1

127 3 0
                                    

AKU NIKAHI KAU DENGAN BISMILLAH

  "Woyyyyy, sialan!" Aku memberinya sebuah tonjokan dikepalanya.

"Ampun, ampunnnnnnn, Bang."

"Otak kamu taruh mana?! Kau lihat dia? Dia sedang hamil besar!"

"Ampun, ampuunnnnn, Bang. Tapi bukan saya bapaknya! Saya baru kali ini menikmati tubuh bugilnya." Dia memunguti pakaiannya yang berserakan. Kemudian segera lari tunggang langgang, hanya dengan mengenakan pakain dalamnya saja.

"Arghhhhhhhh, brengsek!" Aku segera menutup auratnya yang tanpa busana, dengan jaket tebalku. "Astagfirllahaladzimmmmm." Berkali- kali aku menarik nafas panjang dan ber istigfar. "Biadab, kalian semua!" Air mataku tumpah begitu saja, didepannya.

Wanita muda ini, tertawa. Dia sama sekali tak merasa teraniaya. Aku melepas kemeja panjangku, kemudian memakaikan padanya. Untung aku masih memakai kaos dalam.

Dia terus tertawa tanpa beban. Di usapnya perutnya yang membucit penuh kasih sayang.

Hatiku semakin teriris. Pedih. Menyaksikan keadaannya.

"Kau masuklah dalam mobilku. Apa bisa kau sebut namamu padaku, gadis malang?"

Dia menggeleng. Kemudian tertawa kembali. Sambil terus mengusap perutnya lembut.

"Ayo. Akan aku perlakukan kamu selayaknya mahluk bumi lainnya. Panggil aku, Darwanto. Mulai sekarang, kau menjadi tanggung jawabku. Lembutkanlah hatimu. Ayo. Kita pulang."

Sekali lagi dia hanya tertawa. Tubuhnya yang lusuh penuh dengan luka, membuatku semakin iba.

"Kenapa kau harus berdiam ditempat sepi ini? Tanpa pakain menutupmu. Ya Allah...." Aku memopong tubuh mungilnya, masuk dalam mobilku.

"Tenang. Tenang. Jangan berontak. Demi Allah, aku lelaki baik. Percayalah padaku. Tenang-tenanggggggg, sthhh, sthnhhhhhhh...." aku berusaha membuatnya tidak panik. Tidak berontak. Dan tidak melawan.

Benar saja, dia duduk dengan tenang di jog sampingku. Tangannya terus mengelus perut buncitnya. Mulutnya meracau bebas. berkali-kali aku harus menyeka air mataku. Betapa beratnya ujian hidupmu, Mba.

...

  "Mama...."

Mamaku terkejut, melihat kedatangannku, menggandeng seorang gadis muda lusuh, yang tak berhenti tertawa.

"Apa-apan ini?" ucapnya, dengan nada tinggi.

"Ma. Dia butuh orang baik untuk menolongnya. Ma, aku mohon. Aku mohon, berbaik hati lah padanya. Pleaseee." Aku mencium tangan Mamaku. Membuat sebuah permohonan padanya.

"Gila kamu ya, Dar! Otakmu dimana?  Mau taruh gembel macam dia disini? Bersama kita? Sedang hamil pula?!"

"Pleaseeeee." Aku kembali memohon.

"Mama, tak sudi! Bawa pergi dia sekarang!"

"Pleaseee, Ma. Pleaseeeee." Aku menyeka air mataku. Entah kenapa, aku sangat peduli padanya. Entah kenapa..., kuat dalam hati ini, untuk menolongnya.

...

  Aku terpaksa membawanya kembali keluar rumah. Mamaku murka, melihat kehadirannya.

Sekarang. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan.

Haruskah aku mengembalikannya ke tempat sepi, saat kemarin aku menemukannya? Membiarkan dia berkali-kali,  disetubuhi oleh pria jalang brengsek diluar sana?

...

  "Hallo, Mas, kamu dimana sekarang? Katanya mau temenin aku cari kebaya buat acara ijab kabul kita?" Suara seorang wanita, yang telah aku pinang sebulan yang lalu, terdengar nyaring ditelingaku.

"Oh iya, iya. Maaf, Mas lupa."

"Sekarang. Marni tunggu!"

"Maaf sayang. Please jangan sekarang. Mas mau ke Dinas Sosial."

"Loh. Ada apa?"

"Nanti, Mas ceritain. Sabar ya."

"Marni ikut ya?"

"Jangan. Mas janji, akan datang secepatnya. Setelah urusan kelar."

"Mas, enggak sedang bohong kan?"

"Tidaaakkkkk, Sayang."

"Ya udah. Hati-hati. Jangan salah gunakan kepercayaan Marni ya, Mas."

"Iya. Insyaallah."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Marni menutup telponnya.

...

  Aku langsung melajukan mobilku menuju Dinas Sosial. Aku mau memastikan gadis malang ini, mendapatkan perawatan segera.

Tampak dia pulas dalam tidurnya, sambil memegang perut buncitnya. Sesekali dia mengusapnyan lembut.

Subhanallah..., aku merinding dibuatnya. Seorang wanita walau tanpa akal sehat, tapi sangat menyayangi janin dalam perutnya, dan berusaha menyayanginya dengan caranya membelai dan mengusap perutnya berkali-kali.

"Ya Rabb. Tolong jaga gadis ini. Lindungilah dia dan janin dalam perutnya. Sehatkan dia. Kuat kan dia. Berikan keajaiban untuknya kelak," doaku lirih, sambil terus mengemudikan mobilku menuju Dinas Sosial di kota ini.

AKU NIKAHI KAU DENGAN BISMILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang