13

45 2 0
                                    

AKU NIKAHI KAU DENGAN BISMILLAH

  Kami sedang dalam perjalanan mencari tempat kos untuk Malika dan bayinya, ketika azan magrib berkumandang. Aku langsung membelokan mobil, pada sebuah masjid besar di tepi jalan raya.

"Magrib berkumandang, Ma. Kita shalat dulu. Waktu magrib sangat pendek. Jangan menundanya."

"Ngapain shalat? Sebelum aku gila, tak pernah aku tinggalkan shalat. Aku berdoa siang malam, untuk bisa mendapatkan sedikit saja tempat di hati Papi, dan Airin. Tapi sepertinya semua sia-sia. Mereka semakin membuatku terasing," ucap Malika sinis.

Di pandang bayinya, sambil menghembuskan nafas panjang.

"Dimana Tuhan? Saat aku menderita? Saat aku kesakitan? Saat para lelaki jalang berebut memperkosaku di jalanan?" suaranya parau, penuh kemarahan.

"Istigafar, Ma. Jangan berburuk sangka pada Penciptamu!" Nada suaraku sedikit tinggi. Membuatnya tercekat.

Aku mengusap kepala Ipah, lembut.

"Tuhan itu maha tau tentang segala hal. Termasuk tentang semua yang kau butuhkan untuk hidup. Kau bertanya, dimana Tuhan saat kau menderita? Tuhan sedang melihatmu, mengawasimu. Seberapa banyak kamu bisa bersyukur dan selalu dekat padaNya."

Aku kembali mengusap kepala Ipah lembut, sengaja memberikan perhatian padanya, agar emaknya tidak terbawa perasaan lebih dalam, karena kalimatku. Setidaknya, ingin sedikit demi sedikit, mengarahkannya pada yang benar.

"Coba kamu perhatikan! Bagaimana kau  bisa merasa sehat? Sebelumnya kau harus merasakan sakit kan? Bagaimana kau akan bangkit? Kalau kau tak jatuh dahulu. Bagaimana mungkin kau akan merasakan kebahagiaan? Jika kau tak pernah merasakan sebuah penderitaan. Roda berputar, Ma. Tak selamanya kamu dibawah. Kamu akan mengalami banyak hal. Sampai akhirnya suatu saat kamu akan menang. Rodamu berputar keatas. Itu pasti! Asal kau tetap mau berusaha mengayuhnya terus berputar. Kau paham?"

"Kagak!"

"Astagaaaaaa, aku lupa. Kamu kan wong gendheng! Ngapain juga aku panjang lebar jelasin semua!"

"Wkkkllwllwkwkkwkwkwkkwkwk."

"Kau tertawakan ku Ani .... kejamnya kau padaku!"

"Tidak Rhoma! Aku hanya sedang bahagia. Akhirnya kutemukan juga calon imam yang tepat buatku."

"Apaaa?!"

"Jangan sewot Rhoma! Tabahkan hatimu. Aku mencintaimu! Halalkan aku untuk kembali mencium mu segera Rhomaaaa."

"Stop Ani! Sepertinya aku mulai ketularan gak waras! Aku tak tahan lagi!"

"Wkwkkwkakkwkkwkwkwk."

"Kalau belum mau ikut shalat, kau diam lah disini. Jangan kemana-mana. Aku shalat dulu. Nanti kita cari kos lagi yang cocok buat kalian, selesai shalat."

"Ok. Shalatlah. Kita gantian. Aku jaga Ipah dulu."

"Whattttt? Mau shalat juga?"

"Enggak! Mau pipis! Buruan!"

"Dasar bocah edan!"

...

  "Sini gantian aku jagain, Ipah. Sana kalau mau pipis. Kalau bisa, sekalian shalat ya, Ma."

Malika menyerahkan Ipah padaku. Tanpa menyahut, dia langsung berlalu, turun dari mobil, masuk menuju toilet masjid.

Aku memperhatikannya dari dalam mobil, sambil jaga Ipah. Dia tampak keluar dari toillet wanita, dan beberapa saat kemudian, terlihat dia menuju tempat wudhu.

AKU NIKAHI KAU DENGAN BISMILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang