Pagi ini, (namakamu) sudah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Saat melewati ruang makan, seperti biasa ada mama papa dan kakanya yang sedang sarapan bersama. Melihat itu membuat (namakamu) tersenyum. Senyum yang mampu membuat Anton dan Dona terdiam, entah karna apa.
"(namakamu) berangkat dulu ya ma, pa" pamit (namakamu) yang dibalas dengan anggukan.
"Bi Rina" panggil cewek itu lagi membuat bi Rina menoleh.
"Iya non kenapa?"
(namakamu) hanya menatap bi Rina sambil tersenyum manis. Kemudian tanpa di duga ia memeluk wanita yang berada di hadapannya itu membuat semua orang terkejut.
"Eh ada apa ini non?" tanya bi Rina secara refleks karna terkejut.
"Nggak papa. (namakamu) cuma mau bilang kalo (namakamu) sayang banget sama bibi. (namakamu) pergi dulu ya?" ujarnya membuat Dona tertegun. Bahkan (namakamu) tidak pernah berlaku seperti itu padanya.
Belum sempat berbicara lagi, (namakamu) sudah terlebih dulu berjalan meninggalkan ruang makan. Saat keluar dari rumah, ternyata ada Arif yang sedang duduk di gazebo depan.
"Kenapa nggak ikut sarapan?" tanya (namakamu) begitu melihat Arif yang sibuk memainkan ponselnya.
"Nggak papa. Lagi males aja"
"Kok abang gitu sih? Kan mama sama papa udah minta maaf tadi malem"
Arif menghela napasnya, lalu menatap kedua mata teduh milik (namakamu). "Kamu tau kalo mereka nggak bener-bener minta maaf dengan tulus. Secepat itu kamu bisa terima kepura-puraan mereka?"
Sejenak (namakamu) diam, ia menunduk lalu kembali menatap kakak laki-lakinya itu. "Aku nggak papa kok. Sekarang aku ikhlas nerima takdir. Kalo memang harusnya begini, yaudah"
Mendengar itu Arif kembali berpikir bahwa (namakamu) itu memang naif. Apa yang ia katakan tidak pernah sesuai dengan kenyataannya. Muak dengan kesabaran (namakamu), Arif bangkit dari duduknya.
"Ayo berangkat, nanti kamu terlambat"
"Eh gausah bang" ujar cewek itu sambil menahan pergerakan Arif. "Hari ini aku bareng sama kak Irzan kok"
Baru saja disebut, sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah. Klaksonnya berbunyi dua kali membuat (namakamu) refleks berteriak. "Iya kak, tunggu sebentar!"
"Bang (namakamu) pamit dulu ya?"
Tidak hanya itu (namakamu) juga memeluk tubuh Arif walau hanya sebentar. "Makasih karna semalem udah mau bantuin aku. Pergi dulu ya daaah" ujarnya langsung melenggang pergi. Meninggalkan Arif yang masih terkejut dengan kelakuan ajaib adiknya itu.
~•~
Sampai di parkiran sekolah, keduanya sempat diam beberapa menit sebelum turun. Lalu saat keduanya keluar dari mobil, perkataan pedas dan tidak sopan kembali memenuhi indra pendengaran mereka membuat Irzan hampir emosi. Untung saja (namakamu) berhasil menahan cowok itu agar tidak memukul orang lain.
Baru saja sampai di koridor, seseorang menabrak (namakamu) hingga membuatnya oleng. Akibatnya kening cewek itu harus menjadi sasaran empuk pintu kayu yang baru saja terbuka dari dalam.
"Aww" ringis (namakamu) membuat semua orang yang berada di sana tertawa.
"HAHAHA RASAIN TUH. Asik juga ya ngerjain cabe-cabean sekolah" teriak cowok gendut yang tadi menabrak (namakamu).
Melihat kening (namakamu) yang membiru, Irzan jadi semakin emosi dibuatnya. Hampir saja sebuah bogeman melayang kalau (namakamu) tidak segera menarik bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt
FanfictionApakah kamu tau, definisi tersakiti yang sesungguhnya? Kalau tidak, biar aku yang menjelaskan bagaimana definisi-nya. 1st published January 2, 2020.