22

94 4 0
                                    

AKU NIKAHI KAU DENGAN BISMILLAH

  "Maaf Pak, boleh saya jumpa Malika? Sebentar saja," mama memohon pelan, pada ayah Malika, untuk bertemu Malika.

"Baik. Tunggu."

Dia beranjak dari tempat duduknya. Dan berlalu meninggalkan kami diruang tamunya yang mewah.

...

  Gadis gendheng itu berkali-kali, mengusap air matanya. Dia menghambur memeluk mama dengan sangat erat. Tak ada kata-kata keluar dari mulutnya. Dia hanya terisak, tak mau melepaskan pelukan mama.

"Selamat ya Nak. Kau akan segera punya imam," ucap mama bergetar.  Mama melepaskan pelukan Malika.

"Maafkan Malika sudah banyak merepotkan Ibu. Malika tak bisa membalasnya."

"Jangan katakan itu sayang. Kami ikhlas."

"Ibu. Ini Malika kembalikan uang yang sudah Malika pakai. Wajib diterima."

Malika mengulurkan selembar kertas cek, pada mama. Dengan sedikit ragu mama menerimanya.

"Baik Nak. Mama terima, walau dengan berat hati. Demi Allah, kami tak berharap kau mengembalikannya. Kami sangat ikhlas, Nak."

"Terimakasih. Malika bisa merasakan kasih sayang seorang Mami juga akhirnya. I love you, Mama Dar," tangisnya kembali pecah. Suaranya parau. Air matanya mengalir tanpa jeda.

Mama kembali memeluk gadis gendheng itu.

Dalam hatiku berkata, "Peluk aku juga dong."

...

  Malam ini terasa sangat menyiksaku. Ingin rasanya aku berteriak, mengadukan betapa malangnya nasib perjodohanku. Untuk yang kedua kalinya, aku gagal menikahi seorang wanita.

Dan nampaknya, mamaku lebih sedih, dengan semua ini. Dia tampak murung, dan tak mau menyentuh sama sekali makan malamnya. Air matanya masih sesekali mengalir, disela-sela lamunannya.

"Makanlah, Mah," ucapku pelan.

"Mama tidak lapar, Dar."

"Laa tahzan, Mama. Pasti ada hikmah dibalik semua ini."

"Emang kamu tidak sedih?"

Aku tak menjawab. Mataku menerawang jauh keluar jendela. Tampak setangkai mawar, mekar dengan begitu indahnya di taman belakang.

"Istirahatlah, Dar. Besok kamu kerja kan?"

"Iya, Ma."

Mama mengecup kepalaku lembut, kemudian berlalu masuk ke kamarnya.

...

  'Pap. Apa kabar?' Sebuah pesan singkat masuk dalam ponselku.

Malika!

Aku memekik pelan. Girang. Seperti mendapat undian berhadiah.

'Baik sayang. Kamu apa kabar?' Balasku sedikit mesra. Biar saja. Biar dia tau, bahwa telah tumbuh rasa sayang dalam diriku untuknya.

'Kenapa baru sekarang bilang sayang? Hellooooooooo, kemana aja kemaren, Pap?'

'Ngajak berantem nih?'

'Ogah! Buang-buang energi aja. Pulang kantor jam berapa hari ini?'

'Seperti biasa.'

'Ok. Kami akan berkunjung ke rumah. Boleh?'

'Waahhhhhhh, kejutan banget. Ada apa ya? Mau kasih kami undangan ya?'

'Ho oh.'

Seketika perasaanku berubah jadi geram. Ingin rasanya aku bilang, "jangan datang!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKU NIKAHI KAU DENGAN BISMILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang