Vampire In Love [END]

#9

"yeay"
Pekik Jisoo sembari memunguti sampah di sepanjang jalan setapak di taman kota. Gadis itu tak pernah menyangka harus membersihkan tempat ini bersama pria yang ia sukai. Kim Jinwoo.

"Yeay oppa.. Senang sekali menjalani sanksi sosial bersamamu.."
Ujarnya kegirangan. Tawa gadis itu hanya disambut dengan senyuman penuh makna dari Jinwoo. Seseorang berlari menuju mereka berdua. Ia berhenti dan mengatur nafasnya, setelah ia rasa bisa bicara ia mulai menanyakan apa yang terjadi.

"Astaga hyung, mana ada bangsawan yang harus kena sanksi sosial? Itu tidak etis.."
Ujarnya. Pria itu tak lain adalah Mino, si koki. Jinwoo mengangguk setuju, pria di depannya tersenyum. Ia merasa senang ketika hyung kesayangannya ini menyetujui pendapatnya.

"Kau benar.. Aku tidak boleh mengerjakan sanksi sosial ini.."

"Yapp benar hyung"
Mino mengangguk angguk mantap, betapa senangnya dia karna telah sejalan dengan Hyung nya.

"Itu artinya kau yang harus mengerjakannya.."
Ujar Jinwoo. Pria di depannya membulatkan mata. Halo? Dia tak ingin dilibatkan seperti ini, apalagi jika ia tak melakukan kesalahan seperti berbuat mesum di tempat umum.

"A-apa hyung?"

"Ini, selesaikan!"
Jinwoo menyerahkan secara paksa, kantong sampah yang ia bawa.

"Ta-tapi hyung, kau tidak bisa..b-bagaimana pacarmu.."

"Oh dia.. Kau juga kerjakan bagiannya ya.. Bukankah bangsawan dan pacarnya tidak boleh mengerjakan sanksi sosial?"

Skakmat!!!
Mino terdiam seperti anak ayam yang ditinggal pergi oleh induknya. Begitupun Hyung nya yang kejam yang meninggalkannya begitu saja dan pergi bersama pacarnya.

"Ta-tapi hyung!!"
Pekiknya, sedangkan bayangan dua sejoli itu makin berjalan menjauh meninggalkan Mino seorang diri.

〰️〰️〰️

Pagi Jinwoo ditemani secangkir kopi dan roti bakar dengan selai coklat di dalamnya. Pria vampir itu membaca koran pagi yang selalu dilempar ke dalam halaman rumahnya oleh loper koran. Pria itu terbatuk, membaca berita di halaman utama surat kabar lokal itu.

"YAA.. SONG MINO!!!"
Pekiknya, sedangkan pemuda yang dipanggil kini berlari dari arah dapur.

"Ya, ada apa hyung?"
Tanya nya. Jika hal itu tak penting, maka Mino akan bersumpah memasukkan bawang bombay ke dalam sup kesukaan Jinwoo.

"Apa ini berita tentang aku?"
Tanya nya sambil menyodorkan surat kabar yang ia pegang. Mino meneguk salivanya, bahkan berita itu dimuat di halaman utama.

Binatang Buas? Misteri Meninggalnya Polisi Hutan dengan Bekas Gigitan di Leher.

"Aku rasa begitu hyung"
Jawab Mino. Akhir akhir ini adalah masa buruk dalam hidup Jinwoo. Makan bawang bombay, terekam cctv, dan membunuh polisi hutan karna tiba tiba sekarat. Pria itu mendengus kesal, ia memijat pelipisnya. Bukankah ini waktu yang tak tepat. Ia baru saja menikmati hidupnya yang ia sia siakan selama ratusan tahun. Tapi dengan cepat ia merusaknya dengan segala perbuatan yang tak bisa ia kendalikan.

"Dimana catatan garis keturunan yang pernah ku minta untuk kau cari?"
Tanya Jinwoo.

"Ah, itu hyung.. Aku belum menyelesaikannya, bukankah kemarin aku harus mengerjakan sanksi sosial mu hehe.."
Jawabnya.

"Berikan saja seadanya.."

Mino mengangguk dan pergi ke kamarnya untuk mengambil catatan itu. Tak berapa lama ia kembali ke hadapan Jinwoo dan menyerahkan secarik kertas tempatnya mencatat. Jinwoo memgamati catatan itu, dibacanya satu per satu nama yang ada di daftar itu.

"Apa ini?"
Protesnya.

"Song Yuqi tidak memiliki garis keturunan yang tercatat Hyung.."

"Aishh!! Tapi itu yang aku butuhkan.."
Marahnya.

"Oh iya Hyung.. Aku punya satu daftar lagi"
Ujar Mino sambil kembali membolak balikkan catatannya.

"Nah ini hyung, keluarga ini mempunyai nenek buyut bernama Song Yuqi.. "
Sambungnya. Jinwoo memeriksa catatan itu, ia mengernyitkan dahinya.

"Marga Kim?"
Tanya nya heran, namun ia tersenyum getir kemudian.

"Kau bilang kau tak mau menyematkan marga Kim di garis keturunanmu.."
Gumamnya.

"Kim Eunkwang?"
Pria itu memiringkan kepalanya, ia merasa tak asing dengan nama itu. Tepatnya nama itu berada di akhir garis keturunannya.

"Aku bilang aku belum menyelesaikannya hyung, Kim Eunkwang sudah meninggal 10 tahun yang lalu.."

"Jadi?"

"Jadi kurasa garis akhirnya adalah putra dari Kim Eunkwang.."

Jinwoo mengangguk paham. Namun tiba tiba ia teringat sesuatu.

"Tunggu dulu, aku bilang aku tak asing dengan nama ini?"
Tanya Jinwoo, diikuti anggukan dari Mino.

"KIM JISOO!!"
Ia tersentak dan bangun dari tempat duduknya.

"Apa hyung?"

"JISOO.. adalah keturunanku.."

〰️〰️〰️

"bagaimana Hyung tahu?"

"kau ingat saat aku terekam cctv? Aku membaca sesuatu di pintu mereka, sebuah ukiran dari kayu.. Dan itu tertulis Kim Eunkwang.."

"Bagaimana jika itu nama pemilik rumah sebelumnya"

"tidak, Jisoo tinggal disana sejak kecil, dan dia bilang padaku bahwa ia akan selalu mengingat ayahnya karna namanya tertulis di depan pintu masuk.."

Jinwoo mematung di depan rumah Jisoo sembari menatap ukiran dari kayu yang menempel di pintu masuk rumah itu.

"Kenapa harus sesulit ini?"
Gumamnya. Mungkin tak akan sulit jika orang itu bukanlah Kim Jisoo. Meski logika dalam otaknya mengatakan aneh saat perasaannya menyukai keturunannya sendiri.

Ngikkk..

Pintu itu berdecit, dari dalam sana keluar si gadis pemilik rumah sambil tersenyum senang menyambut Jinwoo.

"Akhirnya oppa mau berkunjung ke rumahku hehe.."
Ujarnya.

"Apa kau senang?"
Tanya Jinwoo, gadis di depannya mengangguk angguk sembari menyunggingkan senyuman malaikat itu.

"Dimana ibumu?"

"Di rumah ayah tiriku.."

Jinwoo terpukul mendengar jawaban itu. Ia tinggal sendirian selama ini, bekerja menjadi model dan mencukupi hidupnya sendiri. Begitu tangguhnya keturunan yang hidup selama ini.

"Kau sangat kuat.."
Ujar Jinwoo.

"Ahh.. Biasa saja oppa .. Hehe.."
Gadis yang selalu menyunggingkan senyumnya ini menyimpan banyak hal yang menyakitkan rupanya.

"Apa lagi yang bisa membuatmu bahagia?"
Tanya Jinwoo seolah ini adalah keinginan terakhir Jisoo.

"Eunggg... Ciuman"
Jawab gadis itu dengan wajah memerah.

"Baiklah.."

"Apa-"
Gadis itu belum menyelesaikan pertanyaannya, namun bibirnya sudah dibekap oleh sapuan lembut dari bibir Jinwoo.

TBC

Publish, 28 Desember 2018
©rugseyo