11

41 2 0
                                    

AKU NIKAHI KAU DENGAN BISMILLAH

  "Heyyyyy! Apa-apaan kalian!"

Tiba-tiba, seorang lelaki bertubuh gempal, muncul dari dalam rumah, dan langsung menarik tubuh Malika yang masih memeluk dan memagut bibirku.

Aku mundur kebelakang selangkah, sambil terus aku eratkan mendekap bayi mungilnya.

'Plak, plak, plakkkkkk!" Tamparan demi tamparan diarahkan pada pipi Malika.

Tak puas hanya menampar, rambut panjangnya ditarik dengan sangat kencang, hingga Malika terpelanting membentur tembok.

"Dasar wanita jalang! Gak waras, gak gila, tetap saja binal! Murahan! Gak tau diri!"

Kembali laki-laki itu menamparnya bertubi-tubi. Dan Malika hanya diam tanpa bersuara sedikitpun. Hanya air matanya yang mengalir membasahi pipinya yang memerah karena tamparan laki-laki itu.

"Tolong hentikan! Jangan menyakitinya lagi! Bukan salahnya! Aku yang memulai!" Kalimat itu keluar dari mulutku tiba-tiba.

Aku tak tau lagi harus bagaimana, tak berdaya melihatnya di siksa. Laki-laki itu pasti ayahnya.

"Jangan ikut campur anak muda! Aku paham siapa putri jalang ku ini! Dia pantas untuk kusiksa!" Sahutnya pendek.

Dilepasnya alas kakinya, kemudian memukuli kepala Malika dengan alas kakinya tanpa ampun. Ya Rabb, aku tak tahan melihatnya. Apapun kesalahannya, dia tak pantas memperlakukannya sekeji itu.

"Tolong hentikan Pak. Saya mohon."

"Dia selalu mengulangi hal yang sama, jika aku tak memberinya pelajaran!"

"Tapi bukan seperti ini caranya."

"Biar saja! Dia tak tau diri!"

Malika masih tetap tak bersuara. Tak terdengar rintihan kesakitan dari mulutnya. Dia bangkit,  dan langsung meraih bayinya dari gendonganku. Kemudian berlalu meninggalkan kami yang masih  bersitegang.

...

  "Pak, kita jadi jalan?" sapa Airin tiba-tiba muncul di depanku.

Aku tak bergeming. Pikiranku terfokus pada sosok Malika.

"Jangan kaget. Malika sudah kebal terhadap siksaan Papi."

"Apa sebenarnya yang telah terjadi?"

"Entahlah."

"Kau masih tak ingin bicara tentang Malika?"

"Kau ajak aja dia bicara. Dia waras kok."

"Apa maksudmu?"

"Sejak Papi membawanya kembali kerumah, berkali kali dia berusaha kabur lagi."

"Iya. Papimu sangat kejam!"

"Dan Malika juga binal! Tak bisa di ingetin sama sekali."

"Mamimu kemana?"

"Meninggal ketika melahirkan Malika. Dan sejak itu, Papi sangat membenci Malika." Airin menyeka buliran air matanya. Aku merinding dibuatnya.

"Kau kakaknya?"

"Ya. Dan aku juga membenci Malika."

"Ya Rabb...."

"Malika bukan darah daging Papi. Mami berselingkuh dengan laki-laki lain. Itulah kenapa, Malika jadi kambing hitam bertahun-tahun lamanya."

"Airin..., maaf. Apa bisa aku membatalkan rencana kita?"

"Hahhahhaha..., seperti biasa, sosok Malika selalu menghancurkan hidup kami." Airin terkekeh sinis.

"Jangan katakan itu. Saya mohon."

"Aku tak kaget lagi Pak. Jika sekarang kau tertarik padanya. Dia memang pandai."

"Tolong jangan salah paham."

"Tidak! Silahkan! Anda boleh keluar dari rumah ini. Saya tak mau menghalangi anda. Silahkan...."

"Maafkan saya. Mungkin untuk saat ini, saya tak mau ikut campur dalam masalah intern keluarga kalian. Maafkan saya."

"Pergilah."

"Baik. Permisi. Assalamuaikum. Sampaikan salam saya untuk Papimu. Dan ini, saya tak berniat mengambil amplop ini."

Aku meletakan amplop coklat besar di atas meja. Tanpa menunggu jawaban Airin, aku langsung keluar ruang tamunya dengan langkah cepat. Aku tak mau berurusan dengan keluarga ini untuk sementara waktu.

...

  Sampai depan mobil, aku baru menyadari, kontak mobilku sudah tak ada dikantong celanaku lagi. Gawat! Aku harus masuk rumah itu lagi. Huh....

Tiba-tiba pintu mobil terbuka, ketika aku hendak balik masuk dalam rumah.

"Apa-apaan ini? Siapa yang melakukan ulah konyol ini? Siaal!" Aku mengumpat gusar.

Benar saja, kontak mobil sudah menggantung persis disebelah setir.  Tanpa pikir panjang lagi, aku nyalakan mesin, dan melajukan mobilku segera, meninggalkan rumah mewah ini. Sungguh, aku tak mau terlibat dengan salah satu konflik yang melanda keluarga mereka. Rumit gaess!

...

  Sengaja aku tak langsung pulang ke rumah hari ini. Aku ingin meredakan keteganganku sesaat tadi, saat singgah kerumah mewah keluarga aneh itu.

Hanya sebuah kata doa untuk Malika dan keluarganya, semoga mereka dapat menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi. Aku berharap sebuah pertolongan datang untuk Malika dan bayinya. Betapa aku dapat merasakan, apa yang dirasakan oleh Malika. Yap! Sedikit aku paham, kenapa sampai Malika mengalami kemalangan hidup seperti itu.

...

  Aku menghentikan mobilku, tepat disebuah daerah dataran atas Semarang. Sebuah tempat yang cukup sejuk, dengan pemandangan yang cukup indah. Aku ingin makan duren sepuasnya disini.

"Cilukkkkk bwaaaaaaaaa," tiba-tiba suara seorang gadis, muncul dari deretan belakang jok mobilku.

Betapa aku sangat terkejut, sosok Malika dan bayinya, ternyata sedang duduk manis di belakang.

"Heyyyyy, apa-apaan ini?" Nada suaraku meninggi.

Sedikit geram aku dibuatnya. Jadi ini maksud dia atas kejadian dirumahnya beberapa waktu yang lalu?

Arghhhhhhhhhhhgggg!

Bersambung gak ya?😂😂😂😂😂

AKU NIKAHI KAU DENGAN BISMILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang