Limabelas

1.7K 237 9
                                    

Bukannya membersihkan tubuhnya yang terasa lengket, (namakamu) malah duduk di atas closet. Ia memejamkan mata saat mengingat semua kejadian buruk yang menimpa dirinya belakangan ini. Jujur (namakamu) lelah. Tapi ia tidak bisa berbuat banyak.

Padahal membentak lawannya seperti tadi itu tidak mencerminkan dirinya sama sekali. Tapi (namakamu) sudah tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi sikap Laura yang selalu seenaknya.

Ingin rasanya menangis, tapi ia sadar kalau menangis tidak akan menghentikan semua masalahnya. Bahkan setelah menangis pun orang tua dan teman temannya tidak akan menghentikan keinginan mereka untuk selalu membuat (namakamu) sakit.

(namakamu) menarik lengan almamater yang melekat di tubuhnya. Menampakkan kulit putih nya yang dihiasi dengan goresan-goresan benda tajam. Hanya dengan cara itu (namakamu) bisa merasa tenang dan baik-baik saja, walaupun hanya sesaat.

Tidak peduli dengan luka yang baru di dapatkan nya semalan, (namakamu) ingin melakukan itu lagi. Tapi saat merogoh saku almamaternya, ia tidak menemukan benda itu.

"Ck dimana? Gue nggak mungkin lupa bawa" gerutunya karna merasa kesal. (namakamu) jadi emosional sekarang.

Dengan keadaannya yang masih kacau, (namakamu) berniat untuk keluar dan kembali ke kelas. Mencari apakah barangnya itu tertinggal di dalam tas. Tapi saat membuka pintu toilet, (namakamu) malah dikejutkan dengan kehadiran Iqbaal yang sedang bersandar di tembok.

"Iqbaal lo ngap--"

"Udah selesai bersihinnya?"

(namakamu) menggeleng. "B-belum. Gue mau ke kelas dulu, ada yang dicari" ujarnya sedikit gugup. Jujur saja tatapan Iqbaal yang seperti ini sangat mengerikan. Seperti menahan amarah yang kapan saja bisa meledak.

"Mau cari apa?" tanya Iqbaal lagi membuat (namakamu) diam. Ia bingung harus menjawab apa.

"Ini kan yang lo cari?" kali ini Iqbaal juga mengeluarkan sesuatu dari saku almamaternya. Sebuah cutter mini dengan desain kartun hewan. Mungkin orang lain yang melihat juga tidak sadar kalau benda itu tajam dan berbahaya.

damn it!

Kenapa bisa? Kenapa cutter miliknya bisa berada di tangan Iqbaal?

"Baal balikin itu punya gue" pinta (namakamu) sambil berusaha merebut benda itu dari tangan Iqbaal.

Namun ia kalah cepat. Iqbaal mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Kemudian membuka tutupnya dan mengeluarkan silet tajam itu. "Gue pengen tau, gimana sih rasanya main-main sama gininan?"

"Jangan macem-macem! Itu bahaya Iqbaal!" peringat (namakamu) namun lelaki itu malah tersenyum. Senyum yang membuat (namakamu) takut saat itu juga.

"Cuma nyoba sekali nggak akan bikin gue mati kan?"

Iqbaal sudah gila! (namakamu) segera berjinjit untuk meraih cutter miliknya. Dengan resiko apapun, termasuk saat telapak tangannya tertusuk dan menimbulkan luka sobek di sana.

tes

Iqbaal membulatkan matanya saat setetes darah jatuh ke seragam miliknya. Ia melihat telapak tangan (namakamu) yang sudah berdarah. Dengan cepat cowok itu menarik (namakamu) ke wastafel untuk mencuci darahnya.

"Sebenernya gue nggak mau berkata kasar. Tapi lo beneran bego (nam)!" sentak Iqbaal membuat (namakamu) mendengus pelan.

"Biasa aja, lagian nggak sakit juga" balasnya membuat Iqbaal menggeram. Kemudian ia menarik almamater yang menutupi lengan (namakamu).

"Jelas luka barusan nggak akan sakit. Buktinya setelah ngelakuin ini semua lo masih tetep hidup"

(namakamu) diam. Bagaimana bisa Iqbaal tau?

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang