Tiga

2K 201 1
                                    

Sepertinya kehujanan semalam berefek buruk bagi (namakamu). Sekarang, ia merasa kepalanya sangat pusing. Tubuhnya juga lemas karena belum mendapat asupan makanan. Dan bersin bersin tak ayal membuat hidungnya memerah.

"(namakamu) ihh, gue temenin deh di UKS. Daripada lo disini" bujuk Arindra.

"Gue males di UKS Rin, bosen" tolak (namakamu).

"Yaampun kan gue temenin. Ayolah" paksa Arindra yang masih belum menyerah.

Entah darimana asalnya, tiba-tiba saja Iqbaal sudah berdiri di depan meja (namakamu).

"Tuh Baal liatin, (namakamu) bandel banget" adu Nasya.

Iqbaal menatap (namakamu) dengan cemas. "Katanya di jemput Pak Deden? Kenapa ngga bilang? Sakit kan jadinya"

"Gue ngga papa Baal"

"Ck! Lo udah sakit kaya gini masih bilang gapapa? Mati rasa ya lo?" heran Iqbaal.

(namakamu) terkekeh pelan. Entah kenapa ia merasa kepalanya semakin pusing. Dalam hitungan detik, seluruh pandangannya berubah menjadi gelap

Tanpa basa-basi Iqbaal segera menggendong (namakamu) menuju UKS. Tentu saja dengan Nasya dan Arindra yang mengikuti dibelakang.

'Belum lama ditinggal pacar udah dapet aja'

'Ya lo pasti tau lah (namakamu) itu gimana'

'Haha parah sih. Cabe'

Arindra yang mendengar (namakamu) dijelek jelekkan seperti itu tentu saja tidak terima.

"Bacot banget sih? Nggak liat orang lagi sakit? Dasar netizen!" ucap Arindra tidak terima.

"Rin, udah. Mending sekarang kita susul Iqbaal ke UKS deh. (namakamu) lebih penting daripada mereka"

~•~

"Gimana Baal? Badannya masih panas?"

Iqbaal mengangguk. "Demam nya masih belum turun"

Nasya menatap (namakamu) yang masih belum sadarkan diri. "Biasanya dia gaakan pingsan selama ini. Gue jadi takut"

"Kita tunggu setengah jam lagi. Kalo sampe (namakamu) belum sadar juga, kita bawa dia ke Rumah Sakit" putus Iqbaal.

Arindra dan Nasya mengangguk setuju. Sejak dulu, mereka sudah menganggap (namakamu) sebagai keluarga. Lebih dari sekedar sahabat. Mereka juga tau semua tentang (namakamu). Bagaimana kesehariannya dan apapun itu yang menyangkut dengan (namakamu).

Saat sedang fokus dengan pikiran masing-masing, tiba-tiba saja mereka terkejut karna mendengar lirihan (namakamu).

"Raffy"

"(namakamu), sadar!"

"Fy tolong, aku takut" racau (namakamu) dengan mata yang masih tertutup.

Dengan keberanian penuh, Iqbaal menggenggam tangan (namakamu). "Raffy udah tenang disana (nam)"

Perlahan mata (namakamu) terbuka. Dan sosok yang pertama kali dilihatnya adalah Iqbaal.

"Iqbaal"

"Iya (nam) ini gue. Kenapa? Ada yang sakit?" tanya Iqbaal cemas.

Segaris senyum tipis tercetak di bibir tipis (namakamu). "Nggak papa" balasnya kemudian menoleh ke arah dua sahabatnya. "Ca, Rin"

"Ada apa? Lo butuh sesuatu?" tanya Arindra.

Cewek itu menggeleng pelan, lalu menjawab, "Gue ketemu Raffy" lirihnya.

Iqbaal, Nasya, dan Arindra terdiam.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang