nakal ya bi?"

Tentu saja Bi Rina menggeleng keras. "Enggak. Non anak baik, bibi sayang banget sama non"

"Tapi kenapa mama bilang aku nakal? Aku bisanya cuma ngerusak. Aku nggak berguna Bi" lirih (namakamu) yang terdengar sangat memilukan.

Perlahan Bi Rina mengusap air mata yang masih mengalir di pipi nona mudanya itu, kemudian ia juga mengelus kepala (namakamu). "Mungkin tadi Bu Dona lagi emosi, jadi nggak sadar udah ngelakuin apa sama non. Jangan sedih lagi ya? Nanti capek loh nangis terus"

Kemudian Bi Rina kembali megompres luka lebam di lengan (namakamu). Tanpa sengaja, Bi Rina menyentuh lukanya dan membuat (namakamu) meringis.

"Yaampun, ini kenapa non?" tanya Bi Rina khawatir.

(namakamu) hanya menggeleng pelan, kemudian tersenyum. "Nggak papa Bi. Cuma kegores dikit aja"

Tiba-tiba handphone (namakamu) berbunyi karna ada panggilan masuk dari Iqbaal. Awalnya (namakamu) ingin menolak, tetapi Bi Rina mencegahnya. Akhirnya (namakamu) memilih untuk menjawab panggilan dari Iqbaal.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang