AKU NIKAHI KAU DENGAN BISMILLAH
Aku sedang tidak ingin menebak keadaan. Membuang semua rasa curiga pada siapapun saat ini yang terhubung denganku. Termasuk tentang sahabatku, Reno.
...
"Kau marah pada Mama? Tak sedikitpun kau bersuara sejak sehari yang lalu, Dar."
Aku hanya tersenyum menggeleng.
"Kau tau? Semua ini sudah ditakdirkan oleh Nya. Sekuat apapun kamu inginkan, tetap Allah yang maha berkehendak. Bisa saja hatiku luluh untuk merestuimu, tapi entah kenapa, Mama tetap tidak ingin kalian menikah. Entah kenapa."
"Dar, sedang tidak ingin memikirkan dia. Jangan bahas lagi, Ma."
"Boleh tau? Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Reno."
"Ada apa?"
"Pantaskah, seorang kawan karib sepertinya, tak memberiku tau sama sekali tentang pernikahannya kemarin?"
Mama mengernyitkan dahinya. Sebelah matanya memicing.
"Tak berusaha bertanya?"
"Dia tak jawab panggilan Dar."
"Kau curiga?"
"Ya. Dia cukup dekat dengan Marni."
"Maaf. Mama tak ingin berkomentar. Permisi. Mama istirahat dulu ya, Dar."
"Jangan lupa minum obatnya, Ma." Aku mengecup keningnya.
"Malam, Mama. Mimpi indah ya."
Aku segera berlalu meninggalkan kamarnya.
...
Dengan niat kuat terpatri dalam hati, untuk tidak terlalu terpuruk pada keadaan, aku mulai sedikit kuat menghadapi kenyataan. Aku berusaha ikhlas menerima takdir ini.
...
Clara melempar senyumnya, saat aku memasuki area kantor. Baru dia yang nampak batang hidungnya diruangan. Dia memang rajin. Selalalu datang lebih awal, dan pulang paling akhir. Sosok ibu yang tangguh bagi ketiga putrinya. Dan seorang istri luar biasa dari seorang lelaki lumpuh di rumahnya. Dia tulang punggung keluarganya. Tak pernah mengeluh. Selalu semangat. Aku suka kinerjanya. Luar biasa.
"Pak," seru Clara. Kuhentikan langkahku untuk masuk ruang kantor.
"Yap. Ada apa, Ra?"
"Undangan."
Clara mengulurkan sebuah undangan pernikahan. Aku tercekat. Sekilas membacanya. Hatiku tak menentu dibuatnya.
"Maafkan saya ya Pak. Harus menyampaikannya pada anda. Ini amanatnya. Jadi wajib saya sampaikan."
"Siapa yang mengantar kesini, Ra?"
"Mereka berdua."
"Ok. Tolong bawakan tissue ke ruanganku sekarang ya. Kalian boleh libur hari ini. Kosongkan kantor hari ini. Kalau kamu mau temani saya disni silahkan. Kalau mau ikut libur silahkan."
Clara bengong. Bibirnya menganga, sepertinya dia mau mengatakan sesuatu. Tetapi dia tahan.
Aku segera berlalu meninggalkannya, yang masih terpaku dengan perintah konyol ku.
...
Berulang kali aku mencoba memastikan huruf yang tercetak dalam undangan ini, benar atau keliru. Aku membacanya hingga 10 kali.
Saat ke 11 kalinya aku selesai membacanya, air mataku meleleh begitu saja. Hatiku hancur. Marah, benci dan sejuta perasaan lainnya menggelayut dalam benakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU NIKAHI KAU DENGAN BISMILLAH
Romancekisah cinta gadis gendheng yang kocak dan menyebalkan.