Pukul 7 malam, (namakamu) baru saja selesai makan disuapi oleh Iqbaal. Sekarang hanya mereka yang berada di sana karna Arif sedang pulang ke rumah, Nasya dan Arindra juga. Sedangkan Bi Rina sudah kembali sejak tadi siang karna masih memiliki tugas di rumah.
"Iqbaal"
"Hm?" balas cowok itu tapi tetap fokus dengan ponselnya.
"Lo nggak mau pulang?"
"Jadi gue diusir nih?" tanya Iqbaal membuat (namakamu) mendengus.
"Bukan gitu. Tapikan ini udah malem dan lo masih pake baju sekolah gitu. Maksud gue lo balik aja dulu, bersih-bersih terus istirahat. Besok pagi baru balik lagi ke sini"
Iqbaal menaik turunkan alisnya membuat (namakamu) menatapnya dengan bingung. "Kenapa?"
"Perhatian banget sama gue"
Oke. (namakamu) jadi nyesel ngomong panjang lebar kaya tadi.
"Terserah lo deh. Nyebelin" sungut (namakamu) yang dihadiahi tawa oleh Iqbaal.
"Becanda. Tapi kalo gue balik lo sendirian dong?"
"Nggak papa, palingan bentar lagi bang Arif dateng"
"Yaudah gue nunggu aja"
"Gapapa Iqbaal. Lo balik aja sekarang"
"Tapi kalo ada apa-apa langsung telfon gue oke?"
(namakamu) mengangguk paham. Dengan berat hati Iqbaal pun mengambil tas miliknya yang tergeletak di sofa. Sebelum laki-laki itu benar-benar keluar dari ruangan, (namakamu) sempat mengucapkan hati-hati yang dibalas acungan jempol oleh Iqbaal.
Tidak lama setelah lelaki itu pergi, pintu ruangan (namakamu) terbuka. Awalnya ia mengira Arif yang datang. Ternyata dugaan nya salah, justru Anton dan Dona yang datang.
"Eh mama, papa" sapa gadis itu dengan sangat canggung. Jujur (namakamu) takut.
"Kenapa kamu?" tanya Dona dengan nada yang kurang enak di dengar.
"Aku kepleset di kolam renang sekolah kemaren"
Dona berjalan mendekat ke arah (namakamu). Kemudian menatap putrinya itu dengan tajam. "Mama sekolahin kamu buat belajar biar pinter. Bukan buat cari masalah sama kakak kakak kelas kamu!" sentaknya membuat (namakamu) terkejut.
"T-tapi ma, bukan aku yang salah" cicitnya dengan suara yang sangat pelan.
"Kamu kalau salah nggak pernah mau ngaku ya?! Bisanya cuma menyalahkan orang lain aja! Gara-gara ulah kamu, olivia dihukum sampe kakak kamu itu kelelahan dan penyakitnya kambuh lagi. Puas kamu?!"
Bukan Dona yang membentaknya barusan, tapi Anton. Terlihat sekali wajah papa nya itu penuh amarah.
"Bisa nggak sih sekali aja kamu ngertiin kakak kamu? Jangan maunya di ngertiin terus. Nggak tau terima kasih banget jadi anak. Mama nyesel punya anak nggak tau diri kaya kamu!"
Jleb.
Ada yang menusuk tapi bukan jarum. Bahkan mata (namakamu) sudah berkaca-kaca sekarang.
"Sekali saja, papa mau kamu itu ada gunanya. Bisa?"
Dan sekarang airmata (namakamu) sudah turun ke pipi mulusnya. Baginya, kata-kata kedua orang tuanya saat ini lebih menyakitkan dari apa pun.
~•~
Arif berjalan cepat di koridor rumah sakit. Sepertinya meninggalkan (namakamu) sendirian adalah kesalahan besar. Karna saat ia sampai di rumah tadi, Bi Rina berkata kalau kedua orang tuanya baru saja pergi ke rumah sakit. Semoga kali ini Arif tidak terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt
FanfictionApakah kamu tau, definisi tersakiti yang sesungguhnya? Kalau tidak, biar aku yang menjelaskan bagaimana definisi-nya. 1st published January 2, 2020.