Duabelas

1.7K 252 35
                                    

Pagi ini Iqbaal baru saja selesai memarkirkan mobil kesayangannya. Cowok itu sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan gebetannya. Siapa lagi kalau bukan (namakamu). Dan sebagai permintaan maaf karna kemarin sempat membatalkan janji mereka, Iqbaal sengaja membawa sesuatu untuk itu.

"Woy"

Panggilan seseorang itu menghentikan langkah Iqbaal. Ternyata Irzan.

"Eh Zan, tumben pagi"

"Yee emang biasanya gue juga pagi kali. Oh iya mumpung inget lo hari ini ke rumah sakit nggak?" tanya Irzan membuat Iqbaal bingung tentu saja.

"Ngapain ke rumah sakit anjir"

"Loh kok ngapain? Lo gimana sih?"

"Ya lo ngapain nanyain gue ke rumah sakit? Lo sakit?"

Irzan memutar kedua bola matanya. Yang benar saja Iqbaal tidak tau kalau (namakamu) masuk rumah sakit.

"Heh asal lo tau aja ya, (namakamu) itu masuk rumah sakit. Dan lo tau? Dia mau operasi karna cedera lututnya tambah parah" beritahu Irzan yang berhasil membuat Iqbaal kaget.

"Apa-apaan kok gue gatau? Gimana bisa? Kenapa lo tau semuanya?"

Iqbaal panik. Laki-laki itu masih butuh banyak penjelasan. Akhirnya Irzan menceritakan semua kejadian kemarin. Dari penjelasan dokter sampai kabar terakhir yang ia terima tadi malam.

"Bajingan. Bisa-bisanya gue nurut banget jadi budak osis sampe nggak tau kalo calon cewek gue celaka" gumam Iqbaal pelan.

"Gue ngerti gimana perasaan lo. Sekarang lo ke rumah sakit, temuin dia. Perkara Laura dan yang lainnya biar gue yang urus"

"Thanks bro"

Setelah mengatakan itu Iqbaal berbalik menuju parkiran. Sementara itu Irzan melanjutkan langkahnya untuk pergi ke kelas. Tapi sebelum itu, ia mengirim pesan nama rumah sakit dan nomor ruangannya juga. Iqbaal terlalu panik sampai tidak ingat menanyakan hal sepenting itu.

~•~

Iqbaal memasukkan handphone nya ke dalam saku. Akhirnya ia menemukan ruangan (namakamu). Untung saja Irzan sangat baik karna sudah memberitahunya.

Belum sempat mengetuk, pintu sudah terbuka lebih dulu. Ternyata Arif yang keluar dari sana.

"Lo Iqbaal kan?" tanya Arif tapi sama sekali tidak dijawab oleh Iqbaal. Oke sepertinya lelaki itu masih berfikiran kalau Arif tidak peduli dengan (namakamu).

"Masuk aja, di dalem ada bi Rina juga. Gue mau keluar sebentar" ujar Arif yang kemudian berlalu dari sana.

Pelan-pelan Iqbaal masuk ke dalam. Saat ia mengucapkan salam bi Rina dan (namakamu) langsung menoleh ke arahnya. Terlihat disana bi Rina sedang mengupas buah untuk gebetannya itu.

"Eh ada mas Iqbaal"

Iqbaal membalas sapaan bi Rina dengan senyum tipis. Kemudian cowok itu berjalan mendekati brankar (namakamu).

"Maaf" itu kata pertama yang keluar dari mulut Iqbaal.

(namakamu) mengerutkan keningnya saat mendengar perkataan Iqbaal. "Maaf kenapa? Lo nggak ada salah lagi"

"Maaf karna kemaren udah batalin makan bareng. Maaf karna gue gabisa nolongin lo kemaren dan maaf karna gue baru bisa jenguk lo sekarang. Itupun kalo bukan karna Irzan yang ngasih tau gue gaakan tau" jelas Iqbaal dengan nada menyesal.

Bukannya marah, (namakamu) malah tertawa kecil. "Nggak papa Iqbaal. Gue tau lo lagi sibuk kan? Lagian gue siapa coba? Nggak ada penting pentingnya buat lo"

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang