|6| JOCASTA

554 73 2
                                    

"Kau tidak bisa menahannya Ross."

[Y/N] tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah penangkapan itu. Tubuhnya masih lemah, dan ditengah perjalanan entah kemana, kesadarannya mendadak menghilang kembali dan kembali ia dapatkan saat suara familiar itu terdengar. Ia bisa melihat bahwa dirinya berada di sebuah ruangan medis.

Melihat jeruji yang ada di jendela, ia bisa menebak jika itu adalah ruang medis di dalam pejara. Tangannya juga terborgol, dan pakaiannya sudah berganti menjadi pakaian penjara.

"Sebutkan alasanku untuk tidak memenjarakan seorang kriminal yang kabur Stark."

"Kau sadar jika ia hanya anak berusia 14 tahun?" Ia bergumam usia '15 tahun' pada dirinya sendiri saat mendengar perkataan dari Tony Stark dibalik pintu tersebut, "dan ia sama sekali tidak membawa senjata apapun, dan kalian memberondongnya dengan pasukan lengkap bersenjata."

"Ia adalah kriminal yang bertarung denganmu jika kau tidak bisa mengingatnya Stark."

"Kau tidak punya belas kasihan Ross. Bagaimana jika anakmu yang berada dalam posisi ini? Kurasa kau tidak akan bisa membiarkannya dipenjara hanya karena sebuah perbuatan yang bahkan tidak merugikan siapapun," suara Tony terdengar begitu juga dengan siapapun bernama Ross itu. [Y/N] hanya diam, lagipula ia tidak bisa kemana-mana.

"Anakku bukan monster yang punya kekuatan aneh sepertinya," ia menyerengit mendengar kata monster itu sebelum menunggu keheningan yang tercipta.

"Kau tahu? Kalau memang kau tahu ia akan bisa kabur dengan teknologi canggih seperti itu, apa yang bisa meyakinkanmu jika ia tidak akan bisa kabur dari tempat seperti ini?" [Y/N] tidak mengerti apa rencana dari Tony, namun ia mendapatkan keheningan dari siapapun yang menjadi lawan bicara Tony.

"Apa yang kau rencanakan Stark?"

...

"Biarkan ia tinggal dan berada dalam pengawasanku."

.
.

"Kau bisa menggunakan kamar manapun mulai sekarang. Sayangnya, kau tidak bisa pergi kemanapun tanpa izinku. Aku sudah memberikan pelacak padamu, tidak perlu repot-repot mencarinya, kau tidak akan menemukannya," [Y/N] menggerutu, Tony bisa melihatnya yang tampak mencari sesuatu dan meraba tubuhnya. Ia menghela napas dan pada akhirnya menyerah.

"Aku akan mengambil kamar disana," ia menunjuk kamar yang berjarak sangat jauh dari kamar Tony disana.

"Tunggu," Tony memanggil dan [Y/N] refleks berhenti sebelum Tony menghampiri dan menaruh tangannya di dahi [Y/N], "kurasa demammu sudah sedikit turun."

...

"Tetapi kenapa wajahmu memerah?" Tony menoleh pada [Y/N] saat melepaskan tangannya. Memang, wajahnya saat ini semerah tomat. Ia segera berbalik, tidak menjawab pertanyaan dari Tony. Ia belum terbiasa dengan semua perhatian itu, terutama saat Tony--ayahnya--yang melakukannya.

'Jangan melakukan hal yang aneh orang tua bodoh.'

Ia menutup mulutnya dan sebagian wajahnya yang merah padam dan tampak berbaring sambil menghela napas. Demamnya sudah turun, terima kasih untuk beberapa dokter yang merawatnya. Ia menatap sekeliling, kamar yang bahkan berukuran satu ruang apartmentnya. Disinilah ayahnya berada, disinilah ayahnya tinggal dan meninggalkannya bersama dengan ibunya.

"Lebih berat dari yang kubayangkan..."

...

"So, boriiiing," ia bergerak tidak diam di ranjangnya dan hanya menatap langit-langit. Tony mengizinkan untuknya kembali ke sekolah, namun ia harus beristirahat total selama beberapa hari ini. Ia menghela napas, tampak bangkit dari posisinya dan berdiri dari tempat tidur.

Hate to Love You [P. Parker x Male!Reader]Where stories live. Discover now