Setelah selesai berbicara dengan Irzan di halaman belakang sekolah, (namakamu) segera kembali ke kelas. Ia berusaha menulikan telinganya saat mendengar bullyan verbal dari semua orang yang dilewatinya.
(namakamu) menghembuskan napas lega saat melihat Nasya sedang duduk di bangkunya. Cewek itu segera menuju ke meja mereka untuk duduk sebelum Nasya menyodorkan ponselnya ke hadapan (namakamu).
"Ini maksudnya apa? Bisa jelasin ke gue?" tanya Nasya langsung pada intinya. Tentu saja foto itu adalah foto yang sama dengan yang ada di mading tadi.
"Ca, iya ini emang gue sama kak Irzan. Tapi--"
"Gue kira omongan anak-anak selama ini tuh ngaco tau nggak? Ternyata emang bener ya? Lo itu murah! Sana-sini mau aja!" sentak Nasya membuat (namakamu) terkejut.
"Pantes aja selama lo sakit lo selalu bilang ke gue dan Arindra kalo kita nggak perlu bolak-balik nengok ke rumah sakit. Ternyata udah ada temennya" lajutnya lagi.
Masih dengan keterkejutannya, (namakamu) menggeleng kuat. "Nggak gitu Ca. Gue bisa jelasin gimana yang sebenernya"
"Apa lagi? Lo mau jelasin kalo sebenernya selama ini lo itu emang cewek murah? Iya?!"
Airmata (namakamu) mengalir tanpa diminta. Bahkan banyak siswa di luar sana yang mengatainya lebih dari ini. Tapi ketika mendengar kata-kata seperti itu keluar dari mulut orang yang satu-satunya kita percaya, (namakamu) tidak bisa mengendalikan dirinya lagi.
"Nggak usah nangis di depan gue! Kemaren pas buat dosa kemana aja lo?!"
"Ca demi Tuhan lo salah paham, gue nggak kayak gitu. Dengerin dulu penjelasan gue"
"Cukup ya! Nggak usah bawa-bawa nama Tuhan. Nambahin dosa aja lo!"
Tangisan (namakamu) semakin menjadi. Entah perasaannya saja atau memang benar kalau seseorang yang berada di hadapannya saat ini bukanlah Nasya sahabatnya.
Karna merasa dirinya sudah cukup menjadi tontonan, (namakamu) segera bangkit untuk menuju ke toilet. Setidaknya ia butuh tempat sepi walau hanya beberapa menit.
~•~
Saat jam istirahat kedua, Irzan memaksa (namakamu) agar cewek itu mau diantar pulang. Bukan mengajarkan hal buruk untuk bolos atau apa, tapi Irzan tau kalau keadaan di sekolah sangat tidak kondusif untuk (namakamu). Karna mengingat pesan Iqbaal agar cowok itu terus menjaga (namakamu) selama ia tidak ada.
"Kak, boleh mampir ke makam Raffy sebentar?"
Irzan menoleh, kemudian mengangguk singkat. "Kebetulan gue juga udah lama nggak ke sana. Mau beli bunga dulu?"
"Boleh deh"
Mobil Irzan menepi saat sudah sampai di depan sebuah toko bunga. (namakamu) turun untuk membeli bunga kesukaan Raffy, dan tidak lupa mawar merah segar untuk ditabur di atas makamnya. Selesai membeli itu semua, (namakamu) segera kembali ke mobil.
Daerah pemakaman siang ini tidak terlalu ramai, bahkan bisa dibilang sepi karna hanya ada dua atau tiga orang di sana. (namakamu) dan Irzan berjalan beriringan menuju blok pemakaman Raffy.
"Halo Fy, apa kabar?" ujar cewek itu setelah meletakkan bunga favorit Raffy dan menabur mawar merah di sana.
"Maaf aku udah lama nggak ke sini. Gimana kabar kamu di sana? Pasti baik kan?"
Tak lama kemudian (namakamu) sudah larut dengan dunia nya sendiri. Ia menceritakan hampir semua hal kepada nisan tak bernyawa di hadapannya. Menyisakan Irzan yang sesekali tertawa kecil karna melihat kelakuan cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt
FanfictionApakah kamu tau, definisi tersakiti yang sesungguhnya? Kalau tidak, biar aku yang menjelaskan bagaimana definisi-nya. 1st published January 2, 2020.