AKU NIKAHI KAU DENGAN BISMILLAH
14Setelah drama percakapan kami di sambungan televon, akhirnya bocah gendheng itu, mau share lokasi juga.
Tak butuh waktu lama, untuk menemukan hotel tempat dia menginap. Sebuah hotel yang sangat strategis, dekat dengan jalan raya.
Akhirnya aku menemukannya, dalam sebuah kamar, bertarip paling mahal. Walau gendheng , tapi tau selera dia. Dasar!
"Ma, ikutlah pulang ke rumah. Mama mengijinkan kau tinggal disana sementara."
"Omg! Hany buny prettyyyyyyyyy ..., Pap, tidak sedang berbohong?"
"Enggak! Jangan tunggu sampai aku berubah pikiran!"
"Yang halus klo bicara denganku!"
"Lagian, kamu bikin aku esmosi aja!"
"Emosiiiiii, Pap. Emosiiiiiii. Bukan esmosi ...."
"Iya," sahutku singkat dan lemah.
Mataku menerawang bebas ke berbagai penjuru sudut ruangan.
"Sabar Pap. Sabar..., bukan kah sebaik-baiknya orang, adalah yang mampu menahan emosinya?"
"Allah ya karimmmmmm, kenapa kamu jadi waras, Ma? Aku yang jadi gendheng!"
"Wkwkkwkkwkwkkwkwk."
"Buruan berkemas. Sini Ipah aku gendhong."
"Tidak! Sebelum kau jelaskan padaku. Bagaimana cara amuba membelah diri?"
"Astagfirllahaladziiimmmmmmmm, Allahuakbar! Aku nyerah, Ma. Ampuuunnnnnn."
Tubuhku lemas tak berdaya, aku tersungkur dalam sujudku. Entah apa yang telah terjadi, aku menyesal telah dipertemukan dengannya.
"Cukuuupppp Ani! Aku tak kuat lagi. Jangan kau suruh aku menjelaskan bagaimana amuba membelah diri. Aku sudah lama enggak sekolah. Lupa! Lebih baik, kau belah saja dadaku ini, Ani ...."
"Wkwkkwkkwkwkkwkwkk."
"Ayo, Ani. Mamaku sudah menunggu kita."
"Baiklah Rhoma. Demi kau, aku rela diculik. Lets gooooo."
"Pait, pait, paitttttttt ...," aku meracau pelan.
...
Tepat jam 1 dini hari, kami sampai di rumah. Hari yang sangat melelahkan.
"Mama." Aku memeluknya erat. Seperti setahun lamanya kami tak jumpa. Aku menciumnnya bertubi-tubi.
"Kenapa kau, Dar?"
"Dar, lelah Mah."
"Dimana, Malika dan bayinya?"
"Tidur di mobil. Biarin aja, Mah. Daripada berisik. Besok pagi kita bangunin. Dar, mau istirahat dulu.'
"Baiklah. Sudah kau buka kaca jendelanya?"
"Sudah."
"Tidurlah."
"Dar, tidur di ruang tamu aja. Sambil berjaga, kali mereka terbangun. Mama tidurlah dulu."
"Baik,"
Mama melangkah pelan, meninggalkanku diruang tamu. Akhirnya, aku bisa istirahat juga, setelah membasuh muka dan shalat isya. Alhamdulillah ....
...
Samar-samar, aku dengar adzan subuh berkumandang. Dengan sedikit berat, aku membuka mata.
Berjingkat pelan, aku menuju kamar mandi. Aku tak mau menimbulkan suara, yang bisa membangunkan si trouble maker Malika.
...
Mataku terbelalak tak percaya, menatap dua mahluk di depanku. Tampak Malika dengan posisi duduk, sedang menyusui Ipah dengan santai di meja makan. Itu nya kelihatan jelas sekali dimataku.
Duh Gustiiiiiiiiii, Kau tau, aku lelaki normal pada umumnya. Kenapa kau berikan aku ujian seperti ini? Pagi dini hari loh, bangun tidur loh.
Aku hanya bisa menangis dalam hati ....
Kuatkan iman aku ya Rabb ....
Jangan biarkan aku ikut gila bersamanya.
Amin ....
...
"Haloooooooo, Dede bayi. Sini, gendhong Nenek." Mama ku, meraih si Ipah, dari gendhongan Malika.
Malika, langsung meraih tangan Mamaku, dan menciumnya dengan sopan. Tampak waras dia.
"Saya Malika, Bu. Maaf, sudah merepotkan kalian."
"Hehhehehe, iya enggak masalah. Kau sudah nampak cantik. Sudah mandi ya? Bangun jam berapa tadi? Pulas tidurnya semalam?"
"Iya Bu. Sebelum subuh kami bangun. Xixiizizi." Tawanya nampak sedikit sopan. Tidak selebar tawa sebelumnya.
"Kami tidak punya pembantu, Nak. Tapi nanti jam 7, akan ada orang datang. Memasak dan membersihkan rumah. Jadi kalau mau sarapan, kau bisa makan roti dan susu dulu ya. Kau pasti lapar, bayimu minum Asi kan?"
"Iya, Bu. Tapi saya pengen makan nasi. Kalau di ijinkan, Malika mau goreng telur sendiri. Boleh?"
"Kau yakin bisa?"
"Insyaallah. Kayaknya bisa, Bu."
"Atau minta tolong, Dar aja. Dia jago masak sendiri." Mama, melirik ke arahku.
"Males ah. Biarin aja Malika goreng sendiri," sahutku ketus.
"Ya udah, sana kamu goreng sendiri Nak. Nenek mau main-main sama bayimu. Eh, siapa namanya?"
"Esmerallda Ipah Saraswati, Bu. Panggil aja Ipah."
"Oh Ipah ya. Ihhhhhh cantikkkkkkkknya." Mamaku tampak sangat senang, mendapat mainan baru.
Semoga Mama tak menyuruhku,menikahi gadis gendheng itu! Agar dia bisa bersenang-senang selalu, dengan si Ipah. Malika, berhasil mendapatkan perhatian Mama. Huh!
...
"Buuuuuuu, Malika boleh minta tolong? Tolong lihatin telur yang Malika goreng dong. Udah mateng apa belum? Kok tidak ada tanda-tanda telur mateng ya? Kayak telur goreng yang suka Malika makan." Malika tergopoh, menghampiri Mama.
"Dar! Tolongin Malika! Mama lagi mau gantiin popok Ipah. Dia pup."
"Ih, bikin repot orang aja!" Aku segera melangkah menuju dapur. Untung ini hari minggu. Aku libur kerja. Sedikit bisa meladeni bocah gendheng itu.
...
Lututku lemas. Tubuhku serasa tak bertulang. Mataku tak berkedip sama sekali. Ingin rasanya aku pingsan saja.
"Malikaaaaaaaaaaaaaaaaaaa! You drive me crazy, babi! Eh baby!"
Bersambung😲
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU NIKAHI KAU DENGAN BISMILLAH
Romancekisah cinta gadis gendheng yang kocak dan menyebalkan.