#7

471 48 23
                                    


-

Gadis itu seperti senja. Kedatangannya selalu ditunggu. Sinarnya terlalu indah untuk dilewatkan. Namun sayangnya, itu berlalu terlalu cepat. Tenggelam ditelan malam dengan cahayanya yang gulita. Membuatku merasakan sesal karna telah menyaksikannya. Hingga sepanjang hidupku, aku tak ingin lagi menanti datangnya senja. Biarkan saja aku berdiam di ruanganku, berpura pura seolah masa itu tak akan datang. Dan berpikir seolah tak ada senja di tengah tengah siang dan malam.

-

Masalah yang aku timbulkam beberapa waktu yang lalu membuatku trauma. Aku tak ingin pergi kemanapun, atau menemui siapapun. Sekalipun itu adalah Kim Jisoo.

"Hyung!!! Dia datang lagi dan memberikan ini.."
Ujar Mino yang muncul dari balik pintu kamarku. Aku hanya menatap lurus ke arah bingkisan dengan bungkus papper bag berwarna coklat.

"Ah.. Coba kita lihat, apa yang kau dapatkan kali ini hyung.."

Aku masih tak bergeming. Rasa kantuk kembali menggelayuti ku. Entah kenapa akhir akhir ini aku jadi sering tertidur. Padahal pada normalnya, vampir tak akan pernah bisa tidur. Dan jika itu terjadi, maka ia akan tertidur dalam waktu yang lama. Beratus-ratus tahun.

"Yaa Hyung.. Ini bekal makanan.."

"Apa?"
Sahut ku cepat. Mataku tertuju ke sebuah kotak berwarna ungu. Kotak bekal makanan.

"Ada suratnya juga-"

"Berikan padaku!"

Aku merebut secarik kertas itu dari tangan Mino. Membuat pria Song itu terkejut.

"Ya, aku tahu itu privasi.. Jadi sebaiknya aku keluar saja hyung.. Sampai jumpa.."

Pemuda itu keluar dari kamar ku. Setelah puluhan benda tak berguna yang Jisoo kirimkan, kali ini ia justru memberikan ku bekal makanan. Apa ia tahu bahwa aku tak makan selama beberapa hari ini? Entah mengapa nafsu makan ku turun drastis semenjak kejadian -cctv- itu.

Perlahan aku membuka secarik kertas itu. Tulisan tangan gadis itu ternyata bagus dan rapi. Hampir sulit dipercaya karna gadis itu adalah orang yang ceroboh.

Kalimat demi kalimat aku baca, membuatku tersenyum tipis. Seolah gila, aku mulai melebarkan senyumku sedikit demi sedikit. Gadis itu seperti mood booster, dia bahkan tak akan menyerah sebelum targetnya benar benar berhasil ia taklukan. Dan akulah target itu, yang mulai takluk akan dirinya. Tunduk akan kecantikan wajahnya, kelucuannya, kekonyolannya bahkan kebodohannya.

Aku dengar oppa sakit dan tak mau makan..
Oleh karna itu aku mulai mencoba untuk belajar memasak.. Siapa tahu kau akan suka ^^

Cepat cobalah masakan pacarmu ini!

Aku kembali tersenyum. Pacar katanya? Bukankah aku tak pernah bilang iya?. Dengan ajaibnya, tanganku mulai meraih kotak bekal berwarna ungu itu. Aku membuka tutupnya dan kembali tersenyum konyol.

"Bodoh.."

Gumamku saat tahu bahwa isi dari kotak itu hanyalah ubi rebus. Apakah seseorang perlu belajar hanya untuk merebus ubi? Apakah rebusan ubi pantas jika disebut dengan masakan?. Begitulah bodohnya Kim Jisoo, yang membuatku makin terjerat dalam dirinya.

-


"Kyaa!! Apa ini kencan pertama kita? Makan malam romantis?? Apa ini bayaran untukku karna sudah memasakkan oppa makanan yang enak?"

"Ubi rebus.."
Sahutku.

"Oppa pikir merebus ubi itu mudah?"
Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada, tak lupa ia memonyongkan bibirnya sebagai tanda bahwa ia sedang marah(?).

Vampire In Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang