Selama (namakamu) ditangani, Irzan, Nasya dan Arindra menunggu di depan. Tadi Irzan sudah mengganti bajunya dengan baju cadangan yang diletakkan di mobil. Tidak tau kenapa tapi Irzan merasa begitu cemas dengan keadaan adik kelasnya itu.
"Kak kenapa harus dibawa kesini? Kenapa nggak ke UKS aja?" tanya Arindra penasaran.
"Rin, sebelum nyebur ke kolam lututnya (namakamu) ngebentur lantai keras banget. Gue tau setelah kondisinya yang kemaren pasti sekarang jadi tambah parah" jelas Irzan.
Nasya menyipitkan kedua matanya saat mendengar penjelasan Irzan. "Lo tau darimana soal lutut (namakamu) lagi sakit?"
"Iqbaal yang bilang. Lagian, keliatan kok dari cara dia jalan tadi"
Arindra tersenyum samar. Ternyata masih ada orang yang sangat peduli dengan sahabatnya. Tidak lama kemudian dokter yang menangani (namakamu) keluar dari ruangan IGD.
"Siapa pihak dari keluarga pasien?"
Pertanyaan tersebut membuat Irzan menatap Nasya dan Arindra bergantian. Tapi kedua perempuan itu menggeleng. Mereka menyuruh Irzan untuk menjadi perwakilan.
"Saya kakaknya dok" ujar Irzan akhirnya.
"Ada hal serius mengenai kondisi pasien yang harus saya bicarakan. Silahkan ikut ke ruangan saya"
~•~
"Jadi ada apa sama adik saya dok?"
"Dari hasil pemeriksaan, sepertinya lutut pasien baru saja mengalami cidera?" tanya dokter membuat Irzan mengangguk.
"Iya dok. Beberapa hari yang lalu memang dia jatuh jadi lututnya cidera. Tadi juga lututnya berbenturan dengan keramik lumayan keras dok" ujar cowok itu memberikan penjelasan.
Dokter dengan nametag Ardian itu mengangguk. "Sepertinya setelah terjadi benturan tadi, kondisi lutut adik kamu semakin mengkhawatirkan. Oleh karna itu saya dan tim dokter akan melakukan MRI untuk mengetahui bagaimana kondisinya"
Tentu saja Irzan sudah meduga hal seperti ini akan terjadi. Karna ia melihat dengan jelas bagaimana (namakamu) terpeleset yang berujung jatuh ke dalam air tadi.
"Kira-kira berapa lama hasilnya keluar dok?"
"Sebenarnya membutuhkan waktu 1-2 minggu. Tapi melihat kondisi adik kamu yang darurat, kami usahakan secepat mungkin hasilnya keluar. Jadi untuk sementara dia harus dirawat dulu disini"
Irzan mengangguk paham. "Kalo gitu saya permisi dok. Terima kasih untuk infonya"
Setelah berjabat tangan, Irzan keluar dari ruangan dokter. Cowok itu kembali menghampiri Nasya dan Arindra yang masih menunggu di depan IGD.
"Kalian tunggu disini sebentar. Gue mau urus administrasi biar (namakamu) cepet dipindahin ke ruangan. Baru gue jelasin gimana keadaannya"
Kedua cewek itu hanya mengangguk paham. Setelah Irzan hilang dari pandangan mereka, Arindra menanyakan sesuatu yang dari tadi sangat ingin ia tanyakan.
"Ca, lo ngerasa aneh nggak sih sama sikapnya kak Irzan?"
"Aneh gimana?"
"Ya gimana ya, dia kayak perhatian banget sama (namakamu). Sampe segalanya dia yang ngurus gini"
Nasya terkekeh pelan. "Setau gue ya Rin, Kak Irzan itu emang anaknya baik banget. Dia juga temen deketnya Iqbaal, mungkin karna itu. Lagi juga sekarang kita belum kasih tau orang rumah (namakamu) kan? Makannya kak Irzan yang bantu"
"Ya nggak salah juga sih apa kata lo. Eh terus masalah orang rumah (namakamu) kita kabarin siapa?"
"Kabarin Bi Rina aja Rin. Percuma kalo kita kasih tau bokap sama nyokapnya. Yang ada nanti (namakamu) lagi kena batunya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt
FanfictionApakah kamu tau, definisi tersakiti yang sesungguhnya? Kalau tidak, biar aku yang menjelaskan bagaimana definisi-nya. 1st published January 2, 2020.